Tahap pelaksanaan Langkah-Langkah Pembelajaran Tematik

24 menyeluruh tentang proses dan hasil dari pertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik. Pencapaian tersebut berkaitan dengan proses maupun hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan. Mamat S.B, dkk 2005: 46 menyatakan bahwa penilaian dalam pembelajaran tematik dilakukan pada dua hal, yaitu 1 penilaian terhadap proses kegiatan, dan 2 penilaian hasil kegiatan. Berdasarkan pendapat di atas, maka alat penilaian dapat berupa tes dan nontes. Hal ini mencakup penilaian tertulis, lisan, perbuatan, pengukuran sikap, catatan harian perkembangan siswa dan portofolio. Dalam kegiatan pembelajaran di kelas awalrendah, penilaian yang lebih banyak digunakan adalah melalui pemberian tugas dan portofolio. Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak lanjut berupa perbaikan proses pembelajaran berikutnya.

B. Karakteristik Siswa SD Kelas Rendah

Usia siswa SD kelas rendah berkisar antara 6 atau 7 tahun sampai 8 atau 9 tahun. Siswa yang berada pada usia kelompok ini termasuk dalam rentangan anak usia dini. Masa usia dini ini merupakan masa yang pendek tetapi sangat penting bagai kehidupan seseorang. Pertumbuhan fisik sebagai salah satu karakteristik perkembangan siswa kelas rendah biasanya telah mencapai kematangan. Anak telah mampu mengontrol tubuh dan keseimbangannya. Untuk perkembangan emosi, anak usia 6-8 tahun biasanya telah dapat mengekspresikan reaksi terhadap orang lain, mengontrol emosi, mau dan mampu berpisah dengan orang tua, serta mulai belajar tentang benar dan salah. 25 Sementara itu, perkembangan kecerdasan siswa kelas rendah dapat ditunjukkan dengan kemampuannya dalam melakukan seriasi, mengelompokkan objek, berminat terhadap angka dan tulisan. Selain itu juga meningkatnya perbendaharaan kata, senang berbicara, memahami sebab akibat dan berkembangnya pemahaman terhadap ruang dan waktu. Sejalan dengan hal di atas J.W.Santrock 2007: 246 menyatakan bahwa anak yang berada pada usia 7-11 tahun berada pada tahap operasional konkret, anak mampu berpikir logis mengenai kejadian-kejadian konkret, memahami konsep percakapan, mengorganisasikan objek menjadi kelas-kelas hierarki klasifikasi dan menempatkan objek dalam urutan yang teratur serialisasi. Sementara itu, kecenderungan karakteristik belajar anak usia sekolah dasar menurut Sekar P.K 2010: 3 memiliki tiga ciri, yaitu 1 konkret, 2 integratif, 3 hierarkis. Penjelasan mengenai ketiga ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut. 1. Konkret Proses belajar beranjak dari hal-hal konkret, yakni yang dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba dan diotak-atik dengan titik penekanan pada pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar. 2. Integratif Pada tahap usia sekolah dasar, anak memandang sesuatu yang dipelajari sebagai suatu keutuhan. Mereka belum mampu memilah-milah konsep dari berbagai disiplin ilmu. 3. Hierarkis 26 Cara anak belajar berkembang secara bertahap mulai dari hal-hal yang sederhana ke hal-hal yang lebih kompleks. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan intelektual pada masa ini sudah cukup untuk menjadi dasar diberikannya berbagai kecakapan yang dapat mengembangkan pola pikir atau daya nalarnya. Anak sudah dapat diberikan tentang dasar-dasar keilmuan seperti membaca, menulis dan berhitung. Begitu juga pengetahuan tentang manusia, hewan, lingkungan alam sekitar dan lain sebagainya. Sehingga anak dapat mengungkapkan pendapat, gagasan atau penilaiannya terhadap berbagai hal, baik yang dialaminya maupun peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitarnya. Oleh karena itu, pada masa ini seluruh potensi yang dimiliki anak perlu didorong sehingga akan berkembang secara optimal.

C. Kajian Hambatan Pelaksanaan Pembelajaran Tematik

Dalam KBBI 2005: 385 dinyatakan bahwa hambatan adalah suatu rintangan, hadangan atau sesuatu yang mengganggu kelancaran. Hambatan pembelajaran adalah suatu hal yang mengganggu kelancaran proses terjadinya pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan hal yang kompleks. Sehingga dalam aktivitas proses pembelajaran, guru adalah pendidik yang membelajarkan siswa dan siswa menentukan sendiri akan terjadi atau tidaknya proses belajar. Karena belajar adalah aktivitas individu siswa, maka pengondisian belajar dari lingkungan sekitar sangat mempengaruhi. Proses pembelajaran tidak selamanya berjalan lancar sesuai yang diharapkan oleh guru. Ada kalanya terjadi masalah yang membuat pembelajaran terhambat.