Penanganan di industri tuna

2.4.4 Penanganan di industri tuna

Upaya peningkatan ekspor tuna harus didukung oleh peningkatan kuantitas, kualitas, dan nilai tambah tuna.Dibutuhkan usaha yang serius dalam hal penelitian dan pengembangan berbagai aspek, mulai dari aspek produksi,distribusi, hingga pemasaran.Perlu upaya terpadu agar usaha ekspor tuna dapat terus berkembang dalam menghadapi tantangan yang ada.Peran pemerintah dan pelaku usaha terkait harus lebih dioptimalkan Purnomo et al.2007, salah satunya adalah perusahaan pengolahan tuna untuk ekspor.Perusahaan pengolahan tuna ekspor memiliki peran dalam meningkatkan nilai tambah komoditi tuna.Perusahaan pengolahan tuna untuk ekspor dihadapkan pada beberapa tantangan dalam menjalankan usahanya, antara lain 1 Persaingan dengan banyak perusahaan lain yang sejenis terutama di luar negeri. Thailand merupakan pesaing utama dalam pengusahaan tuna olahan. Negara ini mendominasi pangsa pasar ikan tuna olahan dunia dengan rata-rata sebesar 35,37 persen, sangat jauh dibandingkan dengan Indonesia yang rata-rata pangsa pasarnya hanya 4,11 persen. 2 Tuntutan harus terpenuhinya standar kualitas produk yang telah ditetapkan untuk pasar ekspor. 3 Kemampuan mengekspor dengan kuantitas yang sesuai permintaan pembeli di luar negeri. Tabel 2Standar Nasional Indonesia SNI untuk produk tuna ekspor No. Jenis uji Tuna beku sashimi Tuna segar fresh tuna Tuna beku frozen tuna 1 Organoleptik - Nilai minimum 8 7 2 Uji mikrobiologi - Jumlah bakteri total plate countTPCgram maksimum - E.coli MPNgram maksimum - Vibrio chorella - Salmonella 500.000 3 Negatif Negatif 500.000 2 Negatif Negatif 3 Kimia - Histamin mg maksimum - Merkuri Hg mgkg - Kadmium Cd mgkg - Timbal Pb mgkg 20 0,5 50 0,5 0,1 0,4 4 Fisika - Suhu pusat maksimum -50 o C Sumber : BBPMHP 1993 2.5Analisis Jaringan Kerja Network Menurut Subagyo dan Handoko 1988, analisis jaringan kerja network merupakan pengurutan kegiatan-kegiatan yang saling berhubungan, dilakukan agar perencanaan dan pengawasan dapat dilakukan secara sistematis sehingga diperoleh efisiensi kerja.Jaringan kerja merupakan penghubungan dari node titik kegiatan- kegiatan sehingga terbentuk lintasan.Sumber dalam sistem jaringan yaitu node yang menjadi awal dari busur, dimana aliran bergerak meninggalkannya Dimyati 1992.Tujuan pembentukan jaringan kerja salah satunya mencari lintasan terpendek sehingga efisiensi kerja dapat tercapai Subagyo dan Handoko 1988. Jaringan kerja networkumumnya memiliki lintasan kritis dalam menyelesaikan suatu proyek.Lintasan kritis adalah lintasan pada network dimana menentukan jangka waktu penyelesaian seluruh proyek.Menurut Ali 1992, perhitungan waktu ditentukan dengan menggunakan notasi-notasi sebagai berikut : TE = earliest event accurence time waktu tercepat terjadinyakegiatan. TL = latest event accurence time waktu paling lambat terjadinya kegiatan. ES = earliest activity start time waktu tercepat dimulainya kegiatan. EF = earliest activity finish time waktu tercepatnya diselesaikannya kegiatan. LS = latest activity start time waktu paling lambat dimulainya kegiatan. LF = latest activity finish time waktu paling lambat diakhirinya kegiatan T = activity duration time waktu yang diperlukan untuk kegiatan : jam, hari S = total slackfloat jangka waktu antara saat paling lambat kegiatan tersebut selesai dengan saat selesainya kegiatan tersebut. Perhitungan penentuan waktu dilakukan menggunakan tiga buah asumsi dasar Dimyati 1992yaitu : 1 Proyek hanya memiliki satu initial event dan satu terminal event. 2 Saat tercepat terjadinya event adalah t ke-0. 3 Saat terlambat terjadinya event adalah TL = TE untuk event ini. Cara perhitungan dibagi menjadi dua, yaitu cara perhitungan maju dan cara perhitungan mundur. Perhitungan maju adalah perhitungan yang mulai bergerak dari initial event menuju terminal event.Tujuannya untuk mengetahui saat tercepat terjadinya kegiatan dan saat paling cepat dimulai serta diakhirinya kegiatan.Perhitungan mundur adalah perhitungan yang dimulai dari terminal event menuju initial event.Tujuannya untuk menghitung saat paling lambat terjadinya kegiatan serta saat paling lambat dimulai dan diakhirinya kegiatan. Metode Critical Path Method CPM menggunakan distribusi peluang berdasarkan tiga perkiraan waktu untuk setiap kegiatan, yaitu: 1 Waktu optimis optimistic time [a] Waktu optimis yaitu waktu yang dibutuhkan oleh sebuah kegiatan jika semua hal berlangsung sesuai rencana.Waktu optimis dapat disebut waktu minimum dari suatu kegiatan, dimana segala sesuatu akan berjalan baik serta sangat kecil kemungkinan kegiatan selesai sebelum waktu ini. 2 Waktu pesimis pessimistic time [b] Waktu pesimis yaitu waktu yang dibutuhkan suatu kegiatan dengan asumsi kondisi yang ada sangat tidak diharapkan.Waktu pesimis disebut juga waktu maksimal yang diperlukan suatu kegiatan serta situasi ini terjadi bila nasib buruk terjadi. 3 Waktu realistis most likely time [m] Waktu realistis yaitu perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kegiatan yang paling realistis.Waktu realistis disebut juga waktu normal untuk menyelesaikan kegiatan. Menentukan jalur kritis untuk waktu mulai terlama dan waktu selesai terlama untuk setiap kegiatan. Hal ini dilakukan dengan cara memulainya dari titik finish . Jalur kritis adalah kegiatan yang tidak mempunyai waktu tenggang S=0, artinya kegiatan tersebut harus dimulai tepat pada ES agar tidak mengakibatkan bertambahnya waktu penyelesaian proyek. Kegiatan dengan slack = 0 disebut sebagai kegiatan kritis dan berada pada jalur kritis. Jalur kritis adalah jalur waktu terpanjang yang melalui jaringan. Biasanya sebuah jalur kritis terdiri dari pekerjaan-pekerjaan yang tidak bisa ditunda waktu pengerjaannya. Analisis jalur kritis membantu menentukan jadwal proyek. Jalur kritis critical path adalah jalur tidak terputus melalui jaringan proyek yang mulai pada kegiatan pertama proyek,berhenti pada kegiatan terakhir proyek, danterdiri dari hanya kegiatan kritis yaitu kegiatan yang tidak mempunyai waktu slack. 3 METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian