Hasil Uji Signifikansi Parsial Uji t

71 1 Menguji Signifikansi Variabel Kepemilikan Institusional X 1 Terlihat bahwa t hitung koefisien kepemilikan institusional adalah 1,231, Sedang t tabel bisa dihitung pada tabel t-test, dengan α=0,05, karena digunakan hipotesis dua arah, ketika mencari t tabel , nilai α dibagi 2 menjadi 0,025 dan df=98 didapat dari rumus n-2, dimana n adalah jumlah data, 100-2=98. Didapat t tabel adalah 1,98. Variabel kepemilikan institusional memiliki nilai p-value 0,221 0,05 artinya tidak signifikan, sedangkan t hitung t tabel , 1,231 1,98, maka H a ditolak dan H o diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa koefisien kepemilikan institusional secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Annisa dan Kurniasih 2012, menyatakan bahwa Tax avoidance dapat mengurangi transparansi perusahaan dan menyebabkan information asymmetry dan menciptakan moral hazard. Untuk itulah perlunya diterapkan coorporate governance di perusahaan. Salah satu bentuk coorporate governance adalah kepemilikan institusional. Dengan adnaya kepemilikan institusional maka terdapat kontrol yang lebih baik. Kepemilikan institusional berperan penting dalam mengawasi kinerja manajemen yang lebih optimal. 72 Dengan tingginya tingkat kepemilikan institusional, maka semakin besar tingkat pengawasan kepada manajerial, sehingga dapat mengurangi konflik kepentingan antara manajemen dan debt holders. Investor institusional dapat mengurangi biaya hutang dengan mengurangi masalah keagenan, sehingga mengurangi peluang terjadi penghindaran pajak. Tujuan dari tax avoidance adalah untuk meningkatkan laba perusahaan, sehingga meningkatkan kinerja perusahaan. Salah satu indikator dari meningkatnya kinerja perusahaan adalah dengan meningkatnya laba. Kepemilikan institusional menginginkan terjadi peningkatan kinerja perusahaan, sehingga kepemilikan institusional dapat memperkuat hubungan negatif antara tax avoidance. 2 Menguji Signifikansi Dewan Komisaris IndependenX 2 Terlihat bahwa t hitung koefisien dewan komisaris independen adalah 1,288, Sedang t tabel bisa dihitung pada tabel t- test , dengan α=0,05, karena digunakan hipotesis dua arah, ketika mencari t tabel , nilai α dibagi 2 menjadi 0,025 dan df=98 didapat dari rumus n-2, dimana n adalah jumlah data, 100-2=98. Didapat t tabel adalah1,98. Variabel dewan komisaris independen memiliki nilai p- value 0,201 0,05 artinya tidak signifikan, sedangkan t hitung t tabel , 1,288 1,98, maka H a ditolak dan H o diterima, sehingga 73 dapat disimpulkan bahwa koefisien dewan komisaris independen secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Fadhilah 2014, menyatakan bahwa terdapat beberapa hal yang diduga menjadi alasan mengapa besarnya proporsi dewan komisaris independen tidak berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance. Pertama, tidak semua anggota dewan komisaris independen dapat menunjukkan independensinya sehingga fungsi pengawasan tidak berjalan dengan baik dan berdampak pada kurangnya pengawasan terhadap manajemen dalam melakukan tax avoidance. Kedua, kemampuan komisaris independen dalam rangka memantau proses keterbukaan dan penyediaan informasi akan terbatas apabila pihak-pihak terafiliasi yang ada di perusahaan lebih mendominasi dan dapat mengendalikan dewan komisaris independen kurang tanggap dalam memperhatikan ada atau tidaknya tindakan tax avoidance atau pajak agresif dalam perusahaan sehingga melalaikan kewajibannya kepada negara terutama pajak. 3 Menguji Signifikansi Variabel Kepemilikan Manajerial X 3 Terlihat bahwa t hitung koefisien kepemilikan manajerial adalah 1,619, Sedang t tabel bisa dihitung pada tabel t-test, dengan 74 α=0,05, karena digunakan hipotesis dua arah, ketika mencari t tabel , nilai α dibagi 2 menjadi 0,025 dan df=98 didapat dari rumus n-2, dimana n adalah jumlah data, 100-2=98. Didapat t tabel adalah1,98. Variabel kepemilikan manajerial memiliki nilai p-value 0,109 0,05 artinya tidak signifikan, sedangkan t hitung t tabel , 1,619 1,98, maka H a ditolak dan H o diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa koefisien kepemilikan manajerial secara parsial berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Timothy 2010, Pemegang saham terbesar merepresentasikan kelompok yang memegang kekuatan dalam voting di dalam Rapat Umum Pemegang Saham RUPS, dan memiliki perusahaan, namun tidak mengelola perusahaan. Semakin tinggi persentase pemegang saham terbesar menunjukkan bahwa pemegang saham memiliki pengaruh yang lebih besar untuk menentukan kebijakan perusahaan dan dapat memastikan kebijakan tersebut dapat menguntungkan mereka. Semakin besar proporsi kepemilikan oleh manajerial, dikatakan bahwa konsentrasi kepemilikan perusahaan tersebut kuat. Konsentrasi kepemilikan yang kuat menandakan semakin baiknya tata kelola perusahaan, sebab semakin besarnya kekuatan pemilik untuk mengontrol manajer dalam pembuatan 75 keputusan. Pemegang saham terbesar dapat digunakan secara optimal sebagai salah satu mekanisme pengonrol masalah agensi, dan meningkatkan kinerja perusahaan Timothy, 2010. Semakin besar proporsi kepemilikan oleh manajerial, dikatakan bahwa konsentrasi kepemilikan perusahaan tersebut lemah, dan tata kelola lebih baik. Karena dengan banyak insentif, mereka menjadi memperhatikan kebijakan strategis perusahaan dan termotivasi mengontrol pekerjaannya. Perusahaan dengan struktur kepemilikan yang tidak terlalu tersebar tidak memiliki masalah dalam profitabilitasnya. Motivasi para manajerial dalam mendapatkan laba yang sebesar- besarnya, menjadikan strategi pajak yang diambil agresif. Maka dengan semakin besar kepemilikan manajerial dalam perusahaan, penghindaran pajak perusahaan akan semakin rendah Timothy, 2010. Hal ini tidak lain karena manajer yang juga memiliki kepemilikan saham cenderung mempertimbangkan kelangsungan usahanya sehingga tidak akan menghendaki usahanya diperiksa terkait permasalahan perpajakan sehingga tidak akan agresif dalam kebijakan perpajakannya Hartadinata, 2013. 4 Menguji Signifikansi Variabel Komite Audit X 4 Terlihat bahwa t hitung koefisien komite audit adalah 5,356, Sedang t tabel bisa dihitung pada tabel t-test , dengan α=0,05, 76 karena digunakan hipotesis dua arah, ketika mencari t tabel , nilai α dibagi 2 menjadi 0,025 dan df=98 didapat dari rumus n-2, dimana n adalah jumlah data, 100-2=98. Didapat t tabel adalah1,98. Variabel komite audit memiliki nilai p-value 0,0230,05 artinya signifikan, sedangkan t hitung t tabel , 5,356 1,98, maka H a diterima dan H o ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa koefisien komite auditsecara parsial berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Fadhilah 2014, hasil olah data statistik menunjukkan bahwa komite audit berpengaruh positif terhadap tax avoidance perusahaan. Beberapa alasan komite audit perusahaan berpengaruh positif terhadap tax avoidance yaitu: pertama, jika semakin sedikit komite audit yang dimiliki oleh perusahaan maka pengendalian kebijakan keuangan yang dilakukan oleh komite audit sangat minim sehingga akan meningkatkan tindakan manajemen dalam melakukan pajak agresif, begitu juga apabila semakin banyak jumlah komite audit dalam perusahaan maka pengendalian kebijakan keuanganpun akan sangat ketat sehingga akan mengurangi tindakan manajemen dalam tax avoidance. Kedua, kredibilitas perusahaan yang memiliki komite audit yang sedikit atau kurang 77 dari yang ditetapkan BEI akan mempengaruhi integritas dan kredibilitas keuangan perusahaan bisa saja pajak agresif atau tax avoidance dapat dilakukan dengan mudah oleh perusahaan.

