diketahui bahwa jumlah pendapatan kurang mencukupi untuk biaya keluarga Gambar 29.
Gambar 29 Jumlah tanggungan responden
Hasil kuesioner pada pemulung menunjukkan jumlah yang paling banyak adalah berumur 20 sampai 35 tahun sebanyak 42 orang. Sedangkan yang berusia
35 sanpai 50 tahun 36 0rang masih bekerja sebagai pemulung sedangkan lebih dari 50 tahun sebanyak 21 orang.
Hasil responden melalui kuesioner yaitu bahwa umur pengepul mulai dari usia 19 tahun sampai 51 tahun dan yang paling banyak adalah 20 tahun sampai 35
tahun sebanyak 18 orang dan umur 35 sampai 50 tahun 6 orang Pada hasil kuesioner pedagang berusia 20 sampai 35 tahun sejumlah 22
orang sedangkan 35 sampai 50 tahun 25 orang. Sedangkan usia lebih 50 paling tua adalah hanya sebagian kecil pedagang yaitu 4 orang. Sebagai perbandingannya
dapat dilihat pada Tabel 15 atau lampiran 2,3 dan 4.
Tabel 16 Kelompok umur responden pemulung pengepul dan pedagang
No. Umur
Jumlah orang 1
20 9
2 1
2 20-35
42 18
22 3
35-50 36
6 25
4 50
21 4
Total 108
26 52
8 12
81
18 10
31 41
10 6
25 63
20 40
60 80
100
lebih 5 orang 5 orang
4 orang 2 orang
R es
p o
n d
en Pengepul
Pemulung Pedagang
5.4 Pengelolaan TPA Galuga di Masa Datang
Pengelolaan TPA Galuga pada saat sekarang tidak berjalan dengan baik, di lapangan ditemukan bahwa tidak ada pengelolaan air lindi sebelum dialirkan ke
sungai sekitarnya. Penurunan kualitas udara dapat terjadi akibat dari operasional
TPA. Sumber-sumber polutan adalah gas-gas yang dihasilkan dari dekomposisi sampah dan air lindi serta emisi kendaraan pengangkut sampah dan alat berat.
Penurunan kualitas air permukaan dan air tanah. Sumber pencemaran air lindi yang berasal dari tumpukan sampah. Upaya pengelolaan yang dilakukan
untuk mencegah penurunan kualitas air permukaan dan air tanah adalah membuat saluran air lindi instalasi pengolah air lindi. Instalasi pengolah air lindi terdiri dari
bak-bak yang mempunyai fungsi yang berbeda-beda. Sistem yang digunakan dalam pengolahan lindi adalah pengendapan dan oksidasi. Namun di lapangan
pengolahan lindi tidak berfungsi karena ada beberapa permasalahan konstruksi. Hal-hal yang menyebabkan pengolahan air lindi tidak optimal, adalah sebagai
berikut: Kolam penampung dan pengolah lindi tidak berfungsi dengan baik. Hanya beberapa yang berisi air lindi sebagian besar kosong. Keadaan bak-bak
tidak terawat dan banyak yang rusak. Saluran air lindi tidak terawat dan rusak roboh dan terdapat banyak sampah. Saluran air lindi juga bercampur dengan
saluran air hujan, sehingga pada waktu hujan lebat saluran sering meluap. Saluran tertutup air lindi yang menuju Sungai Cisasak telah rusak patah, sehingga air
lindi bercampur dengan air irigasi sawah. Hasil pengukuran kualitas air sumur April 2010 menunjukkan bahwa
beberapa parameter yang diukur di beberapa lokasi sampling pada umumnya masih berada di bawah baku mutu lingkungan berdasarkan Permenkes Nomor
416Men. KesPerIX1990 parameter Nitrat NO
3
, telah melampaui baku mutu. Hal ini diduga air lindi merembes ke dalam air tanah. Kenaikan konsentrasi Nitrat
NO
3
akibat N organik pada lingkungan aerob terdekomposisi menjadi Nitrat NO
3
. Apabila mencermati kualitas air sumur yang berada di sekitar TPA, maka ada indikasi bahwa keberadaan sampah di TPA Galuga telah mencemari air tanah
yang berada di sekitarnya, khususnya sebelah Utara bagian hilir dari areal penumpukan sampah. Dengan demikian peruntukkan air sumur tersebut bukan
untuk air minum, tetapi untuk keperluan lain, seperti budidaya pertanian. Keadaan
tersebut sudah dapat dimengerti oleh penduduk setempat karena air sumur tersebut mereka gunakan untuk keperluan MCK, sedangkan kebutuhan air minum
dipasok dari pelayanan air bersih yang disediakan oleh pengelola TPA Galuga Pengangkutan sampah ke TPA yang berlangsung setiap hari mengakibatkan
volume sampah di TPA terus bertambah. Upaya pengelolaan yang dilakukan pada prinsipnya adalah untuk mengurangi volume timbulan sampah. Upaya-upaya yang
dilakukan adalah: Penggunaan ulang sampah. Penggunaan ulang sampah reuse dilakukan dengan cara mengambil material sampah yang masih dapat digunakan.
Pemilahan sampah dilakukan oleh para pemulung untuk memisahkan komponen sampah yang masih benilai ekonomi, seperti plastik, kertaskardus, botol, kaleng,
kayu, dan lainnya. Pengolahan sampah menjadi kompos untuk mengurangi tingginya tumpukan
dan volume sampah di TPA Galuga yang sekaligus mengolah sampah menjadi barang ekonomis. Kegiatan pembuatan kompos Salah satu upaya pengelolaan
lingkungan yang terkait dengan upaya untuk mengurangi semakin tingginya beban dan tumpukan sampah di Galuga, tetapi pengomposan pada saat ini tidak
berjalan. Timbulnya longsoran sampah terjadinya karena pembuatan dindingtanggul
pemisah area TPA dengan sekitarnya setinggi ± 2 meter. Perataan tumpukan sampah. Pengendalian tumpukan sampah yang menggunung dilakukan dengan
pendorongan, pemindahan dan perataan sampah di areal TPA. Kegiatan pendorongan, pemindahan, dan perataan sampah dilokasi TPA dilakukan oleh
petugas menggunakan alat berat yakni : buldozer sebanyak 3 unit, back hoe 1 unit dan truck loader 1 unit. Perlu dilakukan penyuluhan agar pekerja dan pemulung
berhati-hati dengan membuat rambu dan memasang papan pengumuman. Mengatur jarak pembongkaran sampah dengan pemulung. Melakukan controlled
landfill terhadap sampah yang ditumpuk di TPA. Ketinggian tumpukan sampah
yang ada saat ini mencapai 4-6 meter dari ketinggian awal tanah. Sampah yang telah diturunkan dari mobil truk dan kemudian dibongkar pada areal emplasemen
langsung diratakan setelah para pemulung melakukan pemilahan terhadap sampah non-organik atau sampah organik yang masih bernilai ekonomi. Berdasarkan