Karena masa hukuman yang masih lama, Awan belum memiliki rencana konkret mengenai apa yang akan dilakukan ke depannya. Namun, satu hal yang
pasti, bahwa ia tidak akan kembali menjadi seorang guru. Ia juga tidak secepat itu kembali ke rumah orangtuanya. Ia akan pergi merantau dan memulai kehidupan
yang baru di tempat lain. Setelah ia mampu secara ekonomi, baru ia akan kembali ke keluarganya. Jika memiliki kesempatan, Awan juga berencana untuk
melanjutkan sekolahnya dengan mengambil jurusan teologia ilmu agama.
IV. d. Penguasaan Lingkungan Environmental Mastery
Meskipun terkurung di dalam sel kamar yang sempit, Awan tidak merasa tertekan sama sekali. Ia telah merasa nyaman tinggal di dalam kamar yang dihuni
oleh 6 orang tersebut. Awan mengistilahkan kamar yang dihuninya sekarang sebagai tempat kost yang nyaman dan layak huni. Di dalam kamar, juga terdapat
kamar mandi. Hanya saja, satu kekurangannya, tidak ada jendela pada kamar tersebut.
“Iya, kamar kosan.. lebih elit dari kamar kosan. Haha…. tertawa lebar.. Iya lebih elit dari kamar kosan.”
W3.R1b.257-259h.5
“Iya kadang – kadang kalau pikir – pikir kan.. haha tertawa.. enak juga disini ya kan.. kek gini gak bayar. Haha.. iya kalau untuk ini, untuk biaya ekonomisnya ya,
dijadikan kosan, harganya tinggi. Kayak kamar kosan lah. Iya benar, cuman itu aja jendelanya gak ada seperti ini ya kan menunjuk jendela..”
W3.R1b.262-270h.5
“Barangkali dek, kalau misalnya ada penjara katanya, dikasi sekali sebulan keluar, banyak orang yang masuk penjara. Saya yakinkan itu. sekali sebulan bisa
keluar eceknya, bisa.. banyak orang pasti mau masuk penjara.. cuma itulah, kadang-kadang disini kita jadi malas kan gitu.. karna ini, kita gak dibawa untuk
Universitas Sumatera Utara
berfikir terdiam.. karna kita gak kerja, gak apa.. yah makanan datang juga kan gitu. Tidur dijagain, makan dianterin, air disediakan.. haha tertawa.”
W3.R1b.293-305h.6 Dibandingkan dengan narapidana lainnya, Awan memiliki lebih banyak
aktivitas yang harus dilakukan. Mulai dari pagi hingga siang hari, Awan akan bekerja di kantor, tepatnya pada bagian registrasi narapidana. Ia bahkan memiliki
ruangan tersendiri di kantor tersebut. Kesemuanya dilakukan Awan dengan sukarela, tanpa dibayar.
“Yah.. ini karna ada kegiatan ya.. Kegiatan saya disini la, bagian register bantu– bantu pegawai, yah seperti itu.. dari pagi sampai sore kerja di
sini kan.. bantu –bantu pegawai.. yah malam kembali lagi ke blok…”
W1.R1b.150-154h.3
“Kerja disini.. disini kan kantornya register.. bagian tahanan dan narapidana.. yah.. abang disini bantu-bantu pegawai lah..”
W2.R1b.329-331h.7 Selain bekerja di kantor tersebut, Awan juga memberikan pelajaran
matematika pada narapidana lainnya. Awan berperan sebagai tenaga pengajar matematika Paket A dan Paket B bagi narapidana yang belum menyelesaikan
sekolahnya. Kegiatan ini merupakan jenis pembinaan yang diberikan kepada narapidana dan dilakukan secara rutin.
“Abang disini ngajar juga..”
W2.R1b.662h.13
“Paket A, paket B ada disini..
“ W2.R1b.670h.13
Universitas Sumatera Utara
Selain merupakan pembinaan, alasan utama Awan untuk melakukan segala aktivitas yang dibebankan padanya adalah kebebasan. Menurutnya,
kebebasan adalah hal terpenting ketika seorang narapidana berada di dalam LP. Itulah sebabnya Awan berusaha sebisa mungkin mengerjakan tanggung jawab
yang diberikan kepadanya. Karena bagi narapidana yang berkerja, ada beberapa keuntungan yang didapatkan, seperti kebebasan yang lebih dan keringanan waktu
ketika melakukan checking kamar.
