Aktivis dan Guru

Aktivis dan Guru

Selepas menyelesaikan jenjang pendidikan menengah (2003), ia mengabdikan dirinya pada dunia pendidikan. Mencerdaskan bangsa adalah tugas bersama dan dapat dilakukan dengan cara apapun. Maka hal yang ia jadikan alternatif dalam melakukannya adalah menjadi seorang guru, tugas yang sangat mulia dan tanpa pamrih. Madrasah pilihannya jatuh kepada madrasah kala pertama ia menuntut ilmu yaitu Yayasan Pendidikan As’adiyah.

Pada tahun 2005 ia baru mendapatkan sertifikat mengajar dan hingga kini menjadi guru honorer di

madrasah tersebut. Sesuai dengan jurusannya pada saat menimba ilmu di bangku perkuliahan maka jenjang yang ia khidmati untuk mengajar yaitu tingkat Madrasah Ibtidaiyah (MI) setingkat dengan Sekolah Dasar (SD). Di situ awal mula ia berkarir di dunia

110 Keteladanan...

pendidikan. Kecakapan dan tanggungjawabnya yang tinggi menjadi modal utama ia dalam mengajar.

Baginya mengajar adalah sebuah keharusan dan sebuah tanggung jawab yang tidak dapat disepelekan. Karena dengan mengajar ia mampu melahirkan anak- anak bangsa yang cerdas dan bermartabat. Sesuatu yang ia jadikan prioritas setelah keluarga. Karena baginya, murid-murid adalah anak-anaknya juga yang perlu diasah intelektualitasnya, diasih kepribadiannya dan diasuh masa depannya. Disamping mengajar kesibukannya yang lain adalah sebagai seorang aktivis. Berorganisasi adalah hal lain yang menjadi salah satu kegemarannya, katakanlah demikian. Karena hal tersebut berlanjut dari sejak ia duduk dibangku sekolah menengah dan perkuliahan hingga kini.

Sehingga tidak mengherankan jika sampai sekarang ia masih turut serta dalam berbagai organisasi berbasis sosial-kemasyarakatan. Pengalamannya dalam berorganisasi selama masa muda membawanya untuk menempati posisi-posisi penting dalam organisasi yang diikutinya sebagai Ketua Karang Taruna Desa, Ketua Srikandi Pemuda Pancasila Kab. Sopeng, Wakil Sekretaris di KNPI Kab. Sopeng, Wakil Ketua Fatayat Kab. Sopeng, dan Bendahara LP Ma’arif Kab. Sopeng, serta jabatan-jabatan lainnya yang pernah ia duduki. Ia tidak hanya aktif berorganisasi saja rupanya, ia pun menjadi salah satu tokoh agama di desanya, berperan sebagai ketua Majelis Ta’lim. Hal-hal tersebut di atas merupakan sebuah kolaborasi dan komposisi yang menarik bagi seorang wanita yang telah berkeluarga dengan setumpuk aktifitasnya.

Keteladanan... 111

Ibu dari dua anak ini memanglah patut dijadikan teladan bersama. Ia mampu menjalankan dengan baik tugasnya sebagai seorang istri, ibu, aktivis dan terutama sebagai seorang guru. Karena guru adalah orangtua kedua bagi murid-muridnya setelah ayah dan ibu.

Pencapaian-pencapaian yang ia raih sekarang ini tidaklah serta-merta terjadi begitu saja. Kerja keras dan kesungguhan menjadi kunci utamanya. Baginya hidup itu tidak perlu dibuat susah, cukup “enjoy” dengan hal-hal yang dilakukan dan berusaha memberikan yang terbaik dalam hal apapun. Sehingga hal apapun yang kita lakukan akan memberikan dampak yang baik untuk diri sendiri dan sekitar jika disertai dengan pikiran positif.

Ia tinggal di Desa Tobatang Kec. Pamanah Kab. Wajo bersama suami, ibu dan kedua anaknya. Artinya, ia harus pulang-pergi Wajo-Sopeng untuk menjalankan

aktifitas rutinnya sebagai pengajar di MI As’adiyah 185 Lompulle dengan jarak tempuh yang tidak dekat.

Karena suaminya terpilih menjadi Kepala Desa di tempat mereka tinggal.Hal demikian sama sekali tidak menjadi batu sandungan baginya dalam melaksanakan tugas mulia seorang guru. Karena mengajar baginya adalah lillahi ta’ala (karena Allah) semata. Sehingga meski dirinya hanya sekedar menjadi guru honorer di Madrasah tersebut, keberkahan senantiasa ia rasakan dari hasilnya mengajar.

Madrasah Mencetak Generasi Islami

Madrasah tempat ia mengajar merupakan tanah

112 Keteladanan...

keluarganya yang diwakafkan kepada pihak Yayasan As’adiyah di Desa Kebo. Background keluarga yang islami merupakan pemicu tingginya semangat keluarga

ibu Endra Irawati untuk selalu mencoba memberikan hal terbaik untuk mengembangkan dunia pendidikan Islam, terlebih di desanya.

Kondisi awal pembangunan Madrasah Ibtidaiyah As’adiyah 185 Lompulle pada era 90-an berdindingkan bambu dan beralaskan tanah. Sebuah kondisi yang kurang kondusif untuk menjalankan proses belajar mengajar, terlebih jika cuaca sedang tidak bersahabat. Namun tidak mengurungkan niat para pengajar dan muridnya untuk melangsungkan KBM.

Sejak akreditasnya yang pertama yaitu tahun 1994, MI As’adiyah 185 sudah 5 kali melakukan pergantian kepala sekolah. Perkembangan pun mulai dirasakan oleh para pengabdi pendidikan di Madrasah tersebut. Kondisi lokal kelas mulai mengalami perbaikan sedikit demi sedikit, sehingga nyaman untuk digunakan dalam proses belajar-mengajar Madrasah.

Madrasah bertujuan membangun generasi bangsa yang tidak hanya mumpuni dalam IMTAK namun juga IPTEK serta bidang-bidang yang mendukung proses pendidikan dan masa depan para murid. Mereka sudah sejak dini diajarkan agar mampu menyeimbangkan antara duniawi dan ukhrowi, sehingga keduanya tidak berat sebelah. Hal demikian dapat dibuktikan dengan prestasi-prestasi yang mereka raih.

restasi yang diraih oleh para murid MI As’adiyah 185 beragam, dimulai dari bidang oleh raga seperti

Keteladanan... 113 Keteladanan... 113

Endra Irawati (berkacamata) bersama muridnya memboyong tropi

PMengajar bagi ibu Endra bukan hanya proses belajar-mengajar, tapi bagaimana cara mengabdi kepada masyarakat. Agar masyarakat dapat mengambil manfaat dari apa yang kita sampaikan. Jalanilah hidup dengan sepenuh hati dan sabar, maka hidup akan terasa

114 Keteladanan...

mudah. Demikian pesannya saat diwawancarai.