KEBuTuhAN CAIRAN Bidang Sport Science & Penerapan Iptek Olahraga KONI Pusat

Jurnal Iptek Olahraga, Volume I | No. 1 Kebutuhan Nutrisi pada Masa Pemulihan Pertandingan | 53

1. Palatabilitas cairan

Minuman dingin sekitar suhu 15 derajat dapat meningkatkan palatabilitas, sehingga terasa lebih enak dan dapat dikonsumsi dalam jumlah besar. Demikian halnya dengan minuman yang mengandung glukosa dan elektrolit, biasanya mampu dikonsumsi lebih banyak oleh atlet daripada berupa air mineral saja. Minuman manis mampu merehidrasi cairan sekitar 79 dari total kehilangan keringat, sedangkan air mineral dapat menggantikan sekitar 63 dari total kehilangan keringat. Meskipun demikian, minuman yang terlalu manis dengan konsentrasi tinggi karbohidrat dapat mengurangi keinginan untuk minum. 1

2. Cairan elektrolit

Elektrolit utama yang hilang melalui keringat adalah natrium. Kehilangan natrium selama olahraga dapat digantikan melalui rehidrasi cairan dan konsumsi makanan. Kehilangan natrium melalui keringat terjadi sekitar 20–80 mmolL. Penggantian natrium dapat dilakukan dengan mengonsumsi cairan elektrolit yang mengandung natrium sekitar 50 mmolL, namun untuk meningkatkan palatabilitas minuman elektrolit yang tersedia di pasaran umumnya mengandung natrium sekitar 10–25 mmolL. 1 Minuman yang diperkaya natrium dapat meningkatkan keinginan minum karena lebih memiliki rasa dibandingkan air mineral. Pemberian natrium melalui cairan elektrolit sebesar 80 mmolL dapat mengganti volume plasma lebih cepat dibandingkan pemberian air mineral saja. Contohnya, minuman jus buah atau cairan elektrolit dapat merehidrasi cairan sebesar 2,5 L dibandingkan rehidrasi oral dengan air mineral saja, yaitu sebesar 1,7 L. 1

3. Rehidrasi cairan melalui intravena

Rehidrasi cepat melalui larutan fisiologis intravena dapat dilakukan apabila diperlukan penggantian cairan secara cepat, misalnya adanya indikasi medis tertentu, misalnya seorang atlet mengalami dehidrasi sedang, tidak dapat minum melalui oral, atau mungkin waktu yang disediakan untuk istirahat antar pertandingan amat singkat. 1 Dalam upaya rehidrasi cairan, sesungguhnya rehidrasi melalui oral JUARA | Januari – April 2013 54 | Nurul Ratna Mutumanikam, dr.M.Gizi maupun intravena memiliki efektifitas yang hampir seimbang. Untuk mengurangi rasa haus, lebih disarankan menggunakan rehidrasi oral dibandingkan intravena. Sedangkan untuk mencapai rehidrasi optimal, sebaiknya menggunakan kombinasi antara rehidrasi oral dengan intravena. 1

D. KESIMPulAN

Setelah pertandingan penting dilakukan penggantian cadangan glikogen dengan segera empat jam pertama setelah bertanding dengan memberikan karbohidrat sebesar 1 gramkg massa tubuhjam, berupa makanan utama tinggi IG, maupun camilan dengan karbohidrat setiap 15 hingga 20 menit dalam porsi kecil. Agar cadangan glikogen terpenuhi optimal total karbohidrat yang diberikan sebesar 7–12 gramkg massa tubuh, atau minimal 5 gramkghari. Karbohidrat yang diberikan dapat berupa makanan padat maupun minuman yang dikonsumsi dalam porsi kecil namun sering. DAFTAR REFERENSI 1 Burke L. Nutrition for recovery after training and competition. Dalam: Deakin V, Burke L. Clinical Sport Nutrition. edisi ke-3. 2006. North Ryde: McGraw-Hill. hal. 415-57. 2 Oetoro S. Nutrition for Rapid Sports Recovery. Dibawakan pada acara Lokakarya Olahraga. 3 Gropper SS, Smith JL, Groff JL. Dalam: Advanced Nutrition and Human Metabolism. edisi ke-5. 2009. Belmont: Wadsworth. hal.63-104. 4 Marks DB. Hubungan antar jaringan dalam metabolisme asam amino. Dalam: Marks DB, Marks AD, Smith CM. Biokimia Kedokteran Dasar: Sebuah pendekatan klinis. 2000. Jakarta: EGC. hal. 630-50. 5 Manninen AH. Hyperinsulinemia, hyperaminoacidaemia and post-exercise muscle anabolism: the search for the optimal recovery drink. Br J Sports Med 2006;40:900-05. 6 Koopman R, Wagenmakers AJM, Manders RJF, Zorenc AHG, Senden JMG, Gorselink M, dkk. Combined ingestion of protein and free leucine with carbohydrate in increases post-exercise muscle protein synthesis in vivo in male subjects. Am J Physiol Endocrinol Metab 2005;288:E645-E653. — 55 — latihan Kekuatan untuk Atlet Muda Dr. Johansyah Lubis, M.Pd Dosen FIK Univ. Negeri Jakarta dan Wk 1 Binpres KONI Pusat I su yang berkembang saat ini dalam latihan kekuatan adalah 1 Apakah latihan kekuatan memberikan tekanan beban yang tak semestinya pada sistem otot-syaraf atlet-atlet muda? 2 Dapatkah anak -anak masa prepubescent memperoleh kekuatan yang signifikan dengan latihan kekuatan? 3 Bagaimana seharusnya program latihan kekuatan untuk atlet muda dirancang agar mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin dan meminimalkan kemungkinan resiko cedera.

A. PENDAhuluAN

The American College of Sport Medicine ACSM berpendapat bahwa latihan kekuatan dapat menjadi efektif dan aman bagi kelompok umur tersebut. Asalkan program tersebut dirancang dengan tepat dan dengan pengawasan yang baik Feigenbaum dan Michell, 1998. Bagaimanapun juga penampilan fisik termasuk pembinaan olahraga pada anak-anak dan remaja selalu dinilai dari sudut pandang proses pertumbuhannya Brooks dan Fahey, 1985. Sebuah referensi yang dilakukan oleh Asosiasi Strength dan Conditioning National, Komunitas Orthopedik Amerika menyatakan bahwa anak-anak dan remaja banyak mendapat manfaat jika diikutsertaan dalam program latihan dengan pengawasan yang ketat. Manfaat yang utama adalah: a. Meningkatkan kekuatan otot b. Meningkatkan daya tahan otot lokal. c. Mencegah cedera selama berolahraga dan aktivitas berkenaan dengan rekreasi, dan