Gambaran Psychological Well Being pada Responden I a. Penerimaan Diri Self-Acceptance
IV. Gambaran Psychological Well Being pada Responden I IV. a. Penerimaan Diri Self-Acceptance
Sesuai hukuman yang diputuskan oleh persidangan, Awan harus menghabiskan 12 tahun masa tahanan di LP. Hal ini membawa perubahan hidup
yang sangat besar pada dirinya, mengingat kehidupan sebelumnya yang begitu teratur. Bagaimanapun juga, ia harus menanggung akibat atas perbuatannya.
Ketika berita mengenai dirinya terdengar ke telinga orang-orang di sekitarnya, keluarga yang berada di Medan serta kerabat yang berada di Sibolga harus
menerima hinaan-hinaan dari masyarakat. Orangtua merasa sangat kecewa dan sedih dengan apa yang telah
diperbuatnya, apalagi ia merupakan anak kesayangan dan harapan orangtua. Ia sendiri merasa sangat sedih dan hancur, apalagi ketika mendengar Ayahnya
memberi tahu bagaimana reaksi masyarakat sekitar terhadap keluarganya. Selain perkataan-perkataan yang menyakitkan, keluarganya juga merasa malu bahkan
minder untuk menghadiri pertemuan-pertemuan di masyarakat. Bahkan Ayah Awan sendiri mengatakan bahwa Ia sudah tidak sanggup lagi melihat orang lain
karena adanya rasa malu yang sangat besar.
“Tanggapannya.. terdiam.. kalau macam kasus aku ini kan udah aib, aib besar.. apalagi kalau ngeliat profesi aku.. aku guru.. dan satu lagi itu.. aku udah ini..
udah PNS juga.. terdiam.. yah.. tanggapan orangtua itu.. hancurlah gitu kak.. dia yang mau diharapkan.. anaknya gitu kan.. hancur perasaan..”
W1.R1b.39-50h.1
“Yah.. mereka sih sedih melihat saya.. mereka juga ada merasa malu lah.. kan gitu..”
W1.R1b.90-92h.2
Universitas Sumatera Utara
“Yah pernah.. dampaknya buat keluarga saya itu.. terdiam.. masyarakat inilah.. mencibirlah.. dan untuk menghadiri pertemuan–pertemuan di masyarakat itu,
keluarga saya sudah merasa minder. Dan banyaklah perkataan-perkataan masyarakat yang tidak enak di dengar.. yang sampai pada keluarga saya..”
W1.R1b.96-103h.2
Saya gak tau.. saya gak dengar tapi ya garis besarnya seperti itu… Orangtua saya bilang, “Aku melihat orang lain saja udah tidak sanggup..”, begitu saja dia
bilang..”
W1.R1b.109-112h.3 Sebagai seorang anak yang seharusnya dapat membanggakan orangtua,
Awan merasa telah gagal menjalankan tugasnya. Tidak hanya diberhentikan dari pekerjaan, status PNS juga harus dilepaskan. Ia merasa sendirian, tidak ada orang
lain yang mendukung dirinya dalam menghadapi kesusahan yang dialaminya. Ia tidak dapat menerima kenyataan yang terjadi. Ia menyangkal dan merasa Tuhan
tidak adil dalam hidupnya.
“Mungkin kalau saya ceritakan, kakak gak percaya ya.. saya orang nya termasuk gimana yah.. saya itu kalau untuk hidup di masyarakat, saya dikatakan baik..
untuk hidup pekerjaan saya, saya di katakan baik.. Untuk hidup keagamaan saya, saya di katakan baik. Jadi sama sekali itu, boleh di katakan kejelekan saya
itu gak ada… seperti itu lah.. jadi saya pun hidupnya teratur, jadi masyarakat pandangan nya itu baik sama saya. Dunia kerja saya juga pandangan nya baik
sama saya. Hidup keagamaan saya juga baik pandangannya sama saya..”
W1.R1b.260-273h.5
“Awal nya itu udah gak ada guna nya… Saya menyangkal. Saya menyangkal, mungkin.. karena kita sama – sama Kristen ya, saya memandang kuasa Tuhan itu
gak ada. Tuhan itu gak adil. Saya baik, saya begini hanya karena kesalahan saya satu, saya jadi seperti ini. Padahal banyak orang lain yang punya kesalahan lebih
dari saya, gak satu, gak dua gitu kan, tapi gak seperti saya… terdiam… Mengapa saya hanya satu kesalahan saya, saya harus seperti ini dengan hukuman
seperti ini, pekerjaan saya dicopot, orang lain gak ada lagi. Saya gak bohong, di luar pandangan masyarakat itu baik. Saya gak peminum. Merokok saya gak
merokok, judi saya gak judi, untuk ke lokasi saya gak ke lokasi – lokasi..”
W1.R1b.276-294h.6
Universitas Sumatera Utara
Selain keluarga, orang terdekat yang diharapkan Awan adalah kekasihnya. Ia dan kekasihnya telah berpacaran selama 3. Beberapa kali, kekasihnya memang
datang berkunjung. Namun, hal itu tidak berlangsung lama. Ia mendapatkan kenyataan yang pahit. Kekasihnya berlalu dan meninggalkan dirinya dalam
kesendirian. Awalnya, Awan merasa marah. Namun, ia kemudian mencoba “melihat dirinya sendiri dari sudut pandang kekasihnya”. Ia sadar, kekasihnya
selama ini tidak benar-benar mencintainya, melainkan hanya melihat status dan pekerjaannya yang menjanjikan.
“Tanggapan nya… dia juga malu punya pacar seperti saya. Mereka abaikan saya. Begitu saya sudah masuk kesini, satu dua kali mereka datang. Tapi setelah putus
hukuman, gak ada lagi..”
W1.R1b.311-315h.6
“Yah seperti itu lah… Saya posisikan diri saya, andai saya berada di posisi dia, kan gitu kan. ah… perasaan benci pasti ada. Berarti dia selama ini hanya lihat apa
yang ada sama saya. Kan begitu kan ? Tapi begitu saya ini, saya gak punya apa – apa lagi, ya udah hilang semua. Singkat katanya mungkin, yah mungkin dia lihat
pekerjaan saya yang menjanjikan..”
W1.R1b.318-326h.6
Tapi gak ada dek.. dia pacaran sama banga karna apa yang ada sama abang..”
W1.R1b.786-787h.15
“Iyalah.. buktinya abang disini.. dia gak peduli lagi..”
W1.R1b.790-791h.15 Tidak hanya dari orang-orang terdekat Awan, namun juga respon yang
menyakitkan datang dari masyarakat dan umat gereja tempat ia beribadah.
“Apalagi masyarakat.. hahaha.. tertawa.. Masyarakat kak.. tanggapannya ya.. sudah jelas-jelas mereka ini anggap saya itu lebih – lebih dari seekor binatang
lah… terdiam.”
W1.R1b.53-56h.2
Universitas Sumatera Utara
“Masyarakat inilah.. mencibirlah..”
W1.R1b.97-98h.2
“Gereja… ya samalah seperti pandangan masyarakat pada umumnya, ya… dari pihak gereja juga seperti itu.. bisa di katakan… mereka abaikan saya..”
W1.R1b.73-76h.2 Pertama sekali menginjakkan kaki di Lembaga Permasyarakatan, Awan
harus menerima caci-maki dan hinaan dari teman sesama narapidana. Kasus pemerkosaan, dengan korban seorang anak SD kecil, dinilai sebagai kasus yang
sangat memalukan. Ia menjadi bahan olokan oleh narapidana lainnya. Ia menjalani hari-hari dengan penuh rasa takut dan kesendirian. Keadaan ini
membuatnya merasa sangat sedih, hancur dan tertekan.
“Yah.. hinaan itu kak… terdiam.. penghinaan–penghinaan itu.. caci maki itu.. sudah seringlah saya dengar.. pertama kali saya datang kemari..”
W1.R1b.177-180h.4
“Hancur kali lah kak perasaan nya, sedih kali… cemanalah… gak tau lagi lah bilangnya, melukiskannya macam mana perasaannya..”
W1.R1b.187-190h.4
“Caci makinya yah.. guru cabul atau..ya seperti-seperti itulah..bahasa-bahasa kotor..”
W1.R1b.182-184h.4
“Awal yah… Adaptasi gitu lah. Adaptasi kan sulit.. yang pertama kali, saya belum berani keluar kamar. Satu hari itu saya belum berani keluar kamar. Ada
rasa ketakutan lah setiap hari, ketakutan dengan narapidana dan tahanan, ketakutan dengan pegawai, itulah. Setiap hari ada rasa ketakutan. Jadi yah..
memang untuk awal – awal pertama itu seperti itulah kejadiannya. Kita makan pun susah ya kan. Dengan makanan yang beda dengan di luar, menjalani
kehidupan susah karena di penuhi ketakutan, ya kan gitu..”
W1.R1b.195-206h.4
”Sulit adaptasi nya? Yah... sulit.. misalnya di kamar saya sendiri. Awal–awal nya.. di kamar saya sendiri teman – teman sekamar itu pun susah nerima saya…
Artinya susah menerima saya.. mereka pun kadang – kadang abaikan saya. Misalnya mereka pun makan sama–sama, saya di biarkan sendiri. Kalau saya
Universitas Sumatera Utara
pergi keluar kamar, ada teman –teman dari kamar lain begitu kan… ini… yang menyampaikan kata–kata yang gak enak lah di dengar..”
