Buku Guru Dan Baru 2016.pdf

KETELADANAN

Sosok para Guru Madrasah Inspiratif

KETELADANAN

Sosok para Guru Madrasah Inspiratif Hak Cipta © pada Direktorat Jenderal Pendis Kemenag

Cetakan II, Oktober 2016

Pengarah:

Prof. Dr. Phil. H. Kamaruddin Amin, M.A. Prof. Dr. Phil. H. M. Nur Kholis Setiawan, M.A. Prof. Dr. Ishom Yusqi, M.A.

Tim Penulis:

A. Khoirul Anam (Koord.)

Mahbib Khoiron - Aryudi A. Razak - Malik Mughni Binti Khoiriyah - Aminatuz Zuhriyah - Alfis Syahri

M. Alim Khoiri - Miftachul Farid - Syamsul Hadi Diana Manzila - Suhendra - Ali Musthofa Asrori

Penyunting:

Muhtadin AR Sholla Taufiq

Penyelaras Aksara:

Syafi'i Suwardi Basnang Said Jusaini Farhatin Ladia

Penata Letak Teks:

Waki Ats-Taqofi

Perancang Sampul:

Agung Istiadi

Diterbitkan Oleh:

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama Republik Indonesia

xviii + 348 hlm.; 13x21 cm

Pengantar Tim Penulis

L Secara teoritik memang demikian. Lalu bagaimana

ingkungan yang baik akan membentuk pribadi- pribadi yang baik. Lembaga pendidikan yang unggul akan membentuk lulusan yang unggul.

jika kita berada di lingkungan yang belum kondusif? Bagaimana jika lembaga pendidikan yang kita kelola, atau tempat kita bernaung belum memadai? Akankah kita menyerah dengan keadaan? Tentu tidak.

Di sinilah seringkali kita menemukan sosok-sosok pribadi yang melampaui lingkungannya, tidak menyerah dengan keadaan. Alih-alih pasrah dan terpaku dengan kondisi, mereka ini –melalui kerja keras dan inovasi– berhasil menciptakan lingkungan pendidikan baru yang lebih kondusif.

Buku yang ada di tangan pembaca ini berisi kumpulan profil sosok-sosok teladan seperti itu. Mereka tidak menyerah dengan keadaan. Mereka

mengatasi berbagai rintangan. Mereka bekerja di luar batas kewajaran, melampaui tugas yang dibebankan. Pada gilirannya, mereka menciptakan lingkungan baru yang lebih baik, dinikmati generasi berikutnya.

iii

Buku ini berisi 25 guru madrasah yang inspirtif. Nama-nama guru direkomendasikan oleh Kementerian Agama. Tidak menutup kemungkinan masih banyak guru madrasah inspiratif yang belum terekspos. Ke-

25 guru yang ditulis berasal dari Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA) baik yang negeri maupun swasta, dari berbagai daerah di Indonesia.

Buku ini berisi catatan-catatan mengenai prestasi, inovasi yang dilakukan, cara mereka mengatasi rintangan dan seterusnya, serta langkah-langkah mencapai tujuan. 25 guru inspiratif ini juga tak pernah berhenti berproses, mereka terus belajar dan menimba ilmu, melakukan studi banding guna mewujudkan semua impian.

Bahwa semua orang mempunyai latar belakang yang berbeda, mempunyai persoalan pribadi yang berbeda. Para guru adalah manusia biasa. Buku ini juga mengekspos beberapa aspek kehidupan pribadi para guru ini dan bagaimana cara mereka dapat menyelesaikan persoalan pribadi dan keluarga untuk dan berkonsentrasi mengembangkan dunia pendidikan.

Bagian lain dari catatan yang digali dari perjalanan para guru inspiratif ini adalah semangat juang yang ditunjukkan oleh para guru dan pengelola madrasah di daerah-daerah terpencil. Rintangan yang ada tidak menjadi alasan untuk bisa bersaing dengan daerah- daerah maju dan pusat keramaian.

Lebih dari semua itu, buku kumpulan guru madrasah inspiratif ini mencatat spirit pengabdian yang

iv iv

memajukan madrasah, mewujudkan generasi muslim yang lebih baik, mengantarakkan generasi masa depan ke gerbang kesuksesan.

Membaca berbagai inovasi yang dilakukan, serta berbagai prestasi yang mereka capai, sebenarnya kita telah mendapatkan gambaran mengenai sebuah madrasah yang ideal, madrasah yang keren, madrasah yang berkelas.

Tidak ada salahnya jika catatan dan jejak para guru inspiratif ini menjadi acuan sekaligus penyemangat bagi para guru dan pengelola madrasah di daerah lain di seluruh Indonesia. Berbagai daerah tentu mempunyai problem yang berbeda dan buku ini menunjukkan bagaimana para tokoh madrasah ini mampu mengatasi berbagai problem di daerah masing-masing.

Jika kita memimpikan sebuah “madrasah masa depan” maka dengan membaca berbagai inovasi dan prestasi yang ditunjukkan oleh para guru inspiratif ini, sesungguhnya kita bisa mengatakan bahwa sebenarnya masa depan itu sudah ada di depan mata kita. Masa depan madrasah itu sudah terjadi saat ini.

Jakarta, 22 Oktober 2015

Daftar Isi

Pengantar Tim Penulis | iii Daftar Isi | vii Sambutan Direktur Jenderal Pendidikan Islam | xi Kata Pengantar Menteri Agama RI| xv

Dr. H. Ahmad Hidayatullah, M.Pd., Arsitek Madrasah Berkelas Dunia | 1

Hj. Nibras OR Salim,

Kreator RA Modern | 15

No’man Afandi, S.Pd.,

Antarkan Siswa Madrasah Swasta ke Pentas Internasional | 29

Drs. H. Nursalim, M.Pd.I, Pelopor Madrasah Riset,

9 Penemuan Baru Telah Dipatenkan | 47

Drs. Sumarno,

“Senangnya” Menempuh Perjalanan 115 KM Setiap Hari di Papua | 57

Hendro Murjoko, M. Pd.,

Potret Guru Teladan di Madrasah Teladan | 69

vii

TGH Juaini, M.H, Lc.,

Penerima Penghargaan Internasional Ramon Magsaysay | 85

Dra. Hj. Sarkiah Hasiru, M.Si.,

Juara Kompetisi Kepala SLTA, Centre School-nya Menjadi Idola | 87

Endra Irawati, S.Pd.I,

Guru Muda Berprestasi dari Tanah Bugis | 107

Ismail Z. Betawi, S.Pd.,

Wujudkan Madrasah “Ekslusif” di NTT | 119

H. Abdul Djalil,

Perintis MIN, MTsN dan MAN Model di Malang | 141

Dra. Jetty Maynur, M.Pd.,

Ustazah yang Merintis dan Membawa Madrasah ke Tingkat Internasional | 151

Widya Lestari, S.E., M.M.,

Pencetus Rumah Belajar “Akar Ilalang” | 171

Joko Miranto,

Sosok Low Profil di Balik Sukses MAN IC Gorontalo | 195

Vera Kartina, S.Pd.,

Kembangkan Madrasah di Daerah Minoritas | 207

Najmah Katsir, M.Pd.,

Mengubah Kelemahan Menjadi Peluang | 219

Drs. H. Muliardi, M.Pd,

Mengantarkan Madrasahnya Menjadi yang Terbaik Tingkat Nasional | 233

Nasrudin Latif, S.Pd.I.,

Sang Guru Blogger, Mengatasi Kerumitan Birokrasi | 245

viii

Dr. H. Ahmad Zainuri, M.Pd.I;

Madrasah Unggulan: Mimpi Anak Petani yang Menjadi Kenyataan | 259

Diah Wijiastuti, S.S.,

Guru Madrasah Spesialis Bahasa Jepang | 273

Drs. Suhardi, M.Pd.I.,

“Menyulap” Madrasah Biasa menjadi Luar Biasa | 287

Drs. Tugi Hartono;

Terlibat Proyek Kolaborasi Majalah Digital dengan 36 Negara | 301

Zahril, S.Pd.I.,

Merintis dan Mengembangkan Pendidikan di Daerah Terpencil | 317

Farida Halalutu, S.Pd.I.;

Selalu Ingin Madrasahnya Tampil di Depan dan Menjadi Unggulan | 327

Nisih Rahayu S.Pd.I.,

Mendidik di Tengah Keterbatasan | 337

ix

Sambutan

Para Inspirator Madrasah

Prof. Dr. Phil. H. Kamaruddin Amin, MA

Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI

restasi madrasah belakangan ini semakin mengalami peningkatan. Di hampir semua daerah, di mana madrasah ikut berkompetisi, prestasi

selalu diraih. Dampaknya, kepercayaan masyarakat terhadap madrasah juga terus meningkat. Di kota-kota besar, daya tampung madrasah sudah tidak memadai lagi dibanding dengan minat masyarakat untuk menyekolahkan anaknya ke madrasah.

Prestasi madrasah ini tidak datang secara tiba- tiba. Ada beragam program yang dirancang Direktorat Jenderal Pendidikan Islam untuk menghasilkan prestasi madrasah itu. Kita percaya hanya dengan program yang terencana dan terukurlah, prestasi bisa diraih.

Buku “Keteladanan: Sosok Para Guru Madrasah Inspiratif” ini berusaha merekam kerja keras para kepala

xi xi

Harapannya, buku semacam ini bisa menginspirasi guru-guru lain di berbagai daerah di Indonesia. Berbagai kreasi, inovasi dan prestasi yang ditunjukkan oleh para guru madrasah ini patut menjadi percontohan sekaligus penyemangat untuk yang lain. Bahwa setiap guru madrasah mempunyai latar belakang keluarga, setiap madrasah dan setiap daerah mempunyai problematikanya sendiri. Para guru madrasah yang ditulis dalam buku ini telah menunjukkan bagaimana mereka mengatasi berbagai rintangan untuk mewujudkan lembaga pendidikan Islam yang lebih baik.

Kami juga memberikan apresiasi kepada para guru dan pengelola madrasah di berbagai daerah terpencil dengan sarana dan prasarana yang terbatas. Pengabdian mereka yang luar biasa semoga dapat menghasilkan para siswa-siswa madrasah yang unggul dan siap menyongsong masa depan yang cemerlang.

Kepada semua yang terlibat dalam penulisan buku ini, kami sampaikan terima kasih yang sebesar- besarnya. Di luar 25 nama guru inspiratif yang tertulis dalam buku ini, tentunya masih banyak sekali guru inspiratif yang belum terpublikasi. Semoga dalam waktu yang akan datang kita mempunyai database guru-guru madrasah inspiratif seluruh Indonesia yang lebih lengkap lagi.

Dalam konsep lama mengenai “pengabdian” memang tidak diperlukan adanya publikasi karena dapat mengurangi keikhlasan. Namun berbagai kreasi,

xii xii

Jakarta, 4 November 2015

xiii

Kata Pengantar

Belajar dari Para Inspirator Madrasah

Lukman Hakim Saifuddin

Menteri Agama Republik Indonesia

endidikan Islam di Indonesia makin berkembang. Upaya pembenahan dan peningkatan kapasitas telah nampak hasilnya. Salah satu buktinya,

siswa madrasah mampu menjuarai berbagai kompetisi berskala besar seperti Olimpiade Sains Nasional (OSN). Para siswa-siswi juga mengharumkan nama Indonesia dalam beberapa kompetisi sains-teknologi tingkat internasional yang dimotori oleh negara-negara maju.

Keberhasilan pendidikan Islam itu tak bisa dilepaskan dari kiprah para guru dan kepala madrasah yang gigih menjalankan tugas demi menghasilkan lulusan terbaik. Buku “Keteladanan: Sosok Para Guru Madrasah Inspiratif” ini cukup memberikan gambaran mengenai berbagai kreasi dan inovasi yang telah dilakukan oleh para guru dan kepala madrasah.

Mereka menunjukkan cara memecahkan persoalan serta menerobos rintangan untuk mewujudkan sebuah

xv xv

Buku ini merekam kreatifitas para guru madrasah di luar tugas mereka sebagai pendidik. Di sela-

sela kesibukan mengajar, misalnya, ada guru yang menghasilkan penemuan-penemuan baru yang bermanfaat untuk masyarakat. Catatan menarik lainnya adalah kepedulian para guru untuk mengatasi berbagai persoalan lingkungan di tempat tugas masing-masing.

Itu semua merefleksikan semangat dan pengabdian mereka yang luar biasa untuk memajukan pendidikan

Islam, terutama di daerah terpencil yang sarana dan prasarananya serba terbatas. Apresiasi tinggi layak diberikan kepada para guru madrasah yang inspiratif dan menularkan semangat bagi guru madrasah di daerah lain.

Secara umum perjalanan pendidikan nasional menunjukkan bahwa lembaga pendidikan yang berada di bawah naungan Kementerian Agama maupun Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan semakin berada dalam posisi sejajar. Persaingan semakin terbuka. Fastabiqul khoirot, semua lembaga pendidikan saat ini sedang menunjukkan peran terbaik dalam rangka mendidik generasi bangsa.

Sementara itu, sistem pemondokan atau asrama yang semenjak lama diterapkan di pesantren sebagai

xvi xvi

Salah satu tujuan pendidikan adalah pembinaan mental dan spiritual dalam rangka pembentukan rangka karakter berbangsa dan bernegara. Tujuan pendidikan itu melekat dan menjadi keunggulan dalam setiap lembaga pendidikan agama Islam. Penanaman nilai-nilai agama kepada para siswa diharapkan dapat mengatasi berbagai probematika bangsa terutama yang berkaitan dengan persoalan moral.

Ada satu riset menarik perlu saya sampaikan. Para siswa yang hafal Al-Qur’an di beberapa lembaga pendidikan dasar, menengah dan tinggi ternyata juga mempunyai nilai kumulatif yang bagus. Ini menunjukkan bahwa kecerdasan intelektual dan kecerdasan spiritual itu harus menopang satu sama lain. Dan, integrasi ini telah menjadi konsentrasi pendidikan Islam semenjak awal.

Sistem pendidikan Islam harus terus berbenah. Ke depan, pada tingkat satuan pendidikan tertentu kita harapkan semakin menjurus kepada spesialisasi. Penyusunan kurikulum dan terobosan dalam hal metode pembelajaran juga terus dilakukan untuk

xvii xvii

Undang-undang mengenai sistem pendidikan nasional juga telah memberikan tempat yang sepadan bagi berbagai lembaga pendidikan Islam, termasuk

pesantren, madrasah diniyah, atau madrasah tahfidz Al-Qur’an. Saya yakin ke depan, bakal semakin banyak

tokoh bangsa, para perintis, pelopor dan ilmuan yang lahir dari rahim pendidikan Islam.

Hanya, kita juga tak boleh mengabaikan fakta bahwa banyak lembaga pendidikan Islam di daerah yang membutuhkan perhatian lebih serius. Banyaknya jumlah peserta didik di bawah Kementerian Agama juga perlu penanganan tersendiri. Guna mewujudkan visi pemerintah untuk membangun Indonesia dari desa dan daerah pinggiran, sudah saatnya kita memperhatikan lebih jauh ke pelosok Nusantara. Kerja besar “mencerdaskan kehidupan bangsa” tak bisa dilakukan sendiri. Untuk itulah, kita perlu membangun sinergi dan menebar inspirasi.

Berbagai langkah dan terobosan yang ditunjukkan oleh para guru madrasah dalam buku ini saya kira bisa menjadi penyemangat untuk memajukan pendidikan Islam secara nasional. Jejak dan prestasi mereka menunjukkan bahwa lembaga pendidikan Islam, para guru dan para siswanya telah menunjukkan keunggulan itu dan layak menjadi percontohan. Di luar 25 guru inspiratif yang ditulis dalam buku ini, tentu masih

xviii xviii

Buku ini dari persembahan di Hari Guru kepada semua guru yang begitu mulia karena karyanya. Di tangan para guru mulia, tercerahkan masa depan Indonesia kita.

Jakarta, 25 November 2015

xix

Dr. H. Ahmad Hidayatullah, M.Pd.,

Mantan Kepala MAN 3 Malang

Arsitek Madrasah Berkelas Dunia

uasana haru menyelimuti acara perpisahan Ahmad Hidayatullah dengan para guru dan siswa, pertengahan Agustus 2015. Tidak sedikit siswa

yang menangis. Tiga tahun memimpin MAN 3 Malang, ia meninggalkan banyak jejak prestasi. Sebelum memimpin MAN 3 Malang, ia juga sukses memimpin MAN Insan Cendekia Gorontalo dan Serpong. Ahmad Hidayatullah mampu mengubah madrasah menjadi lembaga pendidikan bertaraf Internasional. Ia melihat jauh ke depan dan kaya inovasi. Ia adalah salah seorang arsitek madrasah unggulan di Indonesia. Tidak hanya itu. Di sela menjalankan tugasnya memimpin MAN IC Gotontalo, MAN IC Serpong, dan MAN 3 Malang, ia berkeliling ke beberapa madrasah sekitar. Ia membuat forum pertemuan para pimpinan dan guru

Keteladanan...

madrasah. Semua bisa bergerak dan maju bersama mengembangkan madrasah, katanya.

Sikapnya santun, rendah hati dan hangat. Berbincang dengan Dr. Ahmad Hidayatullah membuat siapapun betah berlama-lama. Di balik sosok pria rendah hati kelahiran Bangil 22 Juni 1968 itu tersimpan segudang prestasi yang membanggakan.

Tangan dinginnya telah berhasil menyulap madrasah-madrasah biasa menjadi sekolah unggulan bertaraf internasional. Dalam menyiasati berbagai keterbatasan yang dimiliki madrasah, Suami Susi Retnowati dan ayah Shaleha Hadiyatullah itu banyak memetik pelajaran dari perjalanan hidupnya yang penuh kesulitan dan perjuangan.

Dunia pendidikan islam saat ini didera oleh stigma sebagai lembaga pendidikan kelas dua. Meskipun kiprah madrasah telah ratusan tahun mengiringi sejarah pendidikan bangsa, tetapi masih banyak orang yang memandang madrasah dengan sebelah mata.

Menghilangkan Stigma

Tanpa disadari, para pelaku pendidikan madrasah sendiri banyak yang membuat permakluman atas hal ini. Madrasah, dengan beban muatan materi pelajaran yang lebih banyak, dianggap wajar bila tertinggal dari sekolah umum yang memang fokus hanya mengejar prestasi di bidang-bidang studi umum.

Namun stigma tersebut lambat laun pudar berkat kerja keras para praktisi madrasah yang kompeten

2 Keteladanan...

dalam membangun institusinya, seperti Ahmad Hidayatullah. Sejak ditunjuk menjadi kepala MAN 3 malang, banyak perubahan yang dicapainya.

Dalam Olimpiade Sains Nasional XII tahun 2013 yang digelar di Bandung (2-8 September), misalnya, 21 siswa-siswi dari MAN 3 Malang, MAN Insan Cendekia Serpong, dan MAN Insan Cendekia Gorontalo berhasil menyabet 4 emas, 8 perak, dan 9 perunggu. Semua madrasah itu pernah ditangani oleh Hidayatullah.

Perubahan drastis yang dicapai MAN 3 Malang membuat Kementrian Agama terpesona. Sekolah itu kemudian ditetapkan sebagai Pilot Project melalui Gerakan Menjadikan MAN 3 Malang Sebagai Etalase Madrasah Indonesia (GEMMA SEMI).

Sejak Maret 2012, Ahmad, demikian alumnus program magister UNJ Jakarta dan UGM Yogyakarta serta doktor Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung ini akrab disapa, mendapat mandat dari Kementerian Agama untuk membuat perubahan besar di MAN 3 Malang.

Penugasan ini tentu bukan asal tunjuk. Sebelumnya, pria kelahiran Bangil, Jawa Timur, 47 tahun silam ini, dianggap telah berhasil menaikkan kelas MAN Insan Cendekia Serpong, Tangerang, dan MAN Insan Cendekia Gorontalo menjadi madrasah berkelas internasional.

Ahmad ingin kesuksesannya membangun dua MAN Insan Cendekia menjadi sekolah unggul bisa menginspirasi madrasah-madrasah lain. Tetapi rupanya hal ini belum sepenuhnya terwujud karena masih ada pihak-pihak yang melihat keberhasilan itu sebagai

Keteladanan...

hal biasa karena kedua madrasah tersebut memang dikembangkan dengan biaya tinggi.

MAN 3 Malang merupakan madrasah konvensional dengan dinamika turun-naik dan pembiayaannya sama dengan madrasah-madrasah lain. Kenyataannya siswa- siswi MAN 3 telah berhasil merebut medali di olimpiade nasional. “Kalau MAN 3 bisa, kenapa yang lain tidak?” katanya.

Membangun Spirit

Sejak hari pertama dilantik menjadi Kepala MAN 3 Malang, pada 6 Maret 2012 lalu, Ahmad langsung membangun spirit. Berbagai strategi dan inovasi ia coba terapkan. Ia memulai dengan memetakan potensi apa yang ada di lembaganya.

Hasilnya berupa peta SDM pegawai dan potensi madrasah yang kemudian digunakan untuk menyusun skala prioritas pengembangan. Dari tahapan ini dirumuskan Pedoman Penyelenggaraan MAN 3 Malang untuk 5 tahun ke depan, yang kemudian di-breakdown menjadi rencana kerja jangka menengah, rencana kerja tahunan, serta rencana kerja anggaran.

“Untuk membuat peta potensi SDM, kami undang PUSPENDIK untuk menguji potensi guru-guru kami semua dari empat kompetensi: kepribadian, sosial, profesional, maupun kompetensi pedagogik,” katanya. Test juga diterapkan untuk para pegawai yang diharuskan menjalani uji potensi kinerja, intelektual, semangat kerja, dan potensi manajerial.

4 Keteladanan...

Dari pemetaan tersebut lalu Ahmad membuat program peningkatan dan pemerataan kapasitas para pengajar dengan menerapkan sistem tutor kemitraan. Setiap Sabtu dua pekan sekali para guru dalam satu rumpun bidang studi saling belajar dan bertukar pengalaman dan keahlian. Ahmad juga menghadirkan

27 professor dari perguruan-perguruan tinggi di Malang dan sekitarnya untuk meningkatkan pengetahuan para guru.

Perubahan penting lain yang didorong Ahmad adalah membangun spirit dan mindset para guru, bahwa pendidikan adalah bagian pembangunan peradaban yang dimandatkan Allah kepada seluruh umat manusia. Karena itu mengupayakan yang terbaik dalam pendidikan menjadi tugas semua orang dan menjadi medan jihad yang sesungguhnya.

Penasehat Pesantren Wahid Hasyim Bangil itu juga berusaha mengembangkan budaya transparan, partisipatif, prestatif, disiplin dan melayani. Itu semua berawal dari diri Ahmad sebagai pelopor keteladanannya.

“Alhamdulillah, dengan kebijakan ini setiap guru saling mendukung dan saling memberikan kritik membangun,” katanya. Tradisi baru yang terbuka ini dimaksudkan untuk menciptakan suasana fair dalam bekerja, tidak ada orang yang merasa terzhalimi.

Go International

Tahun ajaran baru 2012-2013 menjadi awal aksi go international yang dilakukan Ahmad Hidayatullah.

Keteladanan...

Beberapa perwakilan perguruan tinggi luar negeri diundang olehnya untuk berkunjung dan melihat langsung proses pembelajaran di MAN 3.

Hasillnya cukup menggembirakan. Perwakilan dari Nanyang Technological University (NTU) Singapura, Kyungsung University Korea, Aoyama School of Japanese (Tokyo), dan tiga universitas dari Sudan itu mengaku terkesan dengan sistem pembelajaran yang diterapkan MAN 3 Malang. “Mereka baru tahu bahwa ada lembaga pendidikan keagamaan, semacam madrasah, yang menerapkan sistem pendidikan sebagus ini,” kata Ahmad.

“Kalau lulusan sudah bisa bersaing dengan lulusan SMA dari negara lain untuk masuk ke universitas di luar negeri, itu salah satu tanda bahwa standar internasional tersebut telah tercapai,” ungkap Ahmad.

Mimpinya itu segera ia wujudkan. Belum genap satu tahun Ahmad memimpin, dua siswa MAN 3 Malang berhasil menembus ujian masuk sebuah perguruan tinggi di Jepang dan dua lagi di Sudan. Bahkan salah seorang diantaranya menduduki ranking satu dari

15 penerima beasiswa studi di Jepang yang program seleksinya dilakukan langsung oleh utusan dari pemerintah Jepang.

“Siswa MAN 3 Malang meraih ranking satu se- Indonesia dalam seleksi itu, menyisihkan siswa BPK Penabur dan MAN Insan Cendekia,” paparnya.

Tahun berikutnya (2013), terjadi peningkatan. Enam anak asuhnya diterima di Jepang, Madinah University, dan fakultas kedokteran sebuah Perguruan

6 Keteladanan...

Tinggi di Jerman. Mulai tahun ajaran baru kemarin, MAN 3 juga mengubah sistem perekrutan siswanya. Nilai Ujian Nasional hanya sebagai syarat administrasi, bukan menjadi pertimbangan dalam seleksi. Sementara seleksinya sendiri menggunakan ujian yang juga mencakup minat dan bakat, semangat, serta daya tahan terhadap stres.

Berjualan Kopi

Ahmad Hidayatullah lahir dari keluarga biasa. Anak ke-10 pasangan Baim dan Muzdalifah yang tinggal di dusun Sangeng Utara, Kelurahan Bendomungal, Bangil, Pasuruan, Jawa Timur, itu waktu kecil terbiasa hidup pas-pasan.

Karena itu pria yang waktu kecil biasa dipanggil Mamad itu terbiasa bekerja keras membantu orang tuanya. Di luar jam-jam belajarnya, sejak sekolah dasar hingga menengah atas, ia harus menyiangi sawah garapan, seperti kebanyakan anak sebayanya pada masa itu.

Hidup sebagai keluarga petani bersahaja mengantarkannya lulus sekolah menengah atas, sesuatu hal yang cukup membanggakan untuk ukuran saat itu. Tetapi ia belum puas dengan ijazah Madrasah Aliyah.

Ia kemudian hijrah ke Malang untuk meneruskan studi di Fakultas Bahasa dan Sastra Indonesia di Institut Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (IKIP Malang). Saat kuliah Ahmad berusaha mencukupi kebutuhan hidup dan belajarnya di rantau dengan berjualan kopi keliling.

Keteladanan...

“Setiap pulang kuliah, saya langsung shalat zhuhur, lalu berjalan kaki menenteng termos dan rencengan kopi bungkus,” kenang Ahmad. “Terkadang dalam sehari saya harus berjalan kaki sejauh 20 kilometer untuk berjualan,” katanya.

Debutnya sebagai pendidik dimulai ketika ia mengajar sebagai guru bhakti di SDN Sumber Anyar 2, Nguling, Pasuruan. Pada saat yang sama ia dipercaya menjadi asisten dosen di IKIP Malang pada 1989-1992. Setelah itu mencoba peruntungan dengan mengikuti seleksi penerimaan pegawai di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan lolos.

Ketika pada tahun 1996-1997 BPPT memulai proyek Maghnet school STEP – BPPT yang merupakan rintisan sekolah Insan Cendekia, Ahmad Hidayatullah dipercaya menjadi Koordinator kerjanya. Dan ketika ada kebijakan Presiden Gus Dur untuk mengembalikan BPPT menjadi lembaga riset murni pada tahun 2001 yang membuat SMA Insan Cendekia harus diserah kelolakan kepada Departemen Agama dan berubah menjadi MAN Insan Cendekia, Ahmad dipercaya menjadi Kepala MAN Insan Cendekia Gorontalo (2002 – 2008).

Keberhasilannya mengantarkan MAN Insan Cendekia menjadi sekolah berprestasi, membuatnya kemudian dipercaya juga untuk mengepalai MAN Insan Cendekia Serpong pada 2008 – 2012. Lagi-lagi berbagai prestasi ia torehkan. Hingga akhirnya Pemerintah mempercayakan kerja menantang membuat MAN 3 Malang yang semula madrasah negeri biasa menjadi madrasah bertaraf internasional.

8 Keteladanan...

Hemat Rp 100,-

Menyulap madrasah menjadi sekolah level internasional bukan pekerjaan mudah. Di tengah pandangan umum yang under-estimate terhadap madrasah, Ahmad berkeyakinan model madrasah justru paling cocok untuk tipikal generasi muda muslim Indonesia yang memadukan unsur IPTEK dan IMTAQ.

Ia berharap, negara mau terus mendorong, memotivasi dan memfasilitasi pengembangan madrasah-madrasah untuk menjadi madrasah internasional. “Guru dan siswa madrasah itu hebat- hebat, kita tinggal menemukan potensi terpendam mereka lalu mengolahnya dengan cara yang tepat, insya Allah semua harapan besar itu akan tercapai,” katanya.

Ahmad Hidayatullah (tengah) dalam acara perpisahan di

MAN 3 Malang Ahmad bersama para guru dan siswa MAN 3 Malang

tak pernah berhenti berinovasi. Prestasi terbarunya adalah mendapat nominasi award sebagai madrasah mandiri dari Kementerian Agama, berkat program M3M

Keteladanan...

Community. M3M Community adalah instrumen yang diciptakan oleh komunitas MAN 3 Malang, baik civitas akademis maupun masyarakat umum yang simpati pada gerakan sosial yang sedang digulirkan oleh MAN

3 Malang dalam membuka peluang belajar bagi para yatim piatu dan dhuafa agar dapat menikmati fasilitas belajar yang bermutu.

Program ini berobsesi menjadikan pendidikan bermutu tetap dapat diwujudkan dan dinikmati siapa pun tanpa menjadi beban tanggung jawab orang tua atau beban bertambahnya anggaran negara. Gerakan M3M Community berusaha mencarikan sumber pembiayaan alternatif bagi MAN 3 melalui program- program penggalangan dana sosial, seperti program hemat Rp. 100 perhari perindividu. Luar biasa..!

Tugas Baru

Setelah sukses memimpin MAN 3 Malang, Ahmad Hidayatullah mendapatkan tugas baru di Surabaya. Ia ditunjuk sebagai Kasubag Keuangan dan Perencanaan di Kanwil Kemenag Provensi Jawa Timur

Pertengahan Agustus 2015 diadakan acara pisah-sambut dari kepala lama kepada yang baru dilangsungkan di aula MAN 3 Malang, dengan penyarahan sejumlah dokumen penting disaksikan langsung oleh kepala Kantor Kementerian Agama Kota Malang. Dra. Hj. Binti Maqsudah, M. Pd menjadi Kepala MAN 3 yang baru menggantikannya.

“Tidak ada yang saya tinggalkan di madrasah ini, kecuali hanya lah jejak-jejak kerja kita bersama selama

10 Keteladanan...

ini. Saya belum bisa memberikan apa-apa untuk MAN

3, kalau pun ada itu adalah hasil perjuangan para guru dan staf karyawan,” ujarnya rendah hati.

Di MAN 3 Malang, Ibu Binti bukanlah orang baru. Selain sebelumnya adalah kepala MTs Negeri 1 Malang yang seringkali melakukan kerjasama dengan MAN 3 sebagai madrasah terpadu, ia juga pernah bertugas sebagai guru di MAN 3 selama bertahun- tahun. Meskipun demikian, ia masih perlu melakukan banyak kordinasi dengan para guru untuk menjalankan tugasnya sebagai pimpinan.

Ahmad Hidayatulah mengingatkan, siapa pun orang yang memimpin madrasah, kalau semua komponen mau bekerja keras, tulus dan ikhlas, maka lembaga akan bangkit dan maju. Ia mengajak semua pihak mendukung pemimpin madrasah yang baru. “Tidak ada resep atau teori apapun untuk membuat terus maju madrasah ini, kecuali mari kita dukung Bu Binti sebagai kepala baru kita,” katanya.

Sebelum meninggalkan MAN 3, ia berpesan kepada seluruh elemen guru dan karyawan, untuk tetap bersemangat dalam bekerja dan mengabdikan dirinya sebagai guru dengan tetap menjadi suri tauladan bagi para siswa. Ahmad menegaskan bahwa energi mereka hendaklah digunakan untuk membangun dan mengembangkan madrasah, agar cita-cita luhur MAN 3 dapat tercapai. “Tetaplah tulus dan ikhlas, semoga Allah meridoi kita semua,” pesannya.

Upacara 17 Agustus 2014 menjadi upacara terakhirnya di MAN 3 Malang. Di hadapan 700-an siswa

Keteladanan...

MAN 3 Malang, ia menyatakan masih merasa memiliki MAN 3 Malang. Ia merasa tidak meninggalkan madrasah yang beralamat di Jl Bandung Malang itu.

“Meski saya dipindahkan ke Surabaya, namun jiwa saya tetap disini, tetap bersama anak-anak semua,” kata Ahmad. Tidak sedikit siswa yang menangis melepas kepergiannya.

Pikiran Kreatif

Dunia pendidikan Islam nampaknya sudah menyatu dalam diri Ahmad Hidayatullah. Salah satu “hobi” yang dilakukannya pada saat menjadi kepala madrasah di Gorontalo, Serpong dan Malang adalah mengadakan forum pertemuan dengan para guru dan kepala madrasah di sekitarnya. Hobi ini juga masih berlanjut saat ia mendapatkan tugas baru di Surabaya.

Di Gorontalo, ia membuat Forum Komunikasi Pengembangan Madrasah. Di Serpong ia mengumpulkan para guru dan kepala madrasah dalam forum Cemadev, Centre for Madrasah Development. Di Malang Jawa Timur ia mengadakan pertemuan berkala Forum Komunikasi Guru dan Kepala Madrasah.

“Saya berusaha mengumpulkan para kepala madrasah dan guru-guru yang aktif dan mempunyai idealisme dalam satu forum diskusi. Intinya saya ingin menampung pikiran dan ide-ide serta ditindaklanjuti dalam bentuk action,” katanya.

Meski sudah berhasil mengembangkan madrasah yang dipimpinnya sendiri, ia ingin semua madrasah

12 Keteladanan...

bergerak maju. Pertemuan-pertemuan itu menjadi sarana menyampaikan kesulitan kaitannya dengan kerja pengembangan madrasah dan bagaimana memberikan solusi. Selain itu Ahmad ingin memancing pikiran kreatif kaitannya dengan bagaimana pengembangan madrasah ke depan. Beberapa pikiran kreatif ini seringkali tidak tertampung dalam rapat-rapat formal.

Forum-forum pertemuan itu masih berlanjut saat Ahmad memegang tugas baru sebagai Kasubag Keuangan dan Perencanaan di Kanwil Kemenag Provinsi Jawa Timur, tidak lagi menjabat kepala madrasah. Saat ini ia aktif dalam Madpontren Bersi, Madrasah dan Pondok Pesantren Bersinergi.

“Di berbagai daerah memang atmosfernya berbeda. Namun pada dasarnya semua ingin mengembangkan madrasah dengan memanfaatkan sumber daya yang ada. Nah forum-forum itu diperlukan untuk membaca sumber daya kemudian dikembangkan. Di forum itu biasanya juga ditemukan ide-ide baru. Kita juga saling berbagai informasi,” demikian Ahmad Hidayatullah. (*)

13

Keteladanan...

Hj. Nibras OR Salim; Penasihat Madrasah Istiqlal Jakarta

Kreator RA Modern

satu peristiwa kecil namun sangat menghentak hatinya. A

da satu peristiwa penting yang membuat Nibras “banting setir” dan mengabdikan dirinya untuk mendidik anak-anak usia dini. Bermula dari

Ketika itu ia mengajar di SGHA (Sekolah Guru Hakim Agama). Ia sempat tertegun. Ada seorang siswa yang tidak hafal dua kalimat sahadat. Padahal siswa itu sudah berumur. Apa yang salah?

Perawal dari peristiwa kecil itu, Nibras mengitikadkan diri bahwa masa pendidikan paling penting adalah ketika para anak didik baru berusia dini. Penanaman nilai-nilai keislaman harus dimulai sejak jenjang pendidikan yang paling rendah. Ia kemudian mulai menggeluti dunia anak-anak. Ia belajar dari banyak

Keteladanan...

tempat, termasuk ke Florida Amerika Serikat. Ia merealisasikan gagasannya tidak hanya di satu sekolah, tapi di berbagai daerah.

Nibras dikenal sebagai perintis TK Islam di Indonesia. Ia merintis banyak sekolah Islam untuk anak-anak di setiap daerah yang dia pijak. Banyak sekali yang dia ciptakan untuk anak-anak, dari mulai lagu-lagu islami khusus untuk anak, panduan belajar, alat peraga, permainan edukatif, dan masih banyak lagi. Pada tahun 1976 ia sudah menciptakan peragaan manasik haji untuk murid-murid TK yang disesuaikan dengan umur dan kemampuan mereka.

Banyak sekali penghargaan yang ia peroleh karena rasa cintanya terhadap anak-anak Islam. Meskipun takdir berkata lain, ia tidak mempunyai seorang pun anak sampai di masa tuanya.

Sudah Uzur

Rumah Hj. Nibras OR Salim berada di kawasan Cikini Jakarta Pusat, tidak jauh dari Taman Ismail Marzuki (TIM). Ditemani dua muridnya yang juga guru di Madrasah Istiqlal Jakarta, Ibu Nita dan Pak Kasmudi, kami bergegas menuju rumah lama itu, 21 September 2015. Rumah itu cukup sepi. Hj. Nibras waktu itu ditemani oleh istri dari keponakannya.

Memasuki usia ke-85, Hj. Nibras hanya bisa terbaring lemah di tempat tidur. Beberapa tetangganya bahkan mengira kalau salah seorang pejuang pendidikan Islam ini sudah tiada. Jangankan berkomunikasi, untuk makan minum dan segala sesuatunya ia harus

16 Keteladanan...

dibantu oleh orang lain. Ini sudah berlangsung sekitar tiga tahun lamanya. Tepat di depan pintu kamarnya terdapat panduan kepada yang merawatnya mengenai cara memberikan makan dan minum untuk Hj. Nibras, sampai cara melatih pernafasan.

Di usianya yang sudah uzur itu, Hj. Nibras menyimpan banyak kisah mengenai pengabdiannya di bidang pendidikan Islam, konsep dan terobosan- terobosan baru yang telah ia lakukan, serta banyak keteladanan hidup yang ia tunjukkan di hadapan orang sekitar.

Kisah hidup Hj. Nibras OR Salim berikut ini diadaptasi dari catatan riwayat hidupnya yang didokumentasikan di Madrasah Istiqlal Jakarta dan ditulis pada 2014 lalu, ditambah dengan kesaksian dari beberapa murid dan sumber-sumber lain, termasuk beberapa buku yang ia tulis.

Putri Pejuang Kemerdekaan

Nibras OR Salim lahir pada 19 juni 1931 di Maninjau, salah satu nagari di Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat. Antara Maninjau dan ibukota Kabupaten Agam Lubuk Basung, berjarak sejauh 27 KM. Di tanah kelahirannya ini, masa kecil Nibras dipenuhi berbagai cobaan yang cukup menyedihkan. Saat baru berusia 6 tahun, ia harus berpisah dengan ayahnya. Perpisahan terjadi bukan karena ayahnya bertugas keluar daerah atau merantau ke negeri orang. Sang Ayah yang berjuang mewujudkan

Keteladanan...

kemerdekaan Indonesia ditangkap dan dibuang ke pengasingan.

Ayahnya bernama Oedin Rahmani yang disingkat OR. Singkatan nama ayahnya ini dilekatkan pada nama dirinya yang cukup populer, Nibras OR Salim. Sementara Salim adalah nama suaminya. “Nibras” sendiri berasal dari bahasa daerah yang artinya “mercusuar”.

Kesedihannya tidak berhenti. Tidak lama setelah ayahnya diasingkan, Nibras kecil juga ditinggal oleh ibunya yang telah melahirkan dan menjaganya. Setelah berpisah dengan ayah dan ibunya, ia diambil dan diasuh oleh neneknya. Ia tinggal bersama neneknya hingga ia masuk ke sekolah rakyat (SR) setingkat dengan sekolah dasar (SD).

Haus Ilmu Pengetahuan

Untuk seorang perempuan yang dilahirkan sebelum Indonesia merdeka, Nibras bisa dibilang sosok perempuan hebat yang haus akan ilmu pengetahuan. Ia memulai pendidikan dasarnya di Sekolah Rakyat (SR) tahun 1940 dan pada tahun 1943 ia juga belajar di Mesjes Vervolog Schole. Setelah tamat dari dua sekolah dasar tersebut, pada 1946 nibras melanjutkan pendidikannya ke Madrasah Aliyah setingkat SMA. Di sekolah inilah ia mulai memperdalam pendidikan agamanya yang menjadi bekal dalam perjalanan hidupnya. Selain melanjutkan pendidikannya di sekolah Aliyah, Nibras juga masuk ke Sekolah Menengah Islam (SMI).

18 Keteladanan...

Nibras OR Salim muda sudah merintis beberapa lembaga pendidikan Islam untuk anak-anak usia dini

Belum puas dengan ilmu yang ia peroleh di sekolah aliyah dan sekolah menengah Islam (SMI) tadi, ia kemudian masuk ke sekolah guru dan hakim agama (SGHA). Ia masuk ke lembaga pendidikan khusus keguruan dan kehakiman pada tahun 1955. Di sekolah SGHA jiwa mengajarnya mulai tumbuh dalam dirinya. Apalagi ketika ia menemukan para calon guru yang tidak menguasai dasar-dasar ilmu keislaman.

Di samping mengenyam pendidikan formal, Nibras juga aktif di beberapa pendidikan nonformal. Misalnya, ia aktif mengikuti berbagai pelatihan dan pendidikan

Keteladanan...

khususnya diklat yang berhubungan dengan pendidikan dan dakwah. Bahkan ia mengikuti pelatihan di Florida, Amerika Serikat. Di negeri paman syam itu, ia mengikuti pelatihan di Creative Pre School Tallahasse selama

23 hari, mulai dari 19 mei sampai 10 juni 1996. Imu yang diperoleh dari Florida ditambah pengalamannya sebagai pendidik menjadi bekal baginya dalam merintis lembaga pendidikan Islam di berbagai daerah yang ia singgahi, termasuk di kampung halamannya Sumatera Barat, saat bertugas mengajar di Jawa Tengah, dan di beberapa lembaga pendidikan Islam di Jakarta sampai masa tuanya.

Bukan PNS Biasa

Nibras sudah memulai karirnya sebagai guru sebelum ia mengikuti pelatihan di Florida, Amerika Serikat, tepatnya setelah ia memperoleh SK sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) dari Departemen Agama (Depag) pada tahun 1955. Sejak itu ia langsung bertugas menjadi guru di SMP Purworejo, Jawa Tengah. Pada tahun 1958 ia mengajar di SGTK semarng dan dalam kurun waktu 1959-1960 mengajar di SGA Semarng.

Setelah mengabdikan dirinya menjadi seorang pengajar di daerah Jawa Tengah selama 6 tahun kemudian Nibras OR Salim hijrah ke Jakarta. Di ibukota ia pertama kali mengajar di PGA Jakarta dan berturut- turut mengabdikan dirinya di SMA VI Jakarta, SKKA Jakarta, dan SMA 24 Jakarta .

Selain aktif mengajar di beberapa sekolah, ia juga bekerja di pemerintahan. Karir di pemerintahan ini ia

20 Keteladanan...

mulai dengan ia menjadi Kepala Seksi Pembinaan Da’i Kandepag Kota Jakarta pusat dari tahun 1979-1980, menjadi Kepala Seksi Lembaga Dakwah pada Direktorat Penerangan Agama RI tahun 1980-1984, menjabat sebagai Kepala Kantor BP4 pusat, dan terakhir ia menjabat sebagai Kepala Seksi Pembinaan Perkawinan pada Direktorat Urusan Agama Departemen Agama RI hingga 1987 sampai ia pensiun sebagai PNS.

Pengabdian dan kontribusi Nibras bukan hanya di pemerintah saja. Di luar tugas dinas, perempuan tangguh ini menunjukkan kepeduliannya terhadap dunia pendidikan. Sebelum akhirnya pindah ke ibu kota pada tahun 1956 ia mendirikan lembaga pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) Batik di Purworejo, Jawa Tengah. Lembaga ini merupakan warisan peninggalannya ketika masih menjadi tenaga pengajar di Jawa Tengah.

Ketika bertugas di Ibukota Jakarta, kontribusinya di dunia pendidikan semakin nyata. Misalnya, ketika di Jakarta Nibras mulai mendirikan dan memimpin lembaga pendidikan TK Islam di Yakpi di daerah Menteng Jakarta Pusat dari tahun 1964-1972, mendirikan TK Islam Cut Mutia tahun 1983, dan beliau menjadi Pembina TK dan SD Ar-rahman Yayasan Motik, Jakarta Selatan tahun 1984.

Sementara pada periode tahun 1990-an Nibras menjadi anggota Pengurus Litbang Agama dan Pembina Perguruan AL-Azhar Pondok Labu, Jakarta Selatan (TK/SD/SMP/SMU) Yayasan Anakku di bawah

Pimpinan Bapak Bustanul Arifin. Kemudian pada tahun 1996 bekerja sebagai konsultan dan kepala TK Al-Falah

Keteladanan...

Yayasan Al Falah yang dipimpin oleh Bapak Museno yang ketika itu menjabat sebagai Wagub bidang Kesra DKI Jakarta.

TK Al-Falah ini merupakan lembaga pendidikan Taman Kanak-kanak yang dipersiapkan sebagai sekolah unggulan bertaraf internasional dan berwawasan Islam. Di sini, peserta didik tidak hanya pintar secara intelektual saja tetapi lebih dari itu mereka cerdas secara sepiritual serta memiliki akhlak yang baik.

Siswa RA-TK di Madrasah Istiqlal belajar sambil bermain air

Pada tahun 1997 setelah belajar di FLorida Nibras OR Salim mendirikan Taman Kanak-Kanak (TK) Islam Rasuna Said di Sumatera Barat dengan sistem bermain sambil belajar integrasi pendidikan keimanan, ketakwaan dan akhlaqul karimah. Dan lembaga pendidikan islam ini menjadi percontohan di Sumatera

22 Keteladanan...

Barat. Tahun 1999 menjadi Pembina TK Islam Sabilina di Karanggan Permai Cibubur, Jakarta Timur-yang dipersiapkan sebagai TK Islam/RA Pembina.

Lembaga pendidikan terakhir yang ia rintis adalah Taman Kanak-Kanak (TK) Istiqlal – yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan Madrasah Istiqlal. Madrasah Istiqlal kini memiliki beberapa lembaga, mulai dari Kelompok Bermain (KB) dan Raudlatul Atfal (RA), Madrasah Ibtidaiyah (MI), dan Madrasah Aliyah (MA). Berkat perjuangan dan kegigihan Nibras OR Salim, kini Madrasah Istiqlal menjadi sekolah percontohan nasional dengan sistem bermain sambil belajar.

Aktif di Organisasi

Di luar aktivitasnya sebagai pendidik dan Pembina beberapa lembaga pendidikan Islam di tanah air, Nibras OR Salim juga merupakan sosok perempuan yang aktif dalam berbagai kegiatan organisasi kemasyarakatan. Keaktifannya dalam organisasi ini menunjukkan bahwa ia memiliki kepekaan sosial yang sangat tinggi.

Sejak masih di tanah kelahirannya, Nibras OR Salim sudah aktif di organisasi dengan menjadi sekretaris Pelajar Islam Indonesia (PII) Sumatera Tengah. Ketika mengajar di Jawa Tengah, ia juga menjabat sebagai Ketua Umum Gerakan Pemuda Islam Indonesia Puteri (GPII) kabupaten Purworejo dan pada tahun 1957 hingga 1960 beliau menjabat sebagai Ketua Umum Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII) wilayah Jawa Tengah.

Setelah berada di DKI Jakarta, Nibras tetap menunjukkan keaktifannya dalam berbagai organisasi.

Keteladanan...

Misalnya, tahun 1983 menjabat sebagai ketua Bina Mental KOWANI, tahun 1979 hingga 1990 ia menjadi Ketua Umum Badan Koordinasi Taman Kanak-Kanak Islam DKI Jaya, tahun 1990 sampai1995 menjadi Ketua umum Badan Pembina Taman Kanak-Kanak Islam Jabodetabek, menjadi Ketua V Pengurus Dewan Masjid Indonesia DKI Jakarta, tahun 1994 hingga 1997 menjadi Ketua Bidang Dakwah/Pendidikan Masjid Sunda Kelapa Jakart Pusat, dan pada periode tahun 2000-an beliau menjabat sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat Pembina Taman Kanak-Kanak Islam Indonesia.

Karya dan Penghargaan

Perjuangannya tanpa mengenal lelah mengantarkan Nibras OR Salim meraih beberapa prestasi dan penghargaan. Di bidang pendidikan, prestasi yang ia torehkan adalah menjadi penyusun kurikulum Raudlatul Athfal di Departemen Agama tahun 1980 dan menyusun kurikulum Program Kegiatan Belajar Taman Kanak-Kanak Islam/RA tahun 1995.

Prestasinya tidak hanya di bidang pendidikan saja. Ia juga merupakan perempuan yang sangat produktif menulis. Kegiatan menulis dijadikan sebagai wadah menuangkan gagasan atau pemikirannya dalam dunia pendidikan. Hampir semua buku yang ia tulis segmentasinya lebih kepada anak-anak dan ditulis dengan sangat praktis. Diantara buku yang ia tulis adalah Pendidikan Do’a untuk Balita, Pendidkan Puasa untuk Balita, Pendidikan Cinta Masjid untuk Balita, Panduan Mengenal Sifat-sifat Allah kepada Balita, Panduan Mengenal Kalimat Thoyyibah kepada Balita,

24 Keteladanan...

Panduan Mengenal Al-Quran kepada Balita, Buku Seri Peran Ayah untuk Balita, dan Pendidikan Agama untuk Anak Umur 0-6 Tahun.

Ia juga menulis beberapa lagu islami untuk balita sebanyak 50 lagu yang sudah dibukukan dan tersedia dalam bentuk kaset, menciptakan berbagai macam alat Peraga Pendidikan Keimanan dan Ketakwaan dalam bentuk mainan, slides, foto, puzzle yang juga dikhususkan untuk lembaga pendidikan Taman Kanak- Kanak (TK).

Prestasi lain yang ditorehkan beliau adalah menciptakan peragaan manasik haji untuk Murid Taman Kanak-Kanak yang disesuaikan dengan umur dan kemampuannya pada tahun 1976.

Suasana di KB-RA Madrasah Istiqlal. Ada beberapa sentra berlajar dan bermain. Kegiatan belajar tidak berada di ruang kelas tertutup

Nibras OR Salim selain berdakwah lewat tulisan juga berdakwah bil lisan dengan menjadi pembicara di berbagai workshop dan seminar nasional serta

Keteladanan...

sering diundang di stasiun televisi (TVRI) untuk menyampaikan gagasannya di bidang sosial dan pendidikan.

Di luar prestasi akademik, Nibras OR Salim sering memperoleh beberapa penghargaan bergengsi. Karena perjuangan dan kegigihannya dalam dunia pendidikan itulah Ibu Nibras menerima Piagam Penghargaan Tanda Kehormatan Satyalencana Karya Satya Tingkat

III dari Presiden Republik Indonesia, memperoleh penghargaan dari Internasional Management Indonesia sebagai Penerima Anugerah Tut Wuri Handayani tahun

1997, dan termasuk daftar profil 200 Tokoh, Aktivis, dan Pemuka Masyarakat Minang yang dibukukan pada

tahun 1995 dalam rangka memperingati 50 tahun kemerdekaan Indonesia.

Terakhir, ia memperoleh Apresiasi Sahabat Kartini sebagai salah seorang perempuan hebat. Ia tidak hanya dicatat sebagai “Pencetus TK Islam”, tetapi juga praktisi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang penuh kreasi. Ia telah mengabdikan seluruh hidupnya dalam memperjuangkan hak-hak pendidikan anak.

Keteladanan

Saat memimpin Madrasah Istiqlal, Hj Nibras OR Salim menekankan kepada para guru bahwa pendidikan adalah sebuah sistem yang harus terintegrasi antara aspek yang satu dengan aspek yang lain. Nilai-nilai kehidupan beragama yang meliputi kecerdasan spiritual dan emosional yang berintikan pada rukun Iman, rukun Islam dan Ihsan merupakan aspek pokok

26 Keteladanan...

yang harus selalu terintegrasi dalam setiap kegiatan belajar-mengajar.

Ditekankan bahwa anak didik tidak hanya hanya diarahkan untuk pandai dari segi intelektual. Anak didik diarahkan pada tujuan akhir pendidikan yaitu siap menghadap Allah SWT, inna lillahi wa inna ilahi roji’un yang merupakan tujuan hidup yang hakiki dari setiap manusia beragama.

Direktur Madrasah Istiqlal, H Sodikin, juga tidak melupakan satu pesan penting Hj Nibras. Bahwa pendidikan adalah perjuangan dan ibadah yang harus disertai dengan keikhlasan. Ia menanamkan kesederhanaan. Para pendidik tidak boleh mengejar materi. “Kalau ingin uang jangan ke Madrasah Istiqlal, ke (pasar) Tanah Abang saja,” pesan Hj. Nibras.

Dalam memimpin dan mengelola lembaga pendidikan, ia disegani dan dihormati oleh semua bawahannya. Semua yang terlibat dianggap penting. Semua menjalankan tugas masing-masing.

Ia juga tidak segan-segan turun langsung untuk membenahi hal-hal yang tidak beres. Ia pernah memarahi petugas kebersihan di Madrasah Istiqlal karena kamar kecil kurang bersih. Ia singsingkan lengan baju, mengambil sikat, lalu memanggil petugas kebersihan. “Pak Amin kalau bersihin WC itu begini loh,” kata Hj Nibras.

Dalam mengambil satu keputusan atau kebijakan, Hj Nibras menginginkan semua yang terlibat untuk berpartisipasi aktif. Ia sangat demokratis. Ia menampung ide dan mempersilahkan semua pengelola

Keteladanan...

madrasah menyampaikan usulan. Ini juga merupakan cara untuk mendidik para kadernya agar berfikir, agar ide-ide kretatif tidak tersumbat.

Hampir di setiap kegiatan di luar madrasah, misalnya ketika berbicara di forum seminar, ia mengajak seorang guru. Maksudnya agar para guru terbuka wawasannya, tidak hanya monoton di dalam madrasah. Beberapa kesempatan berbicara di forum diberikan kepada guru lain dan Hj Nibras sendiri hanya diam mengamati. Kepala Madrasah KB dan RA Istiqlal Nita Rosdewita juga mempunyai pengalaman seperti itu. Ia disilakan bicara di depan forum. Setelah selesai bicara di luar forum, Hj Nibras baru memberikan catatan bahwa yang disampaikannya barusan kurang begini dan begitu.

Terakhir, jika madrasah memperoleh prestasi, maka ia tegaskan di hadapan semua guru dan pengelola madrasah bahwa prestasi yang didapat bukan milik satu dua orang, tapi milik semua orang. Beginilah antara lain cara Hj. Nibras OR Salim menanamkan kebersamaan.(*)

28 Keteladanan...

No’man Afandi, S.Pd; Mantan Kepala MTs Bustanul Ulum

Antarkan Siswa Madrasah Swasta ke Pentas Internasional

M Madura. Orang menganggapnya ‘buangan’, karena

ulanya hanya siswa-siswi ‘buangan’ yang belajar ke MTs Bustanul Ulum, Desa Tagengser Laok, Kecamatan Waru, Kabupaten Pamekasan,

mereka baru mau masuk ke MTs ini setelah gagal diterima di lembaga atau sekolah unggulan. Namun akhirnya, banyak yang berdecak kagum. Belakangan MTs swasta ini mengharumkan nama madrasah dan nama Indonesia dalam kancah dunia.

*** Berkiprah kali pertama di ajang kompetisi Matematika

Internasional 2011 di Lucknow, India. Ketika berangkat ke Lauknow, para siswa berpakaian seadanya. Mereka hanya membawa satu seragam lama yang sudah dipakai

Keteladanan...

selama dua tahun di sekolah. Penerbangan menjalani transit tiga kali. Siswa-siswi yang ikut olimpiade tidak biasa terbang. Mereka langsung terkapar. Namun tak disangka, mereka pulang membawa medali. Nabawiyah, pulang membawa medali perunggu. Dua bulan kemudian, dua medali perunggu dan juara 1 grup (medali emas) diraih di Beijing, China oleh siswa lainnya yang mengenyam pendidikan madrasah di pelosok desa itu.

Berbagai prestasi dari sederetan keberhasilan akademik telah diraih MTs Bustahul Ulum dari tahun ke tahun. Kini, puluhan prestasi terus direngkuh, mulai dari kompetisi tingkat lokal, regional, nasional, hingga internasional.

No’man Afandi, Sang Kepala Sekolah waktu itu, mempunyai peran yang sangat besar hingga nama MTs Bustanul Ulum melejit dan tenar di belantara dunia.

“Sebuah kepuasan luar biasa ketika bisa berbuat banyak untuk madrasah,” kata No’man sumringah.

Latar Belakang Pendidikan dan Keluarga

No’man Afandi adalah anak bungsu dari 12 bersaudara. Ia kelahiran Pamekasan, 5 September 1971. Hobinya main futsal dan silaturrahim. Kedua orangtuanya petani dan tergolong menengah ke bawah. Ayahnya meninggal dunia waktu ia masih SD. Beberapa tahun kemudian, ibunya menyusul sang ayah.

Lulus dari SMAN 1 Pamekasan, ia melanjutkan studi ke IKIP PGRI Jember jurusan Biologi Sains pada

30 Keteladanan...

1995. Biaya kuliah, sebagian atas sumbangan saudara- saudaranya. Selama kuliah di Jember, No’man sembari bekerja di toko peracangan sampai lulus. Selama bekerja di toko itu, dia hanya dibayar makan dan asrama gratis.

“Untuk bayar SPP, juga dibantu sekadarnya oleh tuan toko; saya bekerja sampai jam 9 malam, belajarnya di sela-sela pekerjaan. Alhamdulillah 3 tahun 6 bulan lulus. Dari 12 saudara, hanya saya yang PNS dan bisa berkiprah di dunia pendidikan. Saudara saya yang lain adalah petani. Tapi saya bangga dan berhutang budi pada mereka,” terang suami Dewi Kartini itu.

Semester empat saat menempuh pendidikan S1, No’man mendapat “Beasiswa Supersemar” karena IP- nya lebih dari 3,5. Syarat mendapat Supersemar kala itu harus minimal IP 3,5. Sebelum mendapat beasiswa, pendidikannya nyaris putus. Sebab, ia sering nunggak bayar SPP. Untungnya, seorang dosennya bernama Bu Unik membantu administrasi hingga ia berhasil memperoleh beasiswa.

“Oleh saudara, saya perdua bulan hanya dikirim Rp 60 ribu. Kadang kirimannya lebih dari dua bulan. Alhamdulilah semester 4 dapat beasiswa hingga selesai kuliah. Kebetulan semester 5 saya menjadi asisten Bu Unik,” urainya.

Di IKIP Jember, No’man menjadi wisudawan terbaik. Tapi, ia tidak merasakan bagaimana diwisuda. Sebab, tidak mampu membayar biaya wisuda yang mahal karena tempatnya di hotel mewah.

“Waktu dipanggil wisuda terbaik, saya tidak ada. Banyak yang bertanya-tanya. Atas bantuan Bu Unik,

Keteladanan...

saya bisa membawa ijazah sekalipun tidak diwisuda,” kenangnya.

Sekarang No’man melanjutkan studi magister di Unsuri Surabaya dan sudah dalam proses menyelesaikan tesis. Kuliahnya di hari Ahad, tapi pembelajaranya penuh sehari. Objek penelitian tesisnya mengambil lokasi di Bustanul Ulum dengan tema Kepala Sekolah sebagai Administrator dan Manajer di Sebuah Lembaga Pendidikan.