Perintis MIN, MTsN dan MAN Model

Perintis MIN, MTsN dan MAN Model

A sukses memimpin MIN 1, MTsN 1, dan MAN 3 di Kota

bdul Djalil. Pria yang sering disapa Abah Jalil ini adalah kepala sekolah dari Lembaga Pendidikan Sekolah Alam Surya Buana. Sebelumnya ia telah

Malang, Jawa Timur. Beberapa madrasah dan sekolah yang pernah ditanganinya tampil menonjol. Ia didatangi para guru dan kepala sekolah yang ingin menimba ilmu dan pengalaman.

Dengan sigap para tamu diajaknya bersalaman satu- persatu. Di balik peci hitam terlihat uban muncul memenuhi sela-sela kepala. Pria yang lahir 70 tahun lalu ini tetap giat di sela kesibukanya menjadi Kepala Lembaga Surya Buana; Sebuah sekolah bertema alam

Keteladanan... 141 Keteladanan... 141

“Dulu, sekolah ini masih berdinding gedek, muridnya hanya 5 orang,” kata Djalil ketika ditanya tentang awal mula mendirikan sekolah Surya Buana. Kini setelah 17 tahun sekolah ini menjelma menjadi lembaga yang memiliki pendidikan dari TK sampai SMA.

Kepeloporan Abah Djalil sebelumnya telah dibuktikan pada saat ia memimpin MAN 3 Malang (2000- 2005). Sekolah elit yang berjajar luas di Jl. Bandung No 7 Kota Malang ini selalu menjadi mimpi manis para calon siswa untuk berseragam gagah menyandang status sebagai siswa di sana. Ya, MAN 3 Malang yang selalu panen prestasi memiliki jendela sejarah yang tidak bisa lepas dari sosok sepuh bersahaja, panyandang penghargaan UIN Award, Abdul Djalil.

Pak Djalil: Perintis Madrasah Berprestasi

Meski kegagahannya sudah termakan usia, semangat yang tak pernah lekang ini masih berjibaku dengan dunia pendidikan. “Dedikasi tanpa batas, selama bisa bernafas, saya harus memberikan manfaat.” Itulah percikan hikmah saat ditemui di kantor Perguruan Surya Buana atau biasa disebut Sekolah Alam Bilingual.

Madrasah memang belum lepas dari stigma buruknya sebagai sekolah nomor dua, hal ini juga yang dirasakan dan terus diperjuangkan pada sosok Djalil muda. Pasca mendapatkan kesempatan Training

142 Keteladanan...

Program in Teacher Education di New Zealand & Australia, guru berprestasi ini diberi amanah untuk memimpin MIN I Malang. Pengalaman Short Course inilah yang diterapkan di madrasah asuhannya itu, meski diakui tidak semuanya ia terapkan karena banyak kondisi dan situasi yang berbeda.

“Tak seperti sekarang,” akunya sambil mengenang. Dulu MIN I selalu menjadi bahan ejekan sebagai madrasah tak memiliki kualitas. Jelas saja, masyarakat malang masih sangsi untuk mendaftarkan anaknya di Madrasah yang sekarang menjadi nomor wahid di Malang ini. “Tidak mudah tapi mungkin,” semangatnya diawali dengan penuh rasa percaya diri saat ingin benar-benar membawa nama MIN menjadi sekolah unggulan. Optimisme Abah Djalil membuahkan hasil yang sangat manis.

Merombak lingkungan adalah langkah pertama yang dilakukannya. “Kondisi fisik akan menentukan

situasi belajar siswa,” begitu tuturnya. Tak pelak, MIN I, madrasah yang dinahkodainya itu mendapatkan juara

I nasional, sekaligus madrasah pertama di Indonesia yang memiliki lingkungan sehat. Setelah itu MIN I menjadi rujukan studi banding beberapa madrasah dan sekolah dari berbagai daerah.

“Banyak sekali prestasi berikutnya yang menyusul, sampai mengantarkan madrasah MIN menjadi madrasah unggulan,” ceritanya sambil mengaduk-aduk kembali ingatannya yang sudah tumpang tindih.