W1.R1b.209-219h.4 Selama bulan-bulan pertama Awan mendekam di LP, Awan mengalami
stress berat dan perasaan tertekan yang parah. Namun, ia tidak dapat berbuat apa- apa, ia tidak mampu menyalurkan amarah dan emosi atas keadaan yang
dialaminya. Sebagai seorang narapidana baru, ia hanya bisa diam dan memendam emosi yang muncul. Puncaknya, ia bahkan merasa bahwa tidak ada gunanya lagi
ia hidup. Beberapa kali, timbul niat dalam dirinya untuk melakukan bunuh diri. Namun, ia mengurungkan niatnya. Setiap kali muncul pemikiran untuk
mengakhiri hidupnya, ia kemudian berdoa kepada Tuhan untuk meminta ketenangan diri.
“Iya, dua bulan saya merasa depresi saya… benar – benar merasa depresi nya. Kakak ini bisa bayangkan lah yah… saya… mungkin dengan kehidupan saya di
luar seperti itu, masuk kesini dengan kasus yang seperti itu lagi dan yang kena dampaknya bukan hanya saya tapi orang lain juga, kan gitu… benar – benar
depresi lah.. benar – benar gak ada guna nya lagi hidup.. Niat – niat untuk ini… Awal–awal di tangkap di penjara… niat – niat bunuh diri pun ada gitu…”
W1.R1b.235-245h.5
“Cem mana saya marah… Marah.. iya, saya marah… sebagai manusia saya
marah kan gitu, cuman karna saya ini… orang baru… karena saya sudah punya pemikiran penjara bagaimana ya gitu kan… yah saya gak berani melawan.
Makanya yah…di pendam lah… di diamin..”.
W1.R1b.223-229h.5 Perubahan hidup yang dialami Awan terjadi begitu drastisnya. Terkadang,
ketika ia memikirkan kejadian yang telah berlalu tersebut, ia masih sering tidak paham. Walaupun ia belum secara utuh dapat menerima sepenuhnya apa yang
terjadi dalam hidupnya, ia tetap meneruskan hidupnya serta tidak hanya berfokus pada masa lalunya.
Universitas Sumatera Utara
“Ya adalah.. yang pertama yang abang ingin ubah kan.. ini.. yang pertama.. sebab aku datang kemari.. yah.. paling tidak kan aku udah melakukan pelecehan ya
kan.. gak sekali ya kan.. itu yang pengen aku ubah..”
W2. R1 b. 130-134 h. 3 “
Udah terjadi.. cuman kan.. akunya sendiri.. kan gitu ya kan.. keinginan itulah.. keinginan untuk berbuat seperti itu lagi..”
W2. R1 b. 139-142 h. 3
“Kadang-kadang.. kalau bicara diluar kan.. hahaha tertawa.. berbalik 180 derajat la ya kan..”
W2.R1b.273-275h.6
“Dengan apa yang udah terjadi.. hehehe.. tersenyum.. kadang-kadang aku bingung dengan diriku sendiri kan.. Iya, bingung juga aku.. aku kerja, prestasi
kerja ku bagus, baguslah.. artinya aku bisa dapat pengakuan dari orang lain, ya gitu kan.. untuk kehidupan bermasyarakat, aku bagus.. seperti ini ya kan..
terdiam.”
W2.R1b.277-284h.6 “Tentang kasus abang ini lah, orang luar kan
berpandangan seperti itu.. tapi kan terjadi, berarti ada yang salah sama abang kan gitu..”
W3.R1b.630-634h.12
“Kadang-kadang aku benci.. kalau lihat aku siapa, diri aku ini.. terus terjadi kan.. terjadi peristiwa itu.. berarti ada yang salah kan gitu..”
W3.R1b.646-649h.12 Dari gambaran di atas, terlihat bahwa Awan merasa sangat tertekan dan
menyesal dengan kejahatan yang telah dilakukannya. Ia telah mengecewakan orangtuanya, bahkan ia kecewa dengan dirinya sendiri. Aib yang dilakukannya
menyebabkan ia kehilangan orang-orang yang dicintainya, semua orang berlalu meninggalkannya. Puncaknya, ia bahkan berfikir untuk melakukan bunuh diri.
Namun sekarang, ia tidak mau terus berlarut dalam kesedihannya. Ia mencoba bangkit dan meneruskan hidupnya serta memandang ke depannya dengan jauh
lebih baik.
Universitas Sumatera Utara