Pendekatan Penilaian Ekosistem Hutan Mangrove Nilai ekonomi total total economic value = TEV merupakan jumlah dari Nilai guna tidak langsung adalah nilai ekonomi yang diterima oleh Nilai pilihan diturunkan dari pilihan untuk melakukan preservasi bagi

No. Jenis Kegunaan 27. Acanthus ilicifolius Acanthus embrathatus Mandi dengan memakai air ekstraksi rebusan kulit batang dan akar dapat mengurangi simpton dingin, mengobati alergi pada kulit dan penyakit. Jika diminum dapat menyembuhkan gejala penyakit sipilis. Gilingan kulit batang segar yang dibalurkan pada luka bernanah akan mempercepat proses penyembuhan. Jika dicampur dengan jahe, hasil gilingannya dapat dipakai secara lokal untuk mengobati infeksi pada mata dan malaria. Jika digiling bersama kunyit dan gula tebu, dapat dipakai untuk ambien. Jika digiling dengan madu serta licorice Glycyrrhiza glabra, diminum akan menghilangkan sakit punggung 28. Thespesia populnea Kudis dapat diobati dengan menempelkan gilingan buah dan daunnya pada tempat yang sakit. Ekstrak kulit batang dipakai untuk membersihkan luka yang sudah kronis. Akar muda digunakan sebagai tonik. 29. Hibiscus tiliaceus Bunga segar direbus dengan susu segar dan dipakai ketika dingin untuk membersihkan infeksi pada telinga. Sumber: Kusmana 2009

2.4 Pendekatan Penilaian Ekosistem Hutan Mangrove

Pendekatan yang digunakan dalam melakukan penilaian manfaat ekosistem hutan mangrove adalah menggunakan konsep pendekatan penilaian ekonomi total total economic valuation dari produk barang dan jasa yang berguna use value dan yang tidak berguna secara langsung non use value Gambar 3. Untuk lebih memahami pendekatan operasional total economic valuation dari suatu sumberdaya, dapat dilihat tulisan Bann 1992 sebagai berikut:

a. Nilai ekonomi total total economic value = TEV merupakan jumlah dari

nilai penggunaan use value = UV dan nilai non penggunaan non-use value = NUV. UV adalah jumlah dari nilai guna langsung direct use value = DUV, nilai guna tidak langsung indirect use value = IUV, nilai pilihan option value = OV. Sedangkan, NUV adalah jumlah dari nilai eksistensi existence value = XV. Nilai guna langsung adalah barang dan jasa sumberdaya dan lingkungan mangrove yang digunakan langsung oleh manusia. Nilai penggunaan langsung antara lain: kayu komersial, kayu bakar, chips, tiang pancang, arang, biota air, nipah, obat-obatan, bahan pangan, madu, satwa, wisata, bibit mangrove dan lainnya.

b. Nilai guna tidak langsung adalah nilai ekonomi yang diterima oleh

masyarakat dari sumberdaya alam dan lingkungan mangrove secara tidak langsung, seperti manfaat ekologis dari hutan mangrove sebagai penahan abrasi, penahan intrusi, penyedia nutrien, daerah asuhan, pemelihara biodiversity, penyerapan karbon dan lainnya.

