6.5 Dampak Perubahan Cuaca terhadap Pendapatan Usahatani Padi
Penerimaan usahatani padi merupakan jumlah output usahatani dikalikan dengan harga jual yang berlaku. Harga jual Gabah Kering Panen GKP ditingkat
petani sebesar Rp.3 500kg. Produksi GKP di Desa Ciasmara pada masa tanam Agustus tahun 2013 mengalami penurunan dibandingkan dengan produksi pada
masa tanam padi tahun 2012. Rata-rata penurunan produksi padi yang terjadi sebesar 37 atau sebanyak 2 094 tonhaMT, akibat penurunan produksi yang
terjadi tersebut petani menerima dampak tidak langsung berupa penurunan penerimaan usahatani mereka. Perubahan penerimaan rata-rata usahatani padi
ketika terjadi perubahan cuaca disajikan pada Tabel 17.
Tabel 17. Selisih Penerimaan Rata-Rata Usahatani padi di Desa Ciasmara per Masa Tanam Bulan Agustus MT II Tahun 2012 -2013
Keterangan Nilai per musim tanam Rpha
Selisih RphaMT
MT II Bulan Agustus 2012
MT II Bulan Agustus 2013
Penerimaan 19 313 000
12 425 000 6 888 000
Sumber : Data Primer diolah
Berdasarkan Tabel 17 dapat dilihat bahwa penerimaan petani dari hasil usahatani padi pada tahun 2012 sebesar Rp.19 313 000haMT, sedangkan pada
tahun 2013 pada masa tanam yang sama penerimaan petani hanya sebesar Rp.12 425 000haMT, akibatnya penerimaan petani mengalami penurunan
dengan selisih sebesar Rp.6 888 000haMT.
Tabel 18. Selisih Total Biaya Rata-Rata Usahatani padi di Desa Ciasmara per Masa Tanam Bulan Agustus MT II Tahun 2012 -2013
Keterangan Nilai per musim tanam Rpha
Selisih RphaMT
MT II Agustus 2012
MT II Agustus 2013
Biaya Tunai 5 413 880
5 680 836 266 956
Biaya Diperhitungkan 7 630 023
7 709 280 79 257
Total Biaya 13 043 903
13 390 116 346 213
Sumber : Data Primer diolah
Variabilitas cuaca yang terjadi di Desa Ciasmara direspon petani dengan melakukan beberapa jenis pilihan adaptasi. Jenis adaptasi atau penyesuaian yang
dilakukan oleh petani tidak terlepas dari sejumlah tambahan biaya yang dikeluarkan untuk menyesuaikan dengan fenomena alam tersebut. Terjadi
peningkatan baik biaya tunai maupun biaya non tunai atau biaya diperhitungkan pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012 ketika musim tanam dalam
kondisi cuaca normal. Pada tahun 2013 terjadi peningkatan total biaya menjadi
Rp. 13 390 116. Perubahan total biaya rata-rata usahatani padi ketika terjadi
perubahan cuaca pada masa tanam ke dua tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 19. Selisih Pendapatan Rata-Rata Usahatani padi di Desa Ciasmara per Masa Tanam Bulan Agustus MT II Tahun 2012 -2013
Keterangan Nilai per musim tanam Rpha
Selisih RphaMT
MT II Agustus 2012
MT II Agustus 2013
Pendapatan atas Biaya Tunai
13 899 120 6 744 164
7 154 956
Pendapatan atas Biaya Diperhitungkan
11 682 977 4 715 720
6 967 257
Sumber : Data Primer diolah
Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan usahatani dengan pengeluaran usahatani. Pendapatan atas biaya tunai diperoleh dari selisih
antara penerimaan dengan biaya tunai, sedangkan pendapatan atas biaya diperhitungkan diperoleh dari selisih antara penerimaan dengan biaya
diperhitungkan. Berdasarkan Tabel 19 dapat dilihat bahwa terjadi penurunan
pendapatan baik pendapatan atas biaya tunai maupun pendapatan atas biaya diperhitungkan. Perubahan pendapatan yang terjadi dikarenakan adanya
penurunan pada penerimaan usahatani akibat penurunan hasil produksi padi, sedangkan terjadi juga peningkatan biaya baik biaya tunai maupun biaya
diperhitungkan sebagai bentuk dari adaptasi yang dilakukan petani dalam menghadapi perubahan cuaca. Pendapatan atas biaya tunai mengalami penurunan
dengan selisih sebesar Rp.7 154 956, sedangkan pendapatan atas biaya diperhitungkan mengalami penurunan dengan selisih sebesar Rp.6 96 257.
