Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Hipotesis

12

B. Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Seberapa besar pengaruh pelaksanaan P2KP Program Penaggulangan Kemiskinan di Perkotaan oleh BKM terhadap pemberdayaan masyarakat miskin studi Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal.

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan P2KP. 2. Untuk mengetahui bagaimana pemberdayaan masyarakat di Kelurahan Tanjung Rejo Medan Sunggal. 3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pelaksanaan P2KP Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan oleh BKM terhadap pemberdayaan masyarakat di kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Bagi penulis bermanfaat untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dan mengembangkan kemampuan berpikir penulis melalui karya ilmiah, serta melatih penulis untuk menerapkan teori-teori yang di peroleh selama perkuliahan di FISIP USU. 2. Sebagai masukan bagi peningkatan pelaksanaan P2KP oleh BKM ”Makmur Bersama” demi memajukan keberdayaan masyarakat miskin di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal. 13 3. Bagi Departemen Administrasi Negara FISIP USU, penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk melengkapi ragam penelitian yangf telah dilakukan oleh para mahasiswa. Serta menjadi bahan masukan bagi fakultas dan menjadi salah satu referensi tambahan bagi mahasiswamahasiswi di masa yang akan datang. 4. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Departement Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

E. Kerangka Teori 1. Dimensi Pembangunan

Istilah pembangunan sering kali digunakan sebagai eufemisme untuk perubahan, modrenisasi, atau perubahan. Pembangunan mempunyai pengertian yang luas, tergantung pada sisi mana dan konteks apa serta latar belakang pengalaman dari pencetusnya. Oleh karena itu menurut Sudriamunawar 2002:15 pembangunan diartikan sebagai ” suatu usaha perubahan untuk menuju keadaan lebih baik berdasarkan kepada norma-norma tertentu, perencanaan dan pendayagunaan potensi alam, manusia dan sosial budaya”. Selanjutnya Katz dan Sarkansky Tjahya Supriatna, 2000:29-30, menyatakan pembangunan sebagai sistem, metode dan gerakan. Pembangunan sebagai sistem mencakup komponen-komponen a masukan, terdiri dari nilai, sumber daya manusia, alam, budaya dan kelembagaan masyarakatat; b proses, kemampuan organisasi dan manajemen pemerintah dalam melaksanakan program pembangunan; c keluaran, berupa berupa perubahan prilaku manusia baik kognisi, afeksi dan keterampilan yang berkaitan dengan taraf hidupnya. 14 Pembangunan berarti upaya yang terus-menerus dilakukan dan bertujuan menempatkan manusia pada posisi dan perannya yang wajar dan mengembangkannya sehingga ia berhubungan serasi dan dinamik ke luar dan berkembang serasi, selaras, dan seimbang di dalam. Seperti yang dikemukakan oleh Coralie Bryant dan LouiseWhite dalam Managing Development in the Third World 1982:14, bahwa telah terjadi perubahan pendekatan terhadap pembangunan oleh pengalaman administrasi pembangunan di dunia ketiga, yaitu ”Pembangunan lebih diupayakan untuk meningkatkan kemampuan manusia untuk mempengaruhi masa depannya”. Ada lima implikasi utama defenisi tersebut yaitu: 1. Pembangunan berarti membangkitkan kemampuan optimal manusia, baik individu maupun kelompok capacity. 