c. Nilai pilihan diturunkan dari pilihan untuk melakukan preservasi bagi

penggunaan barang dan jasa sumberdaya dan lingkungan mangrove di masa yang akan datang yang tidak dapat digunakan pada saat sekarang. d. Nilai bukan penggunaan merupakan nilai keuntungan yang dapat dinikmati manusia sehubungan dengan keberadaan sumberdaya alam dan lingkungan mangrove. Manusia dapat memberikan nilai pada sumberdaya hutan dengan tanpa maksud untuk memanfaatkannya pada masa yang akan datang, yaitu mereka memberikan nilai secara murni pada sumberdaya hutan, dengan harapan keberadaan sumberdaya hutan tersebut dapat dipertahankan terus- menerus. Banyak pihak ingin memberi uang, waktu, ataupun barang untuk membantu melindungi jenis ekosistem yang langka dan akan terancam punah. Teknik perhitungan nilai manfaat ekosistem mangrove dengan pendekatan nilai total ekonomi adalah pendekatan produksi dan nilai pasar productivity and market values , pendekatan biaya ganti replacement cost, dan contingen valuation method dengan memanfaatkan data hipotetik mengenai kesediaan membayar dan menerima willingness to payWTP and willingness to accept WTA dari pengguna sumberdaya ekosistem hutan mangrove. Gambar 3 Kategori nilai ekonomi total ekosistem hutan mangrove Bann 1998 Penilaian ekonomi ekosistem mangrove didasarkan pada manfaat dan fungsi yang dihasilkan, baik fungsi produksi, ekologis, dan sosial ekonomi. Keberadaan ekosistem mangrove di beberapa lokasi di Indonesia, seperti Batu Ampar Kalimantan Barat, Segara Anakan di Cilacap, Pantai Utara Kabupaten Subang, Teluk Bintuni Papua dan Selat Malaka, ternyata memberikan manfaat ekonomi yang cukup tinggi dan bervariasi antara lokasi yang berbeda. Berdasarkan hasil analisis data dari Tabel 3, diketahui bahwa total nilai ekonomi ekosistem mangrove dari berbagai daerah di Indonesia adalah Rp. 29.152.232hatahun, terbagi atas nilai manfaat aktual Rp. 17.577.040hatahun 60,29 dan nilai manfaat potensial Rp. 11.575.192hatahun 39,71. Total nilai manfaat langsung Rp. 8.397.939hatahun 28,81; manfaat tidak langsung Rp. 8.321.335 hatahun 28,54; manfaat pilihan biodiversitas Rp. 94.688hatahun 0.33 dan nilai manfaat keberadaan habitat Rp. 12.338.270 hatahun 42,32 LPP Mangrove 2004. Tabel 3 Prediksi total nilai ekonomi ekosistem mangrove di Indonesia No Jenis Manfaat Rata-rata Nilai Manfaat Aktual Rphathn Rata-rata Nilai Manfaat Potensial Rphathn Total Nilai Manfaat Aktual + Potensial Rphathn 1 Manfaat Langsung 8.103.695 46,10 294.244 2,54 8.397.939 28,81 2 Manfaat Tidak Langsung 3.367.394 19,16 4.953.941 42,80 8.321.335 28,54 3 Manfaat Pilihan Biodiversity: 58.688 0,34 36.000 0,31 94.688 0,33 4 Manfaat Keberadaan Habitat: 6.047.263 34,40 6.291.007 54,35 12.338.270 42,32 Total Nilai Ekonomi Rphathn 17.577.040 100,00 11.575.192 100,00 29.152.232 100 Sumber: LPP Mangrove 2004 Dari Tabel 3 tersebut di atas, terlihat bahwa ekosistem mangrove memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi, namun pemanfaatan aktual saat ini belum optimal karena nilai potensial belum diperhitungkan dalam pengelolaan ekosistem mangrove. Persentase nilai manfaat langsung lebih tinggi dibanding manfaat tidak langsung maupun manfaat pilihan terhadap perlindungan keanekaragaman hayati hutan mangrove. Dilain pihak, ada korelasi yang kuat antara manfaat langsung hutan mangrove dengan derajat penilaian keberadaan habitat yang ditunjukkan oleh tingginya penilaian masyarakat terhadap keberadaan hutan saat ini dan yang akan datang. Keragaan nilai ekonomi manfaat langsung aktual dan potensial hutan mangrove menurut jenis dirinci sebagai berikut: nilai tegakan hutan mangrove sebesar Rp. 2.681.893,-hatahun 11,70 meliputi manfaat kayu bangunan, kayu bakar, arang, chip, pemberat cock bulu tangkis serta daun mangrove untuk pakan ternak. Nilai manfaat ekonomi silvofisheries Rp. 1.323.056,-hatahun 5,77; tambak rakyat Rp. 5.635.190,-hatahun 24,59; perikanan Rp. 1.258.676,- hatahun 5,49; Nipah atap dan gula nira Rp. 335.975,-hatahun 1,47; tambang dan galian Rp. 8.293.644,-hatahun 36,19; satwa Rp. 75.188,- hatahun 0,33 dan hasil hutan lainnya Rp. 2263761,-hatahun 9,88. Nilai manfaat tidak langsung aktual dan potensial hutan mangrove sebagai lokasi wisata alam memiliki nilai ekonomi tertinggi Rp. 4.142.582,-hatahun 18,08; fungsi penyedia siklus makanan Rp. 3.751.960,-hatahun 16,37; penahan abrasi dan intrusi air laut Rp. 3.494.786,-hatahun 15,25; dan sebagai penyerap karbon Rp. 3.168.355,-hatahun 13,82. Sementara manfaat pilihan terhadap keanekaragaman hayati hutan mangrove sebesar Rp. 94.688,-hatahun 0,41 dan keberadaan habitat ekosistem hutan mangrove agar tetap tersedia mempunyai nilai ekonomi Rp. 12.338.270,-hatahun 53,84. Analisis terhadap kawasan hutan mangrove menurut wilayah kajian bahwa total nilai ekonomi aktual dan potensial bervariasi, karena belum semua manfaat hutan mangrove diperhitungkan seperti nilai manfaat obat-obatan, konservasi habitat, perlindungan spesies langka. Selain itu, juga disebabkan oleh perbedaan potensi sumberdaya hutan mangrove di setiap daerah. Sebagai contoh, hasil perhitungan total nilai ekonomi hutan mangrove di Segara Anakan memiliki nilai ekonomi manfaat tertinggi Rp. 31.055.380,-hatahun dibanding Teluk Bintuni Rp. 26.862.867,-hatahun, Kabupaten Subang Rp. 19.545.655,-hatahun, dan Selat Malaka Rp. 17.973.855,-hatahun.

2.5 Konservasi Sumberdaya Hutan Mangrove