Alat tangkap tuna longline Nelayan Anak Buah KapalABK

Grafik diatas menunjukkan terjadinya penurunan jumlah kapal masuk di PPSNZJ dari tahun 2006 hingga tahun 2008, kemudian pada tahun 2008 hingga 2010 terlihat tidak begitu banyak perkembangan. Pada tahun 2010, kapal yang mendarat tiap bulannya berkisar antara 51 hingga 82 unit, dimana rata-rata kapal yang masuk tiap bulannya sekitar 67 unit kapal. Terjadinya penurunan yang signifikan dari tahun-tahun sebelumnya disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya banyaknya armada penangkapan tuna longline di PPSNZJ ini yang beralih fungsi menjadi armada penangkapan lain, seperti Purse Seime akibat menurunnya hasil tangkapan tuna serta mahalnya biaya operasional penangkapan termasuk BBM.

4.3.2 Alat tangkap tuna longline

Alat tangkap yang digunakan dalam penangkapan tuna ini adalah alat tangkap pancing, dimana sebelum dilakukan operasi penangkapan ini nelayan terlebih dahulu mempersiapkan umpan serta alat-alat yang nantinya akan digunakan dalam proses penanganan tuna di atas kapal seperti pisau proses, ganco, bambu ukuran 2,5 meter dan kompresor angin yang berfungsi untuk sirkulasi umpan hidup diatas kapal. Pengecekan suhu dilakukan pada mesin ruang pendingin dengan suhu rata-rata -1,5 o C dan ruang beku dengan suhu dibawah -40 o C.Kapal longline biasanya melakukan penangkapan di sekitar Samudera Hindia dekat perbatasan negara Indonesia dan Australia dengan posisi antara 8 o - 15 o LS serta 92 o - 102 BT.Untuk ukuran palkah penampung hasil tangkapan longline ini bervariasi mengikuti bentuk kapal dari haluan hingga buritan, yaitu untuk penyimpanan hasil tangkapan 7 ton, 8 ton, 9 ton dan 25 ton.

4.3.3 Nelayan Anak Buah KapalABK

Nelayan yang melakukan operasi penangkapan longline berkisar antara 12 hingga 14 orang.ABK tersebut haruslah dalam kondisi yang sehat, memiliki surat yang lengkap buku izin berlayar serta memiliki keahlian tertentu untuk bekerja di kapal longline. Nakhoda kapten kapal longline sekaligus bertugas sebagai kepala penangkapan atau sering dikenal fishing master, yaitu untuk menemukan daerah penangkapan yang akan menjadi sasaran penangkapan.Kapal longline yang terdapat di PPSNZJ rata-rata tidak dilengkapi sistem elektronik seperti GPS, echo sounder dan fish finder.Nelayan melakukan pengejaran ikan hanya berdasarkan prakiraan dan pengalaman yang sudah ada.Nakhoda kapten dibantu oleh ABK lain yang memiliki tugas masing-masing dalam kegiatan operasi penangkapan. Untuk lebih jelasnya, berikut pembagian tugas ABK Kapal longline: Tabel 8 Pembagian tugas ABK kapal longline No ABK Tugas 1 Kapten sekaligus Fishing master Bertanggung jawab terhadap kelancaran, keamanan dan keselamatan pelayaran kapal beserta awak sekaligus terhadap kelancaran operasi penangkapan ikan 2 Mualim Membantu kapten terutama yang berhubungan dengan navigasi 3 Bossun Kepala geladak yang mengatur kerja ABK di atas kapal sesuai perintah Fishing Master 4 Ice Master Mengawasi kualitas umpan dan mengawasi ruang dingin dan ruang beku palkah ikan 5 Kepala Kamar Mesin KKM Menjaga mesin kapal terhadap berfungsinya mesin kapal dan mesin lainnya di atas kapal 6 Operato radio Bertanggung jawab dalam hal komunikasi melalui radio 7 Juru Masak Bertanggung jawab dalam mengadakan makanan 8 Deck hand ABK lainnya yang melakukan operasi penangkapan ikan Kapal longline juga memiliki organisasi pelayaran yang bertujuan untuk memudahkan pembagian kerja.Setiap ABK memiliki tanggung jawab terhadap tugas masing-masing.Berikut bentuk organisasi pelayaran kapal longline yang mendarat di PPS Nizam Zachman Jakarta. Gambar 4 Organisasi pelayaran kapal longline Kapten kapal sekaligus Fishing Master Bagian mesin Bagian navigasi Bagian radio Bagian geladak Bagian koki Mualim - KKM -Ice Master Operator radio -Bossun - Deck hand Koki 4.4 Keadaan Umum Industri Tuna Segar dan Tuna Loin 4.4.1 Industri tuna segar Transit 16