Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Tax Avoidance
36 ikut menanggung kerugian sebagai konsekuensi dari pengambilan
keputusan yang salah Jao : 2011. Semakin besar proporsi kepemilikan oleh manajerial, dikatakan
bahwa konsentrasi kepemilikan perusahaan tersebut kuat. Konsentrasi kepemilikan yang kuat menandakan semakin baiknya tata kelola
perusahaan, sebab semakin besarnya kekuatan pemilik untuk mengontrol manajer dalam pembuatan keputusan. Pemegang saham terbesar dapat
digunakan secara optimal sebagai salah satu mekanisme pengonrol masalah agensi, dan meningkatkan kinerja perusahaan Timothy, 2010.
Semakin besar proporsi kepemilikan oleh manajerial, dikatakan bahwa konsentrasi kepemilikan perusahaan tersebut lemah, dan tata kelola
lebih baik. Karena dengan banyak insentif, mereka menjadi memperhatikan kebijakan strategis perusahaan dan termotivasi mengontrol
pekerjaannya. Perusahaan dengan struktur kepemilikan yang tidak terlalu tersebar tidak memiliki masalah dalam profitabilitasnya. Motivasi para
manajerial dalam mendapatkan laba yang sebesar-besarnya, menjadikan strategi pajak yang diambil agresif. Maka dengan semakin besar
kepemilikan manajerial dalam perusahaan, penghindaran pajak perusahaan akan semakin rendah Timothy, 2010. Peningkatan kepemilikan
manajerial digunakan sebagai cara untuk mengurangi konflik keagenan Jensen et al., 1992. Perusahaan meningkatkan kepemilikan manajerial
untuk mensejajarkan kedudukan manajer dengan pemegang saham sehingga bertindak sesuai dengan keinginan pemegang saham.
37 Peningkatan
persentase kepemilikan
tersebut membuat
manajer termotivasi untuk meningkatkan kinerja dan bertanggung jawab
meningkatkan kemakmuran pemegang saham. Sebaliknya, apabila persentase kepemilikan manajerial kecil maka manajer hanya terfokus
pada pengembangan kapasitas atau ukuran perusahaan. Hal ini tidak lain karena manajer yang juga memiliki kepemilikan saham cenderung
mempertimbangkan kelangsungan usahanya sehingga tidak akan menghendaki usahanya diperiksa terkait permasalahan perpajakan
sehingga tidak akan agresif dalam kebijakan perpajakannya Hartadinata, 2013.
Berdasarkan uraian di atas, hipotesis yang dapat dikembangkan adalah:
H
3
: Kepemilikan
manajerial berpengaruh
negatif terhadap
penghindaran pajak. 4. Pengaruh Komite Audit terhadap
Tax Avoidance
Menurut Fadhilah 2014 dalam penelitiannya menemukan bahwa komite audit berpengaruh positif terhadap tax avoidance perusahaan. Hal
ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Sriwedari 2009 yang menyatakan bahwa keberadaan komite audit yang fungsinya untuk
meningkatkan integritas yang kredibilitas pelaporan keuangan agar dapat berjalan dengan baik.
Beberapa alasan komite audit perusahaan berpengaruh positif terhadap tax avoidance yaitu: pertama, jika semakin sedikit komite audit
38 yang dimiliki oleh perusahaan maka pengendalian kebijakan keuangan
yang dilakukan oleh komite audit sangat minim sehingga akan meningkatkan tindakan manajemen dalam melakukan pajak agresif, begitu
juga apabila semakin banyak jumlah komite audit dalam perusahaan maka pengendalian kebijakan keuanganpun akan sangat ketat sehingga akan
mengurangi tindakan manajemen dalam tax avoidance. Kedua, kredibilitas perusahaan yang memiliki komite audit yang sedikit atau kurang dari yang
ditetapkan BEI akan mempengaruhi integritas dan kredibilitas keuangan perusahaan bisa saja pajak agresif atau tax avoidance dapat dilakukan
dengan mudah oleh perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa komite audit
memiliki pengaruh terhadap penghindaran pajak, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:
H
4
: Komite audit berpengaruh positif terhadap penghindaran pajak. 5. Pengaruh Kepemilikan Institusional, Dewan Komisaris Independen,
Kepemilikan Manajerial, dan Komite Audit terhadap Tax Avoidance
Menurut Fadhillah 2014, Annisa dan Kurniasih 2012, dan Antonia 2008, menyatakan bahwa secara keseluruhan corporate
governance berpengaruh pada penghindaran pajak.
Pemilik institusional yang peduli dengan citra perusahaan itu bisa memaksimalkan kesejahteraan
mereka walaupun adanya perilaku manajer dalam hal mengambil suatu keputusan terutama dalam hal pajak yaitu tindakan tax avoidance.
Proporsi dewan komisaris independen tidak signifikan mempengaruhi manajemen
39 laba, sehingga adanya manipulasi dalam menyajikan laporan keuangan
yang mungkin dilakukan manajemen tidak dapat dikendalikan oleh jumlah anggota dewan komisaris independen yang semakin besar.
Perusahaan dengan struktur kepemilikan yang tidak terlalu tersebar tidak memiliki masalah dalam profitabilitasnya. Motivasi para manajerial
dalam mendapatkan laba yang sebesar-besarnya, menjadikan strategi pajak yang diambil agresif. Maka dengan semakin besar kepemilikan manajerial
dalam perusahaan, penghindaran pajak perusahaan akan semakin rendah. Dan perusahaan yang memiliki komite audit yang sedikit atau kurang dari
yang ditetapkan BEI akan mempengaruhi integritas dan kredibilitas keuangan perusahaan bisa saja pajak agresif atau tax avoidance dapat
dilakukan dengan mudah oleh perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kepemilikan
institusional, dewan komisaris independen, kepemilikan manajerial, dan komite audit memiliki pengaruh terhadap penghindaran pajak, maka
hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:
H
5
: Kepemilikan institusional, dewan komisaris independen, kepemilikan manajerial, dan komite audit berpengaruh positif
terhadap penghindaran pajak.