b. Hasil Pengujian Uji F

Uji F digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen yang terdiri dari kepemilikan institusional, dewan komisaris independen, kepemilikan manajerial, dan komite audit secara simultan atau serentak. Tabel 4.14 Hasil Pengujian Uji F ANOVA b Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig. 1 Regression 2.551 4 15.638 6.258 .000 a Residual 47.409 95 2.499 Total 49.960 99 a. Predictors: Constant, Komite Audit, Dewan Komisaris Independen, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional b. Dependent Variable: Tax Avoidance Sumber: data diolah Hasil pengujian ANOVA dengan menggunakan uji F dapat dilihat nilai F hitung sebesar 6,258 dengan signifikan 0,000. Dengan mencari pada tabel F, diperoleh nilai F tabel 2,76. Dengan kondisi dimana F hitung lebih besar daripada F tabel dan nilai signifikan lebih kecil dari alpha 0,05, maka dapat diambil kesimpulan adalah H o ditolak dan H a diterima yang berarti variabel-variabel independen kepemilikan institusional, dewan komisaris independen, kepemilikan manajerial, dan komite audit berpengaruh signifikan secara simultan terhadap tax avoidance. 78 Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh Fadhillah 2014, Annisa dan Kurniasih 2012, yang menyatakan bahwa kepemilikan insititusional merupakan proporsi kepemilikan saham oleh institusi diluar kepemilikan saham dewan komisaris perusahaan, dimana pemilik institusional ikut serta dalam pengawasan dan pengelolaan perusahaan namun demikian bisa saja pemilik institusional mempercayakan pengawasan dan pengelolaan perusahaan kepada dewan komisaris karena itu merupakan tugas mereka sehingga ada atautidaknya kepemilikan institusional tetap saja tax avoidance terjadi. Kemudian dengan adanya manipulasi dalam menyajikan laporan keuangan yang mungkin dilakukan manajemen tidak dapat dikendalikan oleh jumlah anggota dewan komisaris independen yang semakin besar. Hal ini memberikan kesempatan bagi manajer untuk melakukan aktivitas manipulasi laba dan nantinya akan menguntungkan perusahaan dalam hal perpajakan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin sedikit komite audit yang dimiliki oleh perusahaan maka pengendalian kebijakan keuangan yang dilakukan oleh komite audit sangat minim sehingga akan meningkatkan tindakan manajemen dalam melakukan pajak agresif, begitu juga apabila semakin banyak jumlah komite audit dalam perusahaan maka pengendalian kebijakan keuanganpun akan sangat ketat sehingga akan mengurangi tindakan manajemen dalam tax avoidance. Kedua, kredibilitas perusahaan yang memiliki komite audit yang sedikit atau

Dokumen yang terkait

Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan dengan Good Corporate Governance Sebagai Variabel Moderasi : Studi Empiris pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI Tahun 2011-2013

0 78 98

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP EARNING MANAGEMENT DI INDUSTRI PERBANKAN INDONESIA (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BEI)

0 8 17

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP TAX AVOIDANCE PADA PERUSAHAAN MULTINASIONAL YANG TERDAFTAR DI BEI

2 68 20

Analisis pengaruh mekanisme corporate governance terhadap manajemen laba (studi empiris perusahaan sektor perbankan yang terdaftar di BEI)

2 33 138

PENGARUH MEKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PERBANKAN (Studi pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI Periode 2009 2010

1 10 165

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP NILAI PERUSAHAAN Pengaruh Corporate Governance Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI tahun 2009-2012).

0 1 14

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP EARNINGS MANAGEMENT (Studi Empiris pada Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Earnings Management (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI Periode 2009-2011).

0 1 16

Pengaruh Corporate Governance Terhadap Tax Avoidance (Studi Kasus pada Sektor Properti yang Terdaftar di Bei Periode Tahun 2013-2015).

1 7 26

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2010-2013.

0 0 15

ANALISIS PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA KEUANGAN SEKTOR PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2012-2016

0 0 16