Pernah suatu ketika dia harus menjalani rawat inap di salah satu rumah sakit besar di Malang karena liver

Keteladanan... 143 Keteladanan... 143

MIN I Malang sudah tersohor namanya berkat tangan dinginnya. Abdul Djalil memimpin MIN 1 selama delapan tahun lamanya (1986-1994). Setelah itu ia ditunjuk menjadi Kepala MTsN 1 Malang dan memimpin madrasah ini selama enam tahun (1994- 2000). Berikutnya, ia memimpin MAN 3 Malang selama lima tahun (2000-2005).

Sosok yang mengaku tidak suka diam ini tidak lantas istirahat dan bersantai di rumah setelah memasuki masa pensiun. Abah Djalil dengan segudang prestasinya membuat trobosan baru dan menciptakan sekolah dengan dua bahasa wajib, Arab & Inggris yang kelak lebih di Kenal Surya Buana, Sekolah Alam Bilingual.

Kenapa dua bahasa itu menjadi wajib? Menurut sosok sepuh ini, dengan menguasai bahasa Arab, siswa akan mampu membedah kitab-kitab kuning yang menjadi rujukan untuk ditela’ah, diteliti dan diterapkan dalam kehidupan. Sementara bahasa Inggris adalah kunci untuk komunikasi dengan dunia, “Jadi tidak jomplang, tapi harus imbang,” tegasnya.

144 Keteladanan...

Filosofi DUIT

Apa rahasia di balik kesuksesan Djalil? “Segalanya itu memerlukan DUIT, tapi bukan DUIT yang biasa itu,” katanya. DUIT yang dimaksud adalah kepanjangan dari “dedikasi tinggi terhadap tugas, usaha yang maksimal, iklas dan taqwa, dan terakhir tuntas”. Menjadi pendidik juga memerlukan DUIT. Menurutnya itulah kunci yang dilakukanya selama ini dalam mengajar. Sosok ini selalu percaya bahwa “Tuhan memberikan jalan keluar bagi mereka yang bertakwa” kepala sekolah satu ini selalu yakin akan selalu ada jalan keluar dari Allah SWT.

Ada cerita unik ketika lembaga SMA Surya Buana mulai beroperasi. Setiap sekolah wajib mengikutsertakan murid didikanya dalam Ujian Nasional. Namun ada satu kendala. Izin operasi tidak bisa diberikan karena lembaga tersebut memiliki siswa terlalu sedikit. Pada saat yang sama beberapa siswa mengikuti lomba yang disenggarakan di Polandia. “Waktu itu kami mendapat perunggu,” kata Djalil.

Dari peristiwa itu lalu sekolah mendapatkan izin operasonal. “Padahal waktu itu muridnya cuma 5 orang namun itu tidak menghalangi untuk mendapat izin karena pertimbangan prestasi,” tuturnya bangga.

Berlanjut berikutnya, salah satu siswa didiknya ditetapkan sebagai Duta Remaja Indonesia di Sydney Australia pada tahun 2000, beruntun lagi sekolah yang dulunya di labeli kolot ini memenangkan International Science Olympiade dengan membawa pulang medali emas, Juara III International Informatika di Rumania,

Keteladanan... 145 Keteladanan... 145

Awal berdiri, pedidikan Surya Buana berlokasi di jl. Gajayana no. IV/631 Malang, tidak memiliki gedung yang permanen. “Dulu gedung sekolah terbuat dari gedek,” katanya. Namun seiring berjalannya waktu bangunan sekolah Surya Buana mulai bertingkat dan mulai memiliki banyak fasilitas.

“Kita sempet membangun kolam di tengah ruangan. Di sana anak-anak berenang, kalau sempat mereka mancing dan ikannya dimakan bareng bareng,” jelasnya. Kolam ini menjadi salah satu konsep yang ia terapkan untuk menyatu dengan alam.

Proses bermain dan belajar yang diajarkan di lembaga pendidikan Surya Buana merupakan ciri khas sekolah alam. “Anak anak kalau disuruh bermain mesti semangat, dan kalau sudah selamat nantinya akan mengembangkan intelektual mereka,” katanya.

Konsep ini dipelajari Djalil ketika mendapatkan beasiswa progam in training education di New Zeiland. Di sana ia mendapati ilmu untuk memperbaiki madrasah. Di sana, pendidikan tak hanya kognitif saja tapi perlu praktek. Di situlah tantangan dimulai. Menurutnya, ada beberapa kelemahan yang dilakukan selama ini. Disinilah slogan 3R mulai diaplikasikan. 3 R sendiri merupakan icon dari pendidikan yang dipraktekan selama ini, yakni; reasoning, research, dan religious.