2. Pembangunan berarti mendorong tumbuhnya kebersamaan dan kemerataan nilai dan kesejahteraan equity. 3. Pembangunan berarti manaruh kepercayaan kepada masyarakat untuk membangun dirinya sendiri sesuai dengan kemampuan yang ada padanya. Kepercayaan ini dinyatakan dalam bentuk kesempatan yang sama, kebebasan memilih, dan kekuasaan untuk memutuskan empowerment. 4. Pembangunan berarti membangkitkan kemampuan untuk membangun secara mandiri sustainability. 5. Pembangunan berarti mengurangi ketergantungan negara yang satu dengan negara yang lain dan menciptakan hubungan saling menguntungkan dan saling menghormati interdependence. Taliziduhu, 1990:16. Pembangunan sebagai metode berorientasi pada upaya penciptaan kemajuan sosial ekonomi yang didukung oleh pengorganisasian dan peran serta 15 masyarakat selaku pelaku pembangunan. Pembangunan sebagai gerakan adalah usaha sadar, terorganisir, terarah dan berkelanjutan yang dilakukan birokrasi. Keberlanjutan sustainability merupakan ciri dari paradigma pembangunan manusia yang baru ini. Paradigma pembangunan manusia perlu memusatkan perhatian pada pembangunan manusia untuk manusia. Oleh karena itu, paradigma pembangunan manusia bertujuan untuk memberdayakan manusia sepenuhnya. Pembangunan berkelanjutan merupakan proses. Dalam proses itu, eksploitasi sumber daya alam, tujuan investasi, orientasi pengembangan teknologi, dan perubahan institusional semuanya ini harus berkembang secara serasi dan memperbesar potensi masa kini dan masa depan untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi manusia World Commisssion On Environment, 1987. LIPI, 1998: 10. Adam Smith dalam bukunya, ”The Wealth Of Nations” telah secara eksplisit menyatakan bahwa keberhasilan pembangunan masyarakat community development di masa datang sangat ditentukan oleh efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya masa lampau dan hari ini Mulyadi, 2006: 4. Secara kumulatif indikator keberhasilan pembangunan masyarakat dapat dilihat dari: pertama, sejauh mana kondisi dan taraf hidup masyarakat berhasil diperbaiki dan ditingkatkan. Kedua, sejauh mana partisipasi nasyarakat dalam pembangunan lingkungannya berhasil digerakkan. Ketiga, sejauh mana kemampuan masyarakat untuk berkembang secara mandiri berhasil ditumbuhkan. Taliziduhu, 1990:110. Visi dari pembangunan secara umum adalah terwujudnya masyarakat yang maju, mandiri, sejahtera, adil dan setia kepada Pancasila dan UUD 1945 Dwidjowito, 2001:41. Pembangunan di Indonesia dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat, Hal ini 16 telah dijelaskan dalam GBHN 1998 1998:16, yaitu : ”hak pembangunan dalam bidang agama, sosial, budaya, ekonomi maupun pembangunan pada sumber daya maanusia.. Pembangunan dilaksanakan secara bersama-sama antara pemerintah dan masyarakat. Walau demikian harus diakui bahwa pemerintah memainkan peranan yang dominan dalam proses pembangunan development proses nasional.

