Indirect Use Value Nilai Penggunaan Tidak Langsung Option Value Nilai Pilihan Exsistence Value Nilai keberadaan

a. Direct Use Value Nilai Penggunaan Langsung

Nilai penggunaan langsung merupakan penjumlahan dari semua nilai harga pasar market price manfaat langsung hutan mangrove, yaitu manfaat kayu dan non kayu dengan rumus sebagai berikut: Nilai penggunaan langsung = Mli � �=1 Keterangan: Mli = Nilai Manfaat Langsung Kayu + Nilai Langsung Manfaat Non Kayu Nilai manfaat kayu diperoleh berdasarkan perhitungan sebagai berikut: Nilai manfaat kayu = HKi � �=1 Keterangan: HKi = nilai hasil hutan kayu kayu komersil, kayu bakar, tiang pancang, arang. Nilai manfaat non kayu dihitung berdasarkan perhitungan sebagai berikut: Nilai manfaat non kayu = HNKi � �=1 Keterangan: HNKi = nilai hasil hutan non kayu nilai manfaat biota air, daun nipah, bibit mangrove.

b. Indirect Use Value Nilai Penggunaan Tidak Langsung

Nilai penggunaan tidak langsung merupakan penjumlahan dari manfaat tidak langsung hutan mangrove, yang pada penelitian ini dibatasi pada manfaat mangrove sebagai pencegah abrasi, penyimpan karbon, penahan intrusi, dan penghasil oksigen. Nilai manfaat tidak langsung = MTli � �=1 Keterangan: MTLi = nilai manfaat tidak langsung pencegah abrasi, penyimpan karbon, penghasil oksigen, penahan intrusi.

c. Option Value Nilai Pilihan

Nilai manfaat pilihan adalah nilai pilihan untuk melakukan preservasi bagi penggunaan barang dan jasa sumberdaya dan lingkungan mangrove di masa yang akan datang yang tidak dapat digunakan pada saat sekarang. Dalam penelitian ini maka nilai yang akan digunakan adalah manfaat preservasi bagi biodiversitas hutan mangrove. Nilai dugaan yang akan dipergunakan dalam analisis ini diperoleh dari hasil penelitian di lokasi lain benefit transfer. Seringkali metode ini masih diperdebatkan dalam pelaksanaan valuasi ekonomi, namun demikian karena pengukurannya yang rumit dan sulit serta kecenderungan nilainya yang memiliki porsi yang kecil maka metode benefit transfer ini sering dipergunakan dengan asumsi bahwa kondisi mangrove relatif sama. Kelemahan dari metode ini adalah adanya perbedaan karakteristik mangrove di berbagai daerah di Indonesia yang tentunya juga akan memberikan nilai yang berbeda. Nilai Pilihan = NPBi � �=1 Keterangan: NPBi = Nilai preservasi biodiversitas hutan mangrove

d. Exsistence Value Nilai keberadaan

Manfaat keberadaan merupakan nilai keuntungan yang dapat dinikmati manusia sehubungan dengan keberadaan sumberdaya alam dan lingkungan mangrove. Responden dapat memberikan nilai pada sumberdaya hutan dengan tanpa maksud untuk memanfaatkannya pada masa yang akan datang, yaitu mereka memberikan nilai secara murni pada sumberdaya hutan, dengan harapan keberadaan sumberdaya hutan tersebut dapat dipertahankan terus-menerus. Data dikumpulkan dengan teknik Contingen Valuation, responden ditanya apakah mereka mau membayar untuk barang dan jasa ekosistem mangrove. Dalam studi ini digunakan kuisioner untuk mewawancarai responden di mana mereka dapat mengekspresikan nilai-nilai bagi barang dan jasa lingkungan non market. Nilai manfaat keberadaan diperoleh dari hasil perhitungan nilai tengah dengan rumus sebagai berikut FAO 2000 dalam Adrianto et al. 2004: MWTP = 1 n �� n �=1 Keterangan : MWTP = Mean willingness to pay n = Jumlah sampel responden Yi = Besaran WTP yang diberikan oleh responden ke-i. 4 Analisis Strategi Konservasi Hutan Mangrove di Kabupaten Kubu Raya Analisis strategi konservasi hutan mangrove di Kabupaten Kubu Raya dilakukan secara deskriptif terhadap pilihan-pilihan strategis berdasarkan status pengelolaan hutan yang ada saat ini. Analisis ini dilakukan untuk melihat strategi pengelolaan yang paling optimal pada berbagai status lahan di Kabupaten Kubu Raya saat ini dilihat dari pendekatan nilai ekonomi total yang dihasilkan. Strategi konservasi ini membandingkan berbagai alternatif-alternatif pilihan pengelolaan hutan mangrove di Kabupaten Kubu Raya, yaitu: 1 strategi pengelolaan seperti saat ini kombinasi HL, HP dan APL; 2 strategi pengelolaan mangrove jika seluruh kawasan mangrove tersebut ditetapkan sebagai kawasan hutan lindung; 3 strategi pengelolaan mangrove jika seluruh kawasan mangrove tersebut ditetapkan sebagai kawasan hutan produksi yang dikelola oleh swasta; dan 4 strategi pengelolaan mangrove jika seluruh kawasan mangrove tersebut ditetapkan sebagai areal penggunaan lain yang dikelola oleh koperasi untuk kebutuhan bahan baku arang mangrove. Dengan membandingkan nilai ekonomi total tersebut akan terjawab pilihan strategi pengelolaan yang paling optimal untuk dilaksanakan dilihat dari aspek ekonomi. Selanjutnya dianalisis kelemahan dan kekuatan masing-masing strategi tersebut. Hal tersebut sangat penting untuk diketahui dan dapat diintegrasikan dalam perencanaan wilayah di Kabupaten Kubu Raya. Dengan kata lain, perencanaan wilayah pesisir dengan berbagai macam aktivitas penggunaan lahan harus memperhitungkan nilai ekonomi suatu sumberdaya tersebut.

V. HASIL DAN PEMBAHASAAN 5.1 Identifikasi Lokasi dan Luas Hutan Mangrove di Kabupaten Kubu Raya