Pemanfaatan Mangrove di Hutan Lindung

manfaat keberadaan Tabel 19. Rincian pemanfaatan hutan mangrove pada hutan lindung, hutan produksi dan areal penggunaan lain diuraikan lebih lanjut pada sub bab berikutnya.

5.2.1 Pemanfaatan Mangrove di Hutan Lindung

Dari Tabel 19 diatas, terlihat bahwa nilai manfaat yang teridentifikasi pada hutan lindung 50.613,08 ha adalah pengambilan kayu bakar, tiang pancang, biota perairan, daun nipah, bibit mangrove, pencegah abrasi, penyimpan karbon, penghasil oksigen, penahan intrusi air laut, manfaat pilihan dan eksistensi keberadaan kawasan. Berdasarkan analisis terhadap citra landsat Path 121 Row 60 dan Path 121 Row 61 data Agustus 2011, maka di dalam kawasan hutan lindung di ketiga kecamatan studi terdapat tambak seluas 984,16 ha. Tambak yang terluas terdapat di Kecamatan Kubu 525,85 ha, kemudian di Kecamatan Teluk Pakedai seluas 458,24 ha dan yang terkecil adalah di Kecamatan Batu Ampar dengan luas 0,07 ha. Berdasarkan wawancara dengan tokoh masyarakat di Desa Dabung Kecamatan Kubu, pembukaan tambak diperkirakan sejak tahun 1991 dan berkembang sampai dengan awal tahun 2009 sebelum adanya operasi penertiban yang dilakukan oleh instansi terkait. Pada saat penelitian ini dilakukan, tambak-tambak tersebut sedang tidak diusahakan non produktif. Hal ini disebabkan adanya penertiban yang dilakukan oleh pemerintah Dinas Kehutanan, Kepolisian, Koramil dan Kecamatan sejak awal tahun 2009 yang menyebabkan pemilik tambak takut untuk mengusahakan tambaknya kembali. Hasil penertiban ini menyebabkan sekitar 58 warga Desa Dabung menjadi tersangka. Penetapan kawasan hutan lindung mangrove di Kubu Raya sendiri berdasarkan peta Tata Guna Hutan Kesepakatan TGHK pada tahun 1982 yang tertuang dalam SK Menteri Pertanian Nomor 757KptsUm101982 dan Perda Nomor 11995 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Barat. Penetapan kawasan hutan lindung mangrove ini ditujukan untuk melindungi dan sebagai penyangga plasma nuftah kehidupan di wilayah pesisir dan lautan. 59 Gambar 5 Peta lokasi sebaran pemanfaatan ekosistem mangrove pada hutan lindung Pemanfaatan hutan lindung sendiri diatur dalam beberapa peraturan perundangan seperti yang tercantum dalam Peraturan Perundangan No. 62007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan. Pada pasal 17 ayat 1 disebutkan bahwa “pemanfaatan hutan pada hutan lindung dapat dilakukan melalui kegiatan pemanfaatan kawasan, pemanfaatan jasa lingkungan dan pemungutan hasil hutan bukan kayu ”. Pada ayat 2 selanjutnya disebutkan bahwa dalam blok perlindungan dilarang melakukan kegiatan pemanfaatan hutan seperti pada ayat 1. Dengan kondisi tersebut, terlihat bahwa pemanfaatan areal hutan lindung di Kabupaten Kubu Raya masih ada yang tidak sesuai dengan peruntukannya seperti pembukaan tambak, pemanfaatan kayu untuk bahan baku arang, tiang pancang, kayu bakar, dan areal pemukiman. Penetapan kawasan lindung saat ini masih dipermasalahkan oleh masyarakat setempat terutama di Desa Dabung yang merasa tidak dilibatkan dalam proses penunjukan kawasan dan masyarakat telah lebih dahulu berada dalam kawasan hutan lindung tersebut. Lokasi Hutan Lindung di Kecamatan Batu Ampar, Kubu dan Teluk Pakedai bisa dilihat pada Gambar 5.

5.2.2 Pemanfaatan Mangrove di Hutan Produksi