Senam Perut di Sekolah

Senam Perut di Sekolah

Di sekolah, Widya memiliki ide gerakan senam perut untuk pelajar putri. Kenapa harus melakukan senam perut? Diam-diam ia menyiapkan satu “senjata” untuk testimoni keperawanan bagi para siswinya. “Sebulan sekali para siswi mesti saya kejutkan dengan senam perut. yuk persiapan senam perut. Jilbab pun disingkap ke samping. Tangannya ditaruh di atas perut. Tarik nafas, tahan, terus lepaskan pelan-pelan. Terus seperti itu hingga sepuluh kali,” paparnya.

Menurut dia, fungsi senam ini untuk mengetahui siswi yang hamil. “Itu adalah cara saya untuk membenamkan anak supaya malu kalau berbuat seperti itu. Pasti dia akan berpikir, kalau Bu Wid ngajak senam

perut nanti pasti ketahuan. Sehingga dia akan berfikir. Jangan sampai terjadi begitu,” kata dia.

Widya sangat prihatin. Pasalnya, ia mengaku pernah mendapati beberapa siswi yang ketahuan hamil

setelah senam perut. Tidak hanya di Salafiyah, tapi juga di beberapa madrasah lainnya. Ironisnya, mereka

ada yang masih duduk di tsanawiyah. “Jadi, cara saya untuk mengantisipasi dengan cara demikian. Jadi kalau saya datang di kelas 1 saya juga begitu. Mulai saya perkenalkan cara itu seperti anak kelas 2 dan 3,” ujarnya.

Keteladanan... 187

Dengan posisi berdiri, Widya mendeteksi jika mereka sedang hamil pasti nggak kuat hitungan kelima. Ketika ia hamil, ia lalu mempraktikkan senam tersebut ternyata ia tidak kuat. Saat menjumpai yang begitu, perasaannya hancur berkeping-keping. Sakit sekali. Widya lalu mengambil tindakan dengan cara pemanggilan khusus sembari dialog dengan yang bersangkutan di sekolahan.

“Saya tanya siapa pelakunya, berapa kali dilakukan. Akhirnya saya tahan untuk tidak membocorkannya kepada siapapun karena ujian tinggal sebulan. Saya harus menyelamatkan anak itu. Setelah ujian selesai, baru saya melakukan tindakan lebih lanjut. Sakit banget. Jadi guru tidak hanya sebagai orang yang mentransfer ilmu. Tapi, harus all out seluruh jiwa raganya, seluruh mindset dan pengetahuannya, serta wawasan harus kita berikan,” ujar Widya bersemangat.

Pasalnya, kata dia, murid tersebut dititipkan oleh orang tuanya begitu saja kepada guru. Orang tua di rumah yakin bahwa anaknya akan diajari kebaikan oleh gurunya. “Jadi, apapun kebaikan yang saya miliki akan saya berikan kepada mereka. Kalaupun kita harus menyelamatkan anak itu dengan cara apapun harus kita lakukan,” tandasnya.

Karena kalau ketahuan, tambahnya, pasti akan ramai. Orang tuanya pasti sakit, sudah begitu anaknya akan dikeluarkan dari sekolah. Sudah aib, rugi, pengorbanan selama tiga tahun tidak ada artinya. “Jadi, kalau kita masih bisa berbuat sesuatu untuk orang lain apa salahnya,” sergah Widya.

188 Keteladanan...

Memang, ketegasan pihak sekolah dengan mengeluarkan anak tersebut sangat wajar. “Tapi kita kan punya hati. Jadi kita lihat kalau masanya memang masih jauh dengan ujian ya kita bisa lakukan yang terbaik bagi semua. Tapi kalau waktunya tinggal sebulan bagaimana. Meski secara nurani tidak bisa membenarkan tapi saya antisipasi seperti sejak dini,” tambahnya.

Senam perut itu merupakan pendidikan seks sejak dini bagi siswi yang menginjak usia remaja. Ia katakan kepada mereka bahwa anak usia di bawah usia 16 tahun yang sudah melakukan hubungan seksual itu sangat berbahaya karena bisa kena kanker serviks.

“Senam perut ini kan sebenarnya ilmu meditasi dari aktivis teater. Kalau mereka nggak dikasih tau begitu tentu masih menganggap bahwa pendidikan seks itu tabu. Nah, saya mencoba mendobrak itu. Sehingga karena ketidaktahuannya mereka jatuh ke lubang kesalahan,” kata Widya.