2. Pemberdayaan Masyarakat

Secara konseptual, pemberdayaan atau pemberkuasaan empowerment, berasal dari kata ’power’ kekuasaan atau keberdayaan. Karenanya, ide utama pemberdayaan bersentuhan dengan konsep mengenai kekuasaan. Kekuasaan seringkali dikaitkan dengan kemampuan kita untuk membuat orang lain melakukan apa yang kita inginkan, terlepas dari keinginan dan minat mereka Suharto, 2005:57. Menurut HAW Widjaja 2003: 169, pemberdayaan adalah upaya meningkatkan kemampuan dan potensi yang dimiliki masyarakat, sehingga masyarakat dapat mewujudkan jati diri, harkat dan martabatnya secara maksimal untuk bertahan dan mengembangkan diri secara mandiri baik dibidang ekonomi, sosial, agama, dan budaya. Pengertian lain mengenai pemberdayaan menurut Shardlow, dalam Rukminto 2003:55 pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana kelompok atau individu komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan membentuk masa depan yang sesuai dengan keinginan mereka sendiri Pengertian pemberdayaan yang lebih spesifik dikemukakan oleh Deepa Narayan 2002:14-15 yaitu: 17 “Empowerment is the expansion of assets and capabilities of poor people to participate in, negotiate with influence, control and hold accountable institutions that affect their lives”. Dari pengertian tersebut, pemberdayaan menyangkut dua hal yaitu : Pertama, perluasan aset-aset dan kemampuan masyarakat yang miskin atau tidak berdaya. Aset adalah materi baik fisik maupun keuangan. Kemampuan adalah segala yang melekat dalam diri masyarakat untuk menggunakan aset dengan berbagai cara yang beraneka ragam dalam meningkatkan kesejahteraan baik kemampuan sumber daya manusia, sosial maupun politik. Kemampuan menyangkut human capabilities kesehatan yang baik, pendidikan, dan produktivitas atau hal lain seperti skill, social capabilities kepemilikan sosial, kepemimpinan hubungankepercayaan, kepemilikan identitas, nilia-nilai yang mendukung kehidupan , dan kemampuan mengorganisir, political capabilities kemampuan untuk mewakili dirinya sendiri atau orang lain, akses informasi, membentuki aosiasi, dan berpartisipasi dalam kehidupan politik bermasyarakat dan bernegara. Kedua, tujuan pemberdayaan agar masyarakat berpartisipasi, bernegosiasi, mempengaruhi, mengontrol, serta dapat menerima pertanggungjawaban lembaga- lembaga yang mempengaruhi kehidupan meraka. Naila Kabeer 2001 dalam Deepa Narayan 2005: 23 menyebutkan ”defenition of empowerment as the expansion in people’s ability to maker strategic life choice in a context where this ability was previously denied to them” Pemberdayaan didefenisikan sebagai perluasan kemampuan masyarakat untuk membuat pilihan-pilihan strategi hidup dalam menjawab ketidaberdayaan mereka sebelumnya. 18 Beragam defenisi pemberdayaan di atas menjelaskan bahwa pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat , termasuk individu-individu yang mengalami kemiskinan. Sebagai tujuan, pemberdayaan menujuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial, yaitu masyarakat miskin yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan atau kemampuan dalam mememhuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial H.S.Pambudi, 2003:57-58. Pada intinya penberdayaan masyarakat bukan membuat masyarakat semakin tergantung pada program-program pemberian charity. Karena tujuan akhirnya adalah memandirikan masyarakat, dan membangun kemampuan masyarakat untuk memajukan diri kearah kehidupan yang lebih baik secara berkesinambungan. Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan pemberdayaan adalah pembagian kekuasaan yang adil, sehingga meningkatkan kesadaran, kekuasaan, serta kemampuan kelompok yang lemah maupun individu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan memperbesar pengaruh mereka terhadap negara dan hasil- hasil pembangunan.

3. Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan P2KP

19 Pembiayaan program penanggulangan kemiskina perkotaan P2KP berasal dari alokasi APBN, dan dana hibah lembaganegara pemberi bantuan serta pinjaman dari Bank Dunia. P2KP menyediakan dana bantuan sekitar Rp.500 juta perkelurahan dan tergantung dari jumlah penduduk. P2KP memusatkan kegiatannya pada masyarakat perkotaan yang paling miskinpinggiran. Kemudian bersama-sama terlibat dalam proses perencanaan partisipatif dan pengambilan keputusan untuk mengalokasi sumber dana tersebut. Hal ini dilakukan atas dasar kebutuhan pembangunan dan prioritas yang ditentukan bersama dalam sejumlah forum musyawarah. Tujuan P2KP Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan dicapai dengan meningkatkan kapasitas kelembagaan dalam menyelenggarakan pembangunan wilayahnya, serta menyediakan sarana dan prasarana, serta kegiatan sosial dan ekonomi.

3.1. Mekanisme dan Struktur Manajemen P2KP

Pelaksanaan P2KP dimulai sejak November 1999. Pelaksanaan P2KP terbesar di Indonesia, karena memiliki cakupan wilayah, serapan dana, kegiatan yang dihasilkan dan jumlah pemanfaatannya. Meksanisme P2KP adalah pemerintah Indonesia menunjuk Direktorat Jenderal Pengembangan Perkotaan, Departement permukiman dan Prasarana Wilayah sebagai exacuting agency penyelenggara Program. Sementara untuk membantu pengelolaan P2KP secara Nasional, dibentuk Tim Koordinasi P2KP TKPP yang terdiri dari Bappenas, Depdagri, Depkeu, dan Dep. Kimpraswil. Penyelenggaraan P2KP ditingkat Propinsi, dikoordinasikan langsung oleh Gubernur setempat melalui Bappeda Propinsi dengan menunjuk Tim Koordinasi Pelaksana P2KP TKPP tingkat propinsi atau TKPP yang sudah ada. Pelaksana tingkat Propinsi adalah Dinas Pekerjaan UmumBidang Ke-cipta karya-an di bawah 20 kendalikoordinasi Satker Non vertikal Tertentu SNVT PBL tingkat propinsi. Dalam pelaksanaan dari pengendalian kegiatan akan dilakukan oleh KMW Konsultan Manajemen wilayah yang ditugasi oleh SatkerPMU P2KP untuk propinsi tersebut. Penyelenggaraan P2KP ditingkat KotaKabupaten dikoordinasikan langsung oleh BupatiWalikota setempat melalui Bappeda KotaKabupaten dengan menunjuk Tim Koordinasi Pelaksana P2KP TKPP tingkat KotaKabupaten atau TKPK yang sudah ada. Pemarintahan KotaKabupaten dibantu oleh pejabat pembuat komitmen yang diangkat Menteri PU atas usulan Bupati walikota dibawah koordinasi SNVT sektor Non Vertikal PBL Propinsi dalam mengendalikan pelaksanan kegiatan pendampingan dan pencairan dana BLM. Pemerintahan KotaKabupaten memfasilitasi KBP dan penguatan TKPK-D untuk dapat menyusun SPK-D dan PJM pronangkis KotaKabupaten sesuai ketentuan. Dalam pelaksanaan dan pengendalian kegiatan ditingkat Kotakabupaten akan dilakukan oleh Koordinator Kota Korkot, yang dibantu beberapa asistent Korkot dibidang pembukuan, teknikinfrastruktur, management data dan urban planer. Di tingkat Kecamatan, akan ditunjuk PJOK Penanggung Jawab Operasional Kegiatan. PJOK adalah perangkat kecamatan yang diangkat oleh kepala Satker Direktorat Jenderal Pengembangan Perkotaanexacuting agency atas usulan WalikotaBupati untuk pengendalian kegiatan ditingkat kelurahan dan berperan sebagai penanggungjawab administrasi pelaksana P2KP diwilayah kerjanya. Pada tingkat kelurahandesa, P2KP akan memanfaatkan BKM yang ada atau membentuk BKM baru dengan fungsi utama mengkoordinasikan pelaksana 21 program penaggulangan kemiskinan, mengakomodasikan berbagi masukan pembangunan untuk wilayahnya serta membentuk unit-unitpokja pelaksana dan mengorganisir relawan-relawan dari warga setempat. Bagan Struktur Organisasi P2KP Bagan Mekanisme Penyaluran dan Alur Pelaporan Dana PAKET 22

3.2. Tujuan Pelaksanaan P2KP

Tujuan yang hendak dicapai dari pelaksana P2KP di masyarakat : 23 1. Terbagunya lembaga masyarakat yang memiliki kharakter : • Berbasis nilai-nilai universal kemanusiaan jujur, dapat dipercaya, ikhlasberdasarkan pada prinsip-prinsip kemasyarakatan transparansi, akuntabilitas, partisipasi, demokrasi. • Berorientasi pada pembangunan berkelanjutan, yang aspiratif, representatif, • Mengakar dan mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat miskin • Mampu menyuarakan harapn masyarakat miskin dalam proses pengambilan keputusan, • Mampu menjadi wadah masyarakat bersinergi dalam penyelesaian permasalahan yang ada di wilayahnya. 2. Meningkatkan akses masyarakat miskin diperkotaan kepada pelayanan sosial, prasarana dan sarana serta pendanaan modal, membangun kerjasama dan kemitraan sinergi ke berbagai pihak terkait, dengan menciptakan kepercayaan pihak-pihak terkait tersebut terhadap lembaga masyarkat BKM. 3. Mengedepankan peran Pemerintah KotaKabupaten agar mampu memenuhi kebutuhan masyarakat miskin melalui pengokohan Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah TKPKD di wilayahnya, dan kemitraan dengan masyarakat serta kelompok peduli setempat. Substansi P2KP sebagai penguatan kapasitas pemerintah daerah dalam rangka mengedepankan peran dan tanggung jawab pemerintah daerah, dilakukan melalui; pelibatan intensif pemda pada pelaksanaan siklus kegiatan P2KP, penguatan peran dan fungsi Komite Penanggulangan Kemiskinan Daerah KPK-D agar mampu menyusun Dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah SPK-D dan 24 PJM Pronangkis KotaKab berbasis program masyarakat Pronangkis Kelurahan, serta melembagakan Komunitas Belajar Perkotaan KBP.