6.6 Implikasi Kebijakan
Perubahan cuaca yang terjadi di Kecamatan Pamijahan ditunjukkan oleh besarnya nilai varian beberapa unsur cuaca yang terjadi. Pada tahun 2013 nilai
varian salah satu unsur cuaca berupa curah hujan menunjukkan bahwa pada tahun tersebut memiliki variasi curah hujan lebih tinggi dibandingkan pada tahun-tahun
sebelumnya. Fenomena perubahan cuaca ekstrem yang terjadi pada tahun 2013 pada masa tanam ke dua di tahun tersebut menyebabkan dampak negatif pada
hasil produksi pertanian padi khususnya di Desa Ciasmara Kecamatan Pamijahan. Penurunan hasil produksi yang dialami oleh petani pada akhirnya
mempengaruhi pendapatan yang mereka terima, disamping itu terjadi peningkatan biaya dalam kegiatan usahatani mereka untuk menyesuaikan dengan perubahan
cuaca yang terjadi. Maka dari itu, perlu adanya kebijakan yang mendukung berlangsungnya proses usahatani agar berjalan lebih baik yaitu tidak hanya
menguntungkan dalam hasil produksi tetapi juga memberikan dampak positif bagi keberlangsungan ekosistem yang ada.
Dari hasil penelitian, implikasi kebijakan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Pemerintah bekerjasama dengan Stasiun Klimatologi wilayah setempat
memberikan pengetahuan atau informasi mengenai fenomena iklim dan cuaca kepada petani dengan mengadakan penyuluhan dan Sekolah Lapang
Iklim SLI di Kecamatan Pamijahan, agar petani dapat memilih dan menerapkan teknologi budidaya yang sesuai dengan kondisi iklim yang
ada. 2.
Pemerintah mengembangkan dan memberdayakan kelembagaan petani, seperti pengintegrasian Sekolah Lapang Iklim SLI ke dalam Sekolah
Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu dan Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu.
3. Akademisi dan peneliti melalui lembaga terkait mengembangkan
teknologi dan alat mesin panen dan pascapanen, terutama sistem pengeringan dan penggilingan gabah.
4. Akademisi dan peneliti melalui lembaga terkait mengembangkan benih
padi unggul varietas baru dengan produktivitas tinggi, umur pendek, dan tahan terhadap perubahan cuaca ekstrem kekeringan atau banjir.
5. Penguatan peranan kelompok tani dalam mengkoordinasikan penerapan
pola usahatani sehamparan serta pengelolaan dan pengaturan pembagian air irigasi.
6. Petani berpartisipasi aktif dengan mau menerapkan sistem perencanaan
yang adaptif terhadap perubahan cuaca, seperti penetapan waktu tanam serempak, penggunaan pupuk berimbang, menerapkan budidaya ramah
lingkungan agroekologi dengan tidak bergantung pada obat-obatan kimia pembasmi hama penyakit tanaman, menggunakan teknik penanaman
terpadu yaitu sistem legowo, serta pengaturan pengairan yang seimbang.
VII. SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan pada penelitian, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1. Penurunan produksi rata-rata usahatani padi yang terjadi di Desa Ciasmara
sebesar 37 atau sebanyak 2 094 haMT. Sebanyak 55 petani mengalami konsekuensi penurunan berdasarkan konsekuensi dampak akibat
perubahan cuaca yaitu berada pada skala potensi gagal panen sedang, sedangkan sebanyak 57.5 petani merasakan cuaca berdasarkan perubahan
berada pada skala banyak perubahan. Berdasarkan perubahan dan konsekuensi yang diterima, maka sebanyak 52.5 petani menghadapi
tingkat risiko tinggi pada sumberdaya pertanian padinya.
2. Sebanyak 90 petani telah melakukan adaptasi terhadap perubahan cuaca,
sedangkan sisanya sebanyak 10 petani tidak melakukan jenis adaptasi apapun. Sebesar 72.5 atau sebanyak 29 orang petani memilih jenis
adaptasi berupa penambahan jenis pestisida, benih, maupun frekunsi
penyeprotan. 3.
Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi biaya adaptasi petani adalah lama menempuh pendidikan Pd, jumlah tanggungan keluarga Jt, Pengalaman
bertani Pb dan luas lahan yang diusahakan Luas. Terdapat dua variabel yang signifikan mempengaruhi biaya adaptasi, yaitu variabel pengalaman
bertani dan variabel luas lahan.
4. Penerimaan usahatani padi pada masa tanam ke dua tahun 2013 mengalami
penurunan sebanyak 35, akan tetapi terjadi peningkatan biaya total usahatani sebanyak 2.6. Penurunan pendapatan atas biaya tunai yang
terjadi sebesar Rp.7 154 956haMT dan selisih penurunan pendapatan atas biaya diperhitungkan sebesar Rp.6 967 257haMT.