1. Penyesuaian terhadap praktek-praktek pertanian, pola tanam, jenis benih,
penggunaan pupuk dan pestisida, dan lainnya untuk menstabilkan produksi pertanian.
2. Menemukan sumber-suber pendapatan dari luar pertanian, untuk
mempertahankan tingkat pendapatan. 3.
Meminimalkan dampak kerusakan. Las 2007 membagi beberapa strategi adaptasi terhadap perubahan iklim
antara lain: 1.
Reinvestasi dan redelineasi potensi dan karakterisasi sumberdaya lahan dan air.
2. Penyesuaian dan pengembangan infrastruktur pertanian, terutama irigasi
sesuai dengan perubahan sistem hidrologi dan potensi sumberdaya air. 3.
Penyesuaian sistem ushatani dan agribisnis, terutama pola tanam, jenis tanaman dan varietas, dan sistem pengolahan lahan.
Menurut Handoko et al 2008 upaya efforts yang dilakukan dalam beradaptasi menghadapi perubahan iklim yaitu:
1. Peningkatan produksi melalui peningkatan luas area tanam.
2. Peningkatan produuktivitas hasil pertanian.
3. Melakukan diversifikasi pangan, khususnya untuk bahan pangan utama
beras. 4.
Perencanaan waktu dan pola tanam. 5.
Intesifikasi lahan. 6.
Konservasi sumberdaya lahan dan air. 7.
Peningkatan pemahaman petani akan pertanian dan variabilitas iklim bagi pertanian
8. Pengembangan pasar.
2.3 Pendapatan Usahatani
Keberhasilan usahatani dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang dapat dikendalikan oleh
petani itu sendiri yang terdiri dari petani pengelola, tenagakerja, modal,tingkat tekonologi, kemampuan petani mengalokasikan penerimaan keluarga, dan jumlah
keluarga, sedangkan faktor eksternal adalah faktor-faktor di luar usahatani yang dapat berpengaruh terhadap berhasilnya suatu usahatani seperti ketersediaan
transportasi dan komunikasi, aspek-aspek yang menyangkut pemasaran hasil dan bahan usahatani harga hasil, saprodi, fasilitas kredit, dan sarana penyuluhan bagi
petani. Menurut Soekartiwi 1995, penerimaan usahatani merupakan perkalian antara produksi dengan harga jual. Nilai uang yang diterima dari penjualan produk
usahatani disebut penerimaan usahatani, sedangkan biaya usahatani adalah semua pengeluaran yang dipergunakan dalam suatu usahatani. Biaya yang dimaksud
tersebut diklasifikasikan menjadi dua, yaitu biaya tetap fixed cost dan biaya tidak tetap variable cost. Biaya tetap didefinisikan sebagai biaya yang relatif
tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit atau tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang diperoleh.
Biaya variabel didefinisikan sebagai biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Penjumlahan biaya tetap dan biaya variabel akan
menghasilkan biaya total produksi. Selisih antara penerimaan usahatani dengan pengeluaran usahatani merupakan pendapatan usahatani, dimana dapat
dirumuskan sebagai berikut: ∏ = TR-TC
Keterangan: ∏
= Pendapatan usahatani Rp TR
= Total penerimaan usahatani Rp TC
= Total biaya usahatani Rp
2.4 Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Handoko et al 2008 tentang keterkaitan perubahan iklim dan produksi pangan strategis menunjukkan bahwa produktivitas
padi mengalami penurunan di Jawa Barat, Sulawesi Utara dan Gorontalo serta Sumatra Utara dengan variasi antara 1.8 hingga 20.5, sementara di Jawa
timur dan Sulawesi Selatan mengalami peningkatan antara 6.2 hingga 14.3. Petani melakukan respon terhadap gejala perubahan iklim ditujukan untuk dapat
mempertahankan atau menyelamatkan produksi tanamana yang diusahakan. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa respon petani sebagai bentuk
dalam beradaptasi diantaranya, mengganti air tanah, mengganti varietas tanaman yang lebih adaptif terhadap gejala perubahan iklim, mengubah waktu tanam, serta
melakukan kombinasi dari ketiga bentuk adaptasi tersebut. Bentuk adaptasi yang dilakukan oleh petani padi dalam menghadapi
perubahan iklim telah diteliti oleh Asikin 2010. Metode yang digunakan untuk menganalisis persepsi dan adaptasi petani padi terhadap perubahan iklim adalah
analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi penurunan pendapatan petani sebesar 0.91 akibat adanya perubahan iklim yang terjadi di
Kabupaten Cianjur, dimana kabupaten tersebut merupakansalah satu sentra produksi padi di Jawa Barat. Adaptasi yang dilakukan petani didasarkan atas
pengalaman selama bertani. Sebesar 61.7 petani melakukan bentuk adaptasi mengubah waktu penanaman untuk mengatasi pergeseran musim, sebesar 34
petani melakukan perlakuan lebih intensif dengan pemberian obat-obatan secara berkala untuk mengatasi hama penyakit tanaman dan sebesar 4.3 petani
melakukan pengairan sawah dengan bantuan pompa untuk mengatasi kekringan yang terjadi. Dari peneltian diatas intisari yang ingin diambil adalah metode yang
digunakan untuk mengetahui jenis strategi usahatani petani padi yang sudah diterapkan pada wilayah lain.
Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya biaya adaptasi masyarakat terhadap perubahan iklim berupa banjir rob diteliti oleh Berina 2011. Akumulasi
dari nilai yang dihasilkan oleh penjumlahan biaya pencegahan untuk tiap strategi adaptasi merupakan biaya adaptasi total yang harus ditanggung masyarakat akibat
banjir rob. Metode yang digunakan untuk menganalisis
faktor-faktor yang mempengaruhi adalah dengan menggunakan regresi linier berganda. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa
besar biaya yang dikeluarkan responden dipengaruhi oleh pendapatan rumah tangga, jarak rumah ke laut, dan status kepemilikan. Dari peneltian diatas intisari
yang ingin diambil adalah metode yang digunakan untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya biaya adaptasi petani dalam melakukan pilihan
jenis adaptasi menghadapi perubahan cuaca.