“Tapi kalau kebebasan kak, sedikit lebih longgar dari yang lain, itu saja keuntungan nya. Artinya ya kalau misalnya kamar lain di buka jam sekian, jam 7,
8 la misalnya. Jadi saya jam 6 kamar saya sudah dibuka, gak di kunci. Jadi sore seperti itu juga, sore kamar lain jam 5 sudah ditutup,
kalau saya jam 6..”
W1.R1b.343-350h.7
“Sekarang kan disini…yang paling utama, ini dek..mencari kebebasan. Jadi kalau kita ada kegiatan, kebebasan kita sedikit bertambah..”
W2.R1b.686-689h.13
“Ooh.. abang kan.. karna kerja, jadi agak ada keringanan..”
W2.R1b.606-607h.12 Ketika kesepian menyergap, Awan akan berusaha mencari kesibukan lain,
biasanya Awan akan bermain-main dengan teman sesama narapidana maupun mengisi TTS. Terkadang, ketika Awan merasa stress, ia juga akan merokok.
“Yah bukan pernah lagi kak… hahaha tertawa. Itu sudah sering, kalau misalnya kita kesepian, mengatasinya yah cari kesibukan lah sama temen,
ngomong– ngomong sama temen.. kadang–kadang, kalau kesepian itu sudah datang ya berdoa lah.. yang namanya kesepian ditempat ini.. semua kesepian..”
W1.R1b.374-381h.8
“Misalnya kalau suntuk kan, datang pikiran-pikiran seperti itu..pikiran-pikiran seperti itu pasti datang. Bicara sama kawan, main catur, main ludo ya kan..ntah
buat apa..bercanda-bercanda kan gitu..kalau sendiri..”
W2.R1b.445-450h.9
Universitas Sumatera Utara
“Iya.. iya.. Aku senang isi TTS. Kalau kerajinan tangan, buat gelang, buat apa, aku angkat tangan la…”
W2.R1b.385-387h.8 “
Yah seperti itu lah dek.. karna disini kan.. kadang-kadang kegiatan gak ada.. termenung gitu.. gitu lah..
W3.R1b.216-219h.5 Kesulitan terbesar yang sampai saat ini masih dialami oleh Awan adalah
kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan biologis. Awan mengakui bahwa ia merasa sulit dalam menangani kelemahannya, yang paling utama terhadap kaum
perempuan. Menurut Awan, godaan yang paling sering muncul adalah perempuan. Kondisi LP yang hanya dipenuhi oleh kaum lelaki membuat Awan
tidak dapat memuaskan keinginannya untuk bertemu kaum perempuan.
“Kelemahan aku disini la.. kalau ini.. perempuan..”
W2.R1b.149-150h.3
“Ya ini.. perempuan juga ini.. karna gimana.. gak pernah lihat perempuan.. hahaha tertawa …”
W2.R1b.169-171h.4
“Iya dek.. cemana ya.. gak tau kenapa ya.. udah kubilang.. aku gak bohong kalau kubilang aku.. kehidupan diluar baik-baik aja
ya kan.. tapi inilah.. aku kalau untuk urusan perempuan.. aku inilah.. ada ini.. ada.. ada aturan gak boleh seperti
ini sama perempuan.. tapi keinginan kadang-kadang ada.. untuk keluar dari aturan itu..”
W2.R1b.153-160h.4
“Kalau yang lain.. yang di dunia luar, bisa kita dapatkan disini.. Yah.. kalau misalnya pertemanan.. bisanya.. kalau itu.. macam mana.. itulah masalahnya..
karna sekarang lembaga ya.. gak penjara namanya.. lembaga rata-rata kan sama seperti asrama kan.. gak ada beda-bedanya.. sama seperti asrama..”
W2.R1b.484-491h.9
“Gak pikirkan kali.. emang iya.. tapi kalau dapat malam.. contohnya begini la.. teman aku nelfon.. dia nelfon dengan ceweknya.. yah ini.. kadang-kadang
menyimpang pembicaraannya.. aku kan dengar.. ya kan gitu ya kan.. hahaha tertawa.. iya.. aku disitu kesulitannya..”
Universitas Sumatera Utara
W2.R1b.540-546h.10
“Itulah factor yang terbesar.. jadi kesusahannya disini.. faktor yang terbesar disini itulah.. kebutuhan biologis..”
W2.R1b.535-537h.10
“Iya.. seperti asrama.. cuman itu.. kebutuhan biologis ini gak terpenuhi.. lain la kalau cewek sama cowok.. kalau cewek bisa ditahan-tahan.. kalau cowok
mana bisa ditahan-tahan..”