Reasoning meliputi bagaimana nalar dalam kegiatan belajar berpikir kritis diuji disetiap mata

146 Keteladanan...

pelajaran, disini siswa tak hanya menerima ilmu namun memikirkan bagaimana ilmu ini dan kenapa dipakai. Lalu research di mana ilmu pengetahuan dan penelitian menjadi keseharian siswa, ini tercermin dari banyaknya kompetisi penelitan yang diikuti pendidikan di bawah asuhan Djalil. Dan terakhir religius inilah merupakan ciri pendidikan madrasah.

Proses pengembangn tripel R secara nyata muncul dari diri siswa SDI Surya Buana yang mengikuti lomba internasional. “Waktu itu salah satu murid mengikuti lomba di Korea, dan ia ditanya kenapa ia memilih membuat susu rendah lemak. Anak itu menjawab bahwa ibunya itu gemuk ia ingin ibunya bisa mengosumsi susu tanpa takut gemuk,” katanya.

Di sini terlihat nalar anak SD sudah terbangun sejak dini. Mereka tak hanya meniliti dan menerima nalar, namun mampu menjelaskan nalar tersebut secara logis.

Panggilan Jiwa

Sore itu, pada saat berlangsung wawancara, serombongan guru madrasah dari Tumpang, Kabupaten Malang datang. Mereka hendak melakukan studi banding. Dua orang guru ditugaskan untuk belajar ke Surya Buana. Mereka ingin mengikuti jejak kesuksesan sekolah ini hingga bisa seperti sekarang.

Sekolah Surya Buana sendiri bermula dari madrasah yang dibangun dengan SK dari kantor Wilayah Departemen Agama Propinsi Jawa Timur Nomor: Wm.06.03/PP.03.2/2306/SKP/2000 tanggal

22 Juli 2000 dengan penyelenggara Yayasan Bahana

Keteladanan... 147

Cita Persada yang berdiri terhitung sejak tanggal 10 Juni 1999 dengan status terdaftar dan memiliki Nomor Statistik Madrasah (NSM) 212357305022.

Abdul Djalil di ruang kerjanya. Sudah sepuh tapi masih semangat mengabdikan diri di dunia pendidikan

Lembaga pendidikan ini berawal dari lembaga bimbingan belajar dengan nama Yayasan Bahana Cita Persada yang mendidik siswa-siswi MTs Malang I sehingga dapat melanjutkan pada jenjang yang lebih tinggi yaitu MA Negeri atau SMU Negeri. Surya Buana didirikan dalam rangka membantu peningkatan kualitas sumber daya manusia terutama mempersiapkan generasi muda sebagai insan pembangun yang

148 Keteladanan...

islami, taqwa, cerdas, terampil, dan mengabdi dalam pembangunan umat Islam yang kuat dan tangguh. Dengan kata lain, Surya Buana berdiri dalam rangka mengembangkan kedalaman spiritual, keagungan akhlak, dan kekuatan intelektual.

Pada tahun pertama berdiri jumlah siswa Surya Buana ini hanya 25 orang, namun pada tahun berikutnya mencapai kurang lebih 50 siswa. Kemudian pada tahun ketiga setelah berdiri sampai sekarang mulai dilakukan seleksi ketat bagi siswa yang akan masuk karena menggunakan sistem kelas kecil; dalam satu kelas dibatasi sebanyak 24-32 siswa. Hal ini dilakukan karena Surya Buana lebih mementingkan kualitas daripada kuantitas.

Dalam masa pengabdiannya sebagai pengajar, Djalil sering tertimpa berbagai penyakit. “Pertamanya liver lalu sempat sembuh karena kesukaan saya makan yang manis-manis. Saya kena diabetes, tapi alhamdulillah karena banyak yang mendoakan akhirnya sembuh,” katanya.

Di usia yang tak lagi muda, Djalil masih aktif mengajar di Surya Buana. “Setiap hari Abah (Djalil) mengajar ngaji anak-anak. Terkadang sebelum shalat dhuha beliau mengisi ceramah anak anak,” ujar Farih salah satu staf mengajar di Surya Buana.

Pada sela wawancara kami bertanya, kenapa ia tidak pensiun dan terus mengajar? Sambil tertawa ia menjawab: “Mengajar merupakan panggilan jiwa.” (*)

Keteladanan... 149