3.3. Sasaran P2KP

Dalam pelaksanaannya P2KP memiliki sasaran sebagai subyek dalam kegiatannya, yaitu: • Masyarakat, warga kelurahan peserta P2KP dan BKMlembaga masyarakat yang mengakar serta KSM kelompok Swadaya Masyarakat. • Pemerintah Daerah TKPK Daerah, perangkat pemerintah tingkat KotaKabupaten sd LurahKepala Desa yang terkait P2KP dan anggota TKPKD. • Kelompok Peduli, perorangan-anggota asosiasi profesi, asosiasi usaha sejenis, perguruan tinggi, LSM, dan sebagainya yang peduli dengan kemiskinan. • Para Pihak Terkait, yaitu : Bank, notaris, auditor publik, media massa radio, tv, dan sebagainya.

3.4. Siklus P2KP

P2KP Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan memiliki langkah- langkah pelaksanaan program penaggulangan kemiskinan yang dikenal dengan siklus P2KP: 1. Sosialisasi P2KP dilakukan secara personal maupun melalui forum-forum pertemuan warga ditingkat kelurahandesa maupun ditingkat RT, RW, dusun. Sosialisasi juga dilakukan melalui media komunikasi elektronik, diseminasi melalui poster, brosur, spanduk maupun leaflet. Strategi sosialisasi dilaksanakan mnegacu pada hasil pemetaan sosial social mapping Tim fasilitator. 25 2. RKM Rembug Kesiapan Masyarakat untuk mengkonfirmasikan kembali, apakah masyarakat desakelurahan siap menerima atau menolak melaksanakan P2KP dengan segala konsekuensi partisipasi dan kontribusinya. 3. FGD Focus Group Discussion Refleksi Kemiskinan memiliki tujuan utama mengidentifikasi kriteria, karakteristik, faktor-faktor penyebab kemiskinan dan menggalang kepedulian untuk warga miskin. 4. Pemetaan Swadaya, sebagai proses pemetaan dan analisis potensi, masalah dan kebutuhan masyarakat need assesment diklasifikasikan ke dalam : • Prasarana Lingkungan fisik, berkaitan dengan kebutuhan pembangunan prasarana pemukiman. • Ekonomi Produktif, berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan pengembangan usaha kecil ekonomi produktif sektor informal. • Pengembangan Sosial dan Peningkatan Sumber Daya Manusia melalui pelatihan keterampilan dan kelompok potensial, disamping pemenuhan kebutuhan warga miskin terhadap bantuan maupun santunan sosial. 5. Pembentukan BKM Badan Keswadayaan Masyarakat sebagai proses pengorganisasian masyarakat dilaksanakan melalui rembug warga. 6. Perencanaan Partisipatif sebagai diwujudkan dalam proses untuk menyusun PJM Pronangkis Perencanaan Jangka Menengah Program Penanggulangan Kemiskinan. PJM Pronangkis dirumuskan berdasarkan data-data tabulasi potensi dan masalah melalui kegiatan pemetaan swadaya survay kampung sendiri. PJM pronangkis selanjutnya dijadikan sebagai acuan pelaksanaan program penaggulangan kemiskinan di kelurahandesa setempat. Permasalahan dan potensi yang telah 26 diinventarisir dalam PJM Pronangkis diharapkan dapat mendorong pemecahan masalah berbasis keburtuhan masyarkat . 7. Kelompok Swadaya Masyarakat KSM terbentuk dan tumbuh bersama masyarakat. Pembentukannya didasarkan pada data-data kebutuhan masyarakat di dalam PJM Pronangkis dilengkapi dengan usulan-usulan proposalkegiatan yang diajukan kepada BKM. KSM mengakses dana BLM Bantuan Langsung Masyarakat P2KP melalui kegiatan Tridaya. Rencana kegiatan KSM disesuaikan dengan daftar kebutuhan yang telah tertuang dalam PJM Pronangkis, dan diselsksi berdasrkan skala prioritas. KSM dapat melaksanakan kegiatan sesuai dengan perencanaan apabila masuk dalam kualifikasi dan prioritas yang disetujui melalui rapat BKM. 4.Badan Keswadayaan Masyarakat BKM Badan Keswadayaan Masyarakat adalah lembaga masyarakat sebagai motor penggerak dalam penaggulangan kemiskinan. BKM sebagai wadah bersinergi dan lembaga kepercayaan milik masyarakat, yang diakui baik oleh masyarakat sendiri maupun pihak luar, dalam upaya membangun kemandirian menuju tatanan masyarakat madani, yang dibangun dan dikelola berlandaskanberbasis nilai-nilai universal yaitu: dapat dipercaya, ikhlaskerelawanan, kejujuran, keadilan, kesetaraan, dan kebersamaan dalam keragaman Buku Pedoman P2KP, 2005:14. Tujuan BKM dibangun adalah agar masyarakat belajar mengorganisasi diri sebagai masyarakat warga yang sadar akan potensi dan persoalan di wilayahnya, dan supaya masyarakat belajar membudayakan norma pengambilan keputusan secara bersama kolektif berasakan musyawarah mufakat.

4.1. Proses Membangun Lembaga Masyarakat Berbasis Nilai BKM

27 Istilah BKM Badan Keswadayaan Masyarkat pada dasarnya merujuk baik pada pemampuan lembaga yang ada, yang telah melalui prose konfirmasi ulang oleh masyarakat setempat dan direvitalisasi sesuai ketentuan P2KP, ataupun lembaga P2KP yang dibentuk baru oleh masyarakat. Tahapan proses yang harus dilakukan masyarakat untuk memutuskan memapukan dan merevitalisasi lembaga yang ada atau membentuk lembaga baru sebagai BKM, adalah : 1. Focus Group Discussion FGD refleksi lembagaan masyarakat berbasis nilai mengenai substansi tatanan masyarakat madani, yang salah satu indiukatornya tercermin pada keberadaan lembaga masyarakat yang benar-benar aspirasif, mengakar, diakuinya kemanfaatannya, representstif dan berbasis pada keikhlasankerelawanan, keadilan dan kejujuran. FGD-FGD refleksi lembaga masyarakat berbasis nilai dilakukan diseluruh tatanan masyarakat, baik masyarakat pada umumnya mapun masyarakat miskin pada khususnya. Proses FGD refleksi lembaga masyarakat berbasisi nilai digerakkan dan difasilitasi oleh relawan- relawan, dengan pendampingan dari fasilitator dan perangkat kelurahan setempat. 2. Identifikasi Lembaga-Lembaga yang ada, selanjutnya relawan-relawan dibantu perangkat kelurahan setempat melakukan identifikasi profil dari berbagai lembaga masyarakat yang ada di kelurahannya. Identifikasi menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan landasan keberadaan mekanisme pembentukan, visi dan misi, tujuan, organisasi, kepengurusan, mekanisme pemilihan anggotapengurus, jenis kegiatan yang dilakukan, dll. 3. Rembug Warga untuk merefleksikan dan mengevaluasi lembaga-lembaga yang ada. 28 Atas dasar kesadaran kritis masyarakat terhadap pemahaman substansi lembaga masyarakat berbasis nilai serta hasil identifikasi berbagai profil lembaga-lembaga yang ada, relawan-relawam dibantu perangkat kelurahan setempat selanjutnya memfasilitasi rembug-rembug warga evaluasi lembaga yang ada, mulai dari tingkat RTRW atau dusun hingga kelurahan. Agenda rembug warga terfokus pada menggali aspirasi dan apresiasi masyarakat terhadap kinerja dan kredibilitas berbagai lembaga-lembaga masyarakat yang ada di wilayahnya setempat. Refleksi dan evaluasi dititik beratkan pada tingkat pengakaran dimasyarkat, tingkat kemanfaatannya bagi msyarakat, tingkat aspiratifnya, tingkat representatif dan tingkat kepercayaan masyarakat. Aspirsasi dan apresiasi warga harus benar-benar berasal dari pendapat dan aspirasi masyarkat tanpa rekayasa dari siapapun. 4. Rembug warga tingkat kelurahan untuk memutuskan merevitalisasi lembaga yang ada atau membentuk lembaga baru. Hasil refleksi dan evaluasi terhadap profil lembaga-lembaga masyarkat di atas menjadi masukan utama dalam rembug warga tingkat kelurahan yang akan memutuskan apakah akan merevitalisasi, menstrukturisasi dan memampukan lembaga yang ada ataukah membentuk masyarakat yang baru sebagi BKM. Rembug warga dihadiri oleh representasi seluruh warga kelurahan, perangkat kelurahan, kelompok peduli setempat dan relawan-relawan.

4.2. Anggota BKM

Untuk memimpin masyarakat warga ini, dipilih pimpinan kolektif terdiri dari pribadi-pribadi yang dipercaya warga berdasarkan kriteria kemanusiaan yang disepakati bersama dan dapat mewakili warga dalam berbagi kepentingan. Anggota pimpinan kolektif masyarakat warga ini yang kemudian disebut anggota BKM. 29 Anggota-anggota BKM tidak digaji atau menerima imbalan secara rutin dengan menjadi anggota BKM, mereka diberi kesempatan dan kepercayaan dari msayarakat miskin untuk memberi, kontribusi peduli, berkorban dan ikhlas berbuat nyata bagi warga miskin yang ada diwilayahnya. Adanya kesempatan dan kepercayaan itulah yang bagi mereka merupakan imbalan yang tak ternilai harganya, apalagi dibandingkan materi atau status karena mereka dapat berbuat baik terhadap sesama, khususnya kaum miskin dan tertinggalmarjinal. Tidak ada satupun anggota BKM yang memiliki hak istimewa dan semua hasil keputusan ”BKM” ditetapkan secara kolektif melalui mekanisme rapat anggota BKM. Anggota BKM dipilih oleh seluruh utusan warga setempat dengan kriteria kualitas sifat kemanusiaan dan mekanisme pemilihan tanpa kampanye, tanpa pencalonan serta secara tertulis dan rahasia.

4.3. Struktur BKM

Untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan penaggulangan kemiskinan yang disepakati seluruh masyarakat setempat, baik dengan sumber dana P2KP maupun sumber dana lainnya channeling. BKM membentuk unit-unit pengelola sesuai dengan kebutuhan yang setidaknya terdiri dari Unit Pengelola Keuangan UPK, Unit Pengelola Lingkungan UPL, Unit Pengelola Sosial UPS. Unit Pengelola Keuangan UPK akan bertanggung jawab terhadap pengelolaan pinjaman bergulir, akses chaneling ekonomi, dan akses kegiatan yang berkaitan dengan penumpukan dana atau akses modal masyarakat. Unit Pengelola Lingkungn UPL bertanggung jawab dalam hal penaganan Rencana Perbaikan Kampung, Penataan dan Pemeliharaan Prasarana Lingkungan Perumahan dan Permukiman, Good Governance dibidang permukiman dan lain-lain. Sedangkan Unit Pengelola Sosial UPS didorong untuk mengelola pusat informasi dan 30 pengaduan masyarakat termasuk media warga untuk sarana control sosial penanganan kegiatan sosial, dan lain-lain sesuai kesepakatan warga masyarakat setempat. Oleh karena itu, unit-unit pelaksana tersebut berkewajiban memberikan informasi dan laporan perkembangan dari masing-masing kegiatan yang menjadi tugas pokoknya, mengusulkan daftar konsep pengembangan, serta memberikan pertanggung jawaban berkala maupun akhir kepada BKM. Termasuk juga memberikan saran-saran dan masukan-masukan secara profesional kepada BKM untuk dasar pertimbangan BKM dalam pengambilan kebijakan maupun keputusan yang diperlukan. Anggota BKM tidak diperkenankan merangkap menjadi pengelola dari unit-unit tersebut. Unit-unit pelaksana akan dipimpin seorang manager atau istilah lain dan beberapa staf sesuai kebutuhan yang dipilih melalui rapat anggota BKM berdasarkan kriteria kemampuan dibidangnya masing-masing. BKM mengawasi pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan oleh unit-unit pelaksana sesuai bidang kegiatannya yakni UPL, UPS, UPK.

4.4. Tugas Pokok BKM

Adapun tugas-tugas pokok BKM, antara lain: a. Mengorganisasi masyarakat untuk bersama-sama merumuskan visi,misi, rencana strategis, dan rencana program penanggulangan kemiskinan. b. Memonitor, mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan keputusan-keputusan yang telah diambil BKM termasuk pengunaan dana program pemberdayaan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan di wilayahnya. c. Memverifikasi penilaian yang telah dilakukan oleh unit-unit pelaksana dan memutuskan proposal mana yang prioritas didanai oleh dana program 31 pemberdayaan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan di wilayahnya atau dana-dana lain yang dihimpun oleh BKM, atas dasar kriteria dan prosedur yang disepakati