W2.R1b.495-499h.10 Selain itu, kurangnya interaksi antara narapidana wanita dan narapidana
pria membuat Awan semakin berat dalam memenuhi kebutuhan biologisnya. Kesempatan untuk bertemu dengan narapidana perempuan dapat dikatakan
hampir tidak ada. Ketika upacara dilakukan, baris antara narapidana perempuan dan lelaki dibuat terpisah. Selain itu, pada saat beribadah di gereja, narapidana
perempuan akan mengambil tempat duduk di depan, sedangkan narapidana lelaki di belakang. Di kantor bagian Awan bekerja, perempuan yang dapat dlihat hanya
beberapa petugas wanita. Kesemuanya juga telah berkeluarga.
“Gak. Upacara sama.. tapi barisan cewek sama cowok lain. Kalau gabung bahaya.. orang udah kehausan semua disini.. bahaya..”
W2.R1b.473-476h.9
“Nggak ahh.. karna rata-rata udah ini.. berkeluarga. Tapi kalau ada misalnya kan, dari gereja lain, dari luar.. pendetanya bawa ini, rombongan gitu.. baru tertarik..
haha tertawa.. disini kalau rombongannya kan.. misalnya perempuan banyak.. yang gereja juga banyak.. hahaha tertawa.. yang gereja juga banyak..”
W2.R1b.526-533h.10 Terkadang, untuk melampiaskan hasrat Awan, ia akan berusaha untuk
meminjam handphone teman sesama narapidana untuk sekedar menonton film biru.
Universitas Sumatera Utara
“Berapa orang aja.. satu, tiga, empat.. itu pun udah berkeluarga semua.. artinya begini ya dek ya.. gak munafik, kan timbul kadang-kadang keinginan untuk sama
dengan inilah... dengan lawan jenis ya kan.. ya kadang- kadang itulah.. dilampiaskan dengan nonton..”
W2.R1b.174-180h.4 Selain kebutuhan biologis, Awan juga sering kesulitan untuk memperoleh
uang. Uang yang dimiliki sering digunakan untuk membeli lauk di kantin maupun sebungkus rokok. Biasanya ia memperoleh uang dari meminjam atau pemberian
temannya atau dari kegiatan-kegiatan yang dilakukannya.
“Ya.. masalah keuangan.. gak ada lagi kawan ngasi.. kan kawannya gak ada..”
W2.R1b.398-399h.8
“Emang disediain makanan ya kan.. contohnya tempe pakek garam, ikan asin.. Tapi kadang-kadang kan, kita pengen makan yang lain juga..”
W2.R1b.404-407h.8 “
Gak ada.. minta sama kawan la.. hahaha tertawa.” W3.R1b.
194-195h.4
“Yah ditahan-tahankan lah.. disini dek ya.. ada disini, ini puntungnya sambil menunjuk asbak rokok yang terdapat di meja. Responden memegang rokok yang
hanya tinggal 2cm atau 3cm yang terdapat di dalam asbak tersebut. Ya kan, rokok seperti ini, masih bisa digunakan lagi..”
W3.R1b.
198-205h.4
“Kalau baju kita minta dari luar la kan gitu.. sabun juga ya seperti itu, tapi juga kan.. seperti abang la, ada kegiatan gitu kan.. kadang-kadang ada rezeki yang
didapat, itulah yang digunakan beli sabun..” W3.R1b.
182-187h.4 Kehidupan yang dijalani Awan di dalam LP tidaklah mudah. Namun
sejauh ini, ia ma.mpu menjalani kondisi dan situasi yang mau tidak mau harus tetap dijalaninya. Kurangnya kebebasan membuatnya merasa terkekang. Untuk
mengatasinya, Awan berusaha untuk melakukan kegiatan-kegiatan di luar untuk
Universitas Sumatera Utara
dapat memperoleh kebebasan lebih. Ia turut membantu di bagian pegawai dan menjadi staf pengajar pada program pembinaan yang disediakan LP. Dari
kerjaanya, ia mendapatkan keuntungan dalam keringanan waktu. Selain kurangnya kebebasan, ia juga merasa kesulitan dalam memenuhi kebutuhan
biologis dan kebutuhan ekonomi selama berada dalam LP. Namun, seiring dengan waktu, ia bisa mengatur sendiri mana yang baik dan patut dilakukan olehnya
IV. e. Otonomi Autonomy