Pengelolaan TPA Galuga di Masa Datang
tersebut sudah dapat dimengerti oleh penduduk setempat karena air sumur tersebut mereka gunakan untuk keperluan MCK, sedangkan kebutuhan air minum
dipasok dari pelayanan air bersih yang disediakan oleh pengelola TPA Galuga Pengangkutan sampah ke TPA yang berlangsung setiap hari mengakibatkan
volume sampah di TPA terus bertambah. Upaya pengelolaan yang dilakukan pada prinsipnya adalah untuk mengurangi volume timbulan sampah. Upaya-upaya yang
dilakukan adalah: Penggunaan ulang sampah. Penggunaan ulang sampah reuse dilakukan dengan cara mengambil material sampah yang masih dapat digunakan.
Pemilahan sampah dilakukan oleh para pemulung untuk memisahkan komponen sampah yang masih benilai ekonomi, seperti plastik, kertaskardus, botol, kaleng,
kayu, dan lainnya. Pengolahan sampah menjadi kompos untuk mengurangi tingginya tumpukan
dan volume sampah di TPA Galuga yang sekaligus mengolah sampah menjadi barang ekonomis. Kegiatan pembuatan kompos Salah satu upaya pengelolaan
lingkungan yang terkait dengan upaya untuk mengurangi semakin tingginya beban dan tumpukan sampah di Galuga, tetapi pengomposan pada saat ini tidak
berjalan. Timbulnya longsoran sampah terjadinya karena pembuatan dindingtanggul
pemisah area TPA dengan sekitarnya setinggi ± 2 meter. Perataan tumpukan sampah. Pengendalian tumpukan sampah yang menggunung dilakukan dengan
pendorongan, pemindahan dan perataan sampah di areal TPA. Kegiatan pendorongan, pemindahan, dan perataan sampah dilokasi TPA dilakukan oleh
petugas menggunakan alat berat yakni : buldozer sebanyak 3 unit, back hoe 1 unit dan truck loader 1 unit. Perlu dilakukan penyuluhan agar pekerja dan pemulung
berhati-hati dengan membuat rambu dan memasang papan pengumuman. Mengatur jarak pembongkaran sampah dengan pemulung. Melakukan controlled
landfill terhadap sampah yang ditumpuk di TPA. Ketinggian tumpukan sampah
yang ada saat ini mencapai 4-6 meter dari ketinggian awal tanah. Sampah yang telah diturunkan dari mobil truk dan kemudian dibongkar pada areal emplasemen
langsung diratakan setelah para pemulung melakukan pemilahan terhadap sampah non-organik atau sampah organik yang masih bernilai ekonomi. Berdasarkan
informasi dari warga pada Pebruari dan Maret 2010 ada kejadian kelongsoran sampah.
Bahaya kebakaran sampah yang ditumpuk secara alami akan mengalami dekomposisi. Proses dekomposisi ini menghasilkan gas metan. Gas metan
tersebut apabila tidak dikelola berpotensi menimbulkan kebakaran. Upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya kebakaran di lokasi TPA adalah dengan
pemasangan pipa penyalur gas metan. Pelepasan gas metan ke udara dapat mengeliminasi terjadinya kebakaran pada sampah. Sampai saat ini di lokasi TPA
Galuga telah dibuat 16 titik pipa pelepasan gas metan, namun sampai Juni 2009 ada beberapa titik pipa yang sudah tidak ditemukan lagi. TPA Galuga sudah tidak
layak karena mengakibatkan kerusakan lingkungan dengan tidak ada pengelolaan yang memadai.
VI KESIMPULAN DAN SARAN