Teknik Pengumpulan Data Tujuan Pemberian Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek oleh Bank Indonesia

telaahan dalam penelitian ini; 57 c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum penunjang yang memberi petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti ensiklopedia dan kamus umum sepanjang memuat informasi yang relevan dengan penelitian ini. 58

3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara studi dokumen-dokumen yang relevan dengan penelitian ini di perpustakaan library research dan melakukan identifikasi data terhadap kasus Bank Century. Data yang diperoleh melalui studi kepustakaan tersebut selanjutnya akan ditafsirkaninterpretasi untuk melihat kesesuaian penerapan peraturan dihubungkan dengan permasalahan yang sedang dihadapi dan disistematiskan sehingga menghasilkan klasifikasi yang selaras dengan permasalahan dalam penelitian ini. 59

4. Analisis Data

Analisis data dilakukan secara kualitatif yaitu penafsiran dan penerapan hukum atau interpretasi pasal-pasal terpenting dalam UU Perbankan dan dalam UUBI yang relevan dengan permasalahan. Kemudian membuat klasifikasi dari data sehingga akan menghasilkan klasifikasi tertentu sesuai dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini. Data yang dianalisis secara kualitatif akan dikemukakan 57 Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1982, hal. 24. 58 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Op. cit., hal. 14-15. 59 Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum Suatu Pengantar, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001, hal. 195-196. Universitas Sumatera Utara dalam bentuk uraian secara sistematis pula, semua data diseleksi, ditulis secara analisis sehingga dapat memberikan kesimpulan dan saran pada pokok permasalahan yang ditelaah sebagai solusi yang diungkapkan secara deduktif.

H. Jadwal Penelitian

Waktu yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah 8 delapan bulan, yaitu dari bulan Januari 2011 sampai dengan Agustus 2011 dengan jadwal sebagaimana dalam tabel berikut: Uraian Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Pengajuan judul teng awal Persiapan bahan teng Pengajuan konsep proposal teng awal Bimbingan awal Kolokium teng Pembuatanbimbingan tesis teng awal Pengajuan konsep tesis teng Seminar hasil penelitian awal Ujian tesismeja hijau teng Universitas Sumatera Utara

BAB II PENGATURAN PEMBERIAN FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK

DALAM SISTIM PERBANKAN DI INDONESIA A. Fasilitas Pinjaman Jangka Pendek dalam Sistim Perbankan di Indonesia 4. Pengertian dan Dasar Hukum Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bank Indonesia dapat memberikan dana kepada bank yang mengalami kesulitan pendanaan jangka pendek melalui pemberian FPJP dalam bentuk kredit untuk mengatasi masalah keuangan jangka pendek bank tersebut agar dapat diselesaikan. 60 Pengertian FPJP adalah fasilitas pendanaan dari BI kepada bank untuk mengatasi kesulitan pendanaan jangka pendek yang dialami oleh bank 61 . Kesulitan pendanaan jangka pendek adalah keadaan yang dialami bank disebabkan oleh terjadinya arus dana masuk yang lebih kecil dibandingkan dengan arus dana keluar mismatch dalam rupiah sehingga bank tidak dapat memenuhi GWM rupiah. 62 Dasar hukum FPJP berdasarkan UU No.23 Tahun 1999 tentang BI sebagaimana telah diubah melalui UU No.3 Tahun 2004 tentang Perubahan Pertama atas UU No.23 Tahun 1999 tentang BI sebagaimana telah diubah melalui UU No.6 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas UU No.23 Tahun 1999 tentang Bank yang menghadapi permasalahan likuiditas berarti kesulitan pendanaan jangka pendek. 60 Herdi Sahrasad, Century Gate, Refleksi Ekonomi-Politik Skandal Bank Century, Jakarta: Tim Penyusun Kerja Sama Antara Freedom Foundation, Yayasan Indonesia Baru, dan Lingkar Studi Islam dan Kebudayaan, 2009, hal. 151. 61 Pasal 1 angka 4 Peraturan Bank Indonesia Nomor:1026PBI2008 tentang Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Umum. 62 Ibid., Pasal 1 angka 5. Universitas Sumatera Utara BI Menjadi Undang-Undang, BI dapat memberikan kredit kepada bank untuk mengatasi kesulitan pendanaan jangka pendek yang dijamin dengan agunan yang berkualitas tinggi termasuk aset kredit kolektibilitas lancar. Selain itu, dalam Peraturan Bank Indonesia PBI, dasar hukum diberikannya FPJP terdapat dalam PBI No.515PBI2003 tentang Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek bagi Bank Umum; PBI No.1026PBI2008 tentang Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek bagi Bank Umum; dan PBI No.1030PBI2008 tentang Perubahan atas PBI No.1026PBI2008 tentang Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek bagi Bank Umum.

5. Tujuan Pemberian Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek oleh Bank Indonesia

Berhubung dilema krisis keuangan secara global yang mempengaruhi perekonomian nasional, diperlukan upaya untuk mengantisipasi terjadinya risiko likuiditas dan menjaga kepercayaan masyarakat terhadap perbankan. Oleh karenanya untuk mengantisipasi terjadinya risiko likuiditas, bank wajib menerapkan manajemen risiko melalui FPJP. Tujuannya adalah untuk menjaga kepercayaan masyarakat terhadap perbankan sehingga diberikan akses bagi bank yang mengalami kesulitan likuiditas untuk memperoleh FPJP. BI menyediakan FPJP dalam rangka mengatasi kesulitan pendanaan jangka pendek kepada bank dengan tujuan agar kelangsungan kegiatan usaha bank dapat terpelihara. FPJP diberikan oleh BI sebagai upaya untuk mengurangi dampak bahaya krisis global khususnya yang mengancam stabilitas sistem keuangan dalam industri perbankan. FPJP sebagai bagian terintegral dari Jaring Pengaman Sistem Keuangan JPSK yang diperlukan untuk memelihara stabilitas keuangan. Pemberian FPJP Universitas Sumatera Utara kepada bank sebagai tindakan antisipatif melalui kewenangan Menteri Keuangan dan Gubernur BI yang tergabung dalam Komite Stabilitas Sistem Keuangan KSSK untuk mengatasi kesulitan keuangan atau kesulitan likuiditas mismatch agar dapat memenuhi kewajiban Giro Wajib Minimum GWM yang diatur dalam PBI No.1019PBI2008 tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum Pada BI dalam Rupiah dan Valuta Asing, yang menentukan bahwa GWM harus dipenuhi setiap bank sebesar 7,5 dari dana pihak ketiga. 63 Pasal 3 PBI No.1026PBI2008 tentang Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek bagi Bank Umum, dinyatakan, “FPJP wajib dijamin oleh bank dengan agunan yang berkualitas tinggi yang nilainya memadai sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia ini”. Berdasarkan ketentuan Pasal 3 PBI No.1026PBI2008 tersebut dapat dipahami bahwa FPJP yang diberikan kepada bank untuk mengatasi permasalahan likuiditas dijamin dengan agunan yang berkualitas tinggi. Agunan yang berkualitas tinggi ditegaskan dalam Pasal 4 ayat 1 PBI No.1026PBI2008 dapat berupa: surat berharga dan aset kredit. Manajemen risiko likuiditas untuk perbankan di indonesia, pengelolaan aset likuid yang berkualitas tinggi, bank wajib melakukan pengelolaan secara aktif terhadap aset likuid yang berkualitas tinggi yang dapat dijadikan sebagai agunan untuk memperoleh pendanaan. Bank wajib memantau lokasi maupun status legal agunan dan bagaimana agunan tersebut dapat dengan cepat dimobilisasi pada saat dibutuhkan. Bank wajib memiliki kemampuan untuk menghitung seluruh posisi 63 HLB Hadori, Studi Keuangan Bantuan Likuiditas Bank Indonesia, Op. cit., hal. 7. Universitas Sumatera Utara agunan yang dimiliki, termasuk aset yang saat ini telah diikat menjadi agunan dan aset yang tersedia untuk dijadikan agunan. Besarnya agunan yang tersedia harus senantiasa dipantau dan bank harus memahami prosedur dan waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh agunan tersebut. Bank wajib menilai kelayakan setiap agunan untuk diikat sebagai agunan dengan Bank Indonesia FPJP dan kelayakan aset untuk diterima oleh penyedia counterparty dana di pasar pendanaan. Bank wajib menerapkan manajemen agunan yang efektif sehingga dapat memenuhi kebutuhan agunan dalam rangka permasalahan likuiditas jangka panjang, jangka pendek dan intrahari. 64 Bank wajib memiliki agunan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan likuiditas baik yang terduga maupun tidak terduga, termasuk potensi peningkatan kebutuhan margin pada berbagai jangka waktu yang berbeda sesuai profil pendanaan bank. Dalam menentukan besarnya agunan yang akan diikat atau diberikan, bank wajib mempertimbangkan potensi ketidakpastian seputar waktu aliran kas intrahari. Bank wajib mempertimbangkan potensi gangguan pada operasional dan likuiditas yang dapat meningkatkan kebutuhan untuk pengikatan atau penyerahan tambahan agunan intrahari. Bank yang menggunakan instrumen derivatif wajib mempertimbangkan potensi kebutuhan agunan tambahan sebagai dampak perubahan posisi pasar atau perubahan pada credit rating atau posisi keuangan bank. Sistem 64 Bank Indonesia, Manajemen Risiko Likuiditas Untuk Perbankan di Indonesia, Consultative Paper, Direktorat Penelitian Dan Pengaturan Perbankan 2009, hal. 19. Universitas Sumatera Utara informasi bank harus dapat memberikan informasi mengenai kepemilikan bank termasuk jenis dan kualitas aset. 65 Risiko keuangan berupa kesulitan pendanaan jangka pendek bisa berpeluang terjadinya permasalahan likuiditas oleh bank dalam menjalankan usahanya yang apabila tidak segera diatasi dapat menimbulkan masalah yang lebih besar dan bersifat struktural. 66 Permasalahan likuiditas yang dialami bank disebabkan oleh adanya ketidaksesuaian antara arus dana masuk dibandingkan dengan arus dana keluar mismatch sehingga dapat mengakibatkan terjadinya saldo giro bank di BI menjadi negatif. 67 Sebelum disalurkannya FPJP dalam mengatasi permasalahan likuiditas pada dasarnya bank terlebih dahulu harus mengupayakan dana di pasar uang dengan menggunakan berbagai instrumen pasar uang yang tersedia, jika bank gagal memperoleh dana di pasar uang, maka BI sebagai lender of the last resort dapat membantu untuk memenuhi kebutuhan likuiditas tersebut melalui FPJP. 68 65 Ibid. 66 Apabila permasalahan likuiditas yang dihadapi bank tidak segera ditangani, dikhawatirkan kepercayaan nasabah terhadap bank tersebut merosot dan nasabah berbondong-bondong menarik uangnya bank runs sehingga bank dimaksud tidak dapat berfungsi secara normal. Bank runs sangat rentan terhadap rumor yang dengan mudah menyebar dan dapat berpengaruh pada tingkat kepercayaan masyarakat terhadap sistem perbankan. Suatu bank dapat kolaps apabila semua nasabah percaya terhadap rumor yang berkembang ditengah masyarakat dan kemudian semua bertindak menarik simpanannya. Bank tersebut tidak akan mampu melikuidasi asetnya dalam waktu singkat untuk dapat memenuhi kewajibannya terhadap nasabah. Hal tersebut dapat menimbulkan efek domino terhadap bank lain sehingga bank-bank lain kesulitan memenuhi kewajiban pembayaran kepada nasabahnya dampak sistemik. 67 Saldo giro negatif adalah saldo rekening giro rupiah bank pada BI yang menunjukkan angka negatif pada saat BI menutup sistem akuntingnya. 68 Dahlan Siamat, Op. cit, hal. 207. Universitas Sumatera Utara

6. Syarat-Syarat Pemberian Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek