Dewan Komisaris Independen Corporate Governance
17 non-executive director komisaris independen dapat bertindak sebagai
penengah dalam perselisihan yang terjadi diantara para manajer internal dan mengawasi kebijakan manajemen serta memberikan nasehat kepada
manajemen. Komisaris independen merupakan posisi terbaik untuk melaksanakan fungsi monitoring agar tercipta perusahaan yang good
corporate governance. Dewan ada dua jenis sistem, yaitu sistem dewan unitary dan sistem
dewan two-tier. Dewan unitary terdiri dari baik itu direktur eksekutif dari dalam perusahaan atau insider maupun direktur non-eksekutif dari luar
perusahaan atau outsider, dan membuat keputusan sebagai kelompok yang satu. Sedangkan di Indonesia mengikuti sistem dewan two-tier, yaitu
memiliki dua dewan yang terpisah, dewan manajemen dan dewan pengawas. Dewan manajemen hanya mencakup eksekutif, dan berfokus
pada masalah operasional dan dikepalai oleh chief executive. Dewan pengawas membuat keputusan strategis dan mengawasi dewan
manajemen. Komisaris perusahaan menjabat dalam dewan pengawas sebagai non-eksekutif. Dewan pengawas terdiri hanya dari direktur non-
eksekutif Solomon, 2007. Di Indonesia, dewan manajemen disebut sebagai dewan direksi,
dikepalai oleh direktur utama, dan dewan pengawas disebut sebagai dewan komisaris. Dewan komisaris sering dipakai untuk mewakili kepentingan
dari berbagai kelompok stakeholder. Sistem dewan two-tier dipandang lebih baik untuk stakeholder daripada sistem unitary Solomon, 2007.
18 Peran individu cukup signifikan sebagai pengambil keputusan dalam
perusahaan. Peran dewan non-eksekutif yaitu: memberi saran dan arah kepada manajemen perusahaan dalam mengembangkan dan mengevaluasi
strateginya; mengawasi manajemen perusahaan dalam menjalankan strategi dan kinerjanya; mengawasi kinerja legal dan etis perusahaan;
mengawasi kejujuran dan kecukupan informasi keuangan perusahaan dan informasi lainnya yang disediakan untuk investor dan stakeholder lainnya;
bertanggung jawab untuk menetapkan, mengevaluasi, dan jika dibutuhkan memindahkan manajer senior; merencanakan pergantian posisi manajemen
puncak. Solomon 2007 mengungkapkan bahwa dewan non-eksekutif harus independen dalam manajemen dan bebas dari hubungan apapun
yang dapat mempengaruhi independensi mereka kecuali gaji dan kepemilikan saham perusahaan.
Muntoro 2007 menyatakan bahwa dewan komisaris memiliki peran yang penting dalam tata kelola perusahaa yang baik, dan bahwa tugas
utama dewan komisaris adalah mengawasi kebijakan dan pelaksanaan kebijakan tersebut oleh direksi dalam menjalankan perusahaan dan
memberi nasehat pada direksi. Tugas komisaris dilakukan melalui komite- komite seperti komite audit, komite remunerasi, dan komite lain. Semakin
banyak komite yang ada dalam struktur tata kelola perusahaan, maka semakin banyak anggota komisaris yang dibutuhkan untuk mengisi
keanggotaan komite-komite tersebut.
19 Komisaris independen didefinisikan sebagai anggota komisaris yang
berasal dari luar perusahaan, tidak mempunyai saham baik langsung maupun tidak langsung pada perusahaan, tidak mempunyai hubungan
afiliasi dengan perusahaan, komisaris, direksi, atau pemegang saham utama perusahaan, dan tidak memiliki hubungan usaha baik langsung
maupun tidak langsung yang berkaitan dengan kegiatan usaha perusahaan BAPEPAM, 2004. Undang-
Undang No. 402007 tentang “Perseroan Terbatas” menyebutkan bahwa komisaris independen diangkat
berdasarkan keputusan RUPS dari pihak yang tidak terafiliasi dengan pemegang saham utama, anggota direksi danatau anggota dewan
komisaris lainnya. Dalam proporsinya, jumlah komisaris independen harus sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki oleh bukan pemegang
saham pengendali. Proporsi dewan komisaris harus sedemikian rupa sehingga
memungkinkan pengambilan keputusan yang efektif, tepat, dan cepat, serta dapat bertindak secara independen. Menurut pencatatan Peraturan
Nomor tentang Ketentuan Umum Pencatatan Efek bersifat Ekuitas di Bursa yaitu jumlah komisaris minimum 30.
Dalam pola pengelenggaraan perusahaan yang baik. Perusahaan tercatat
wajib memiliki
komisaris independen
yang jumlah
proporsionalnya sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki oleh bukan pemegang saham pengendali dengan ketentuan jumlah komisaris
20 independen sekurang-kurangnya 30 dari jumlah seluruh anggota
komisaris Darmawati, 2004. Komite Nasional Kebijakan Governance 2006 menetapkan
beberapa kriteria untuk menjadi komisaris independen pada perusahaan, yaitu sebagai berikut:
a. Tidak memiliki hubungan afiliasi dengan pemegang saham pengendali perusahaan yang bersangkutan.
b. Tidak memiliki hubungan afiliasi dengan direktur danatau komisaris lainnya pada perusahaan yang bersangkutan.
c. Tidak bekerja rangkap sebagai direktur di perusahaan lainnya yang terafiliasi dengan perusahaan yang bersangkutan.
d. Tidak menduduki jabatan eksekutif atau mempunyai hubungan bisnis dengan perusahaan yang bersangkutan dan perusahaan-perusahaan
lainnya yang terafiliasi dalam jangka waktu 3 tahun terakhir. e. Tidak menjadi partner atau principal di perusahaan konsultan yang
memberikan jasa pelayanan profesional pada perusahaan dan perusahaan-perusahaan lainnya yang terafiliasi.
f. Bebas dari segala kepentingan dan kegiatan bisnis atau hubungan yang lain yang dapat diinterprestasikan akan menghalangi atau mengurangi
kemampuan komisaris independen untuk bertindak dan berpikir independen demi kepentingan perusahaan.
g. Memahami peraturan perudang-undangan PT, UU Pasar Modal, dan UU serta peraturan lain yang terkait.
21 Komposisi dewan komisaris independen KDKI yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah proporsi Komisaris Independen dalam suatu Dewan Komisaris perusahaan. Independensi Dewan Komisaris diukur
dengan Bakhri, 2008:
KDKI = Jumlah anggota komisaris independen Total anggota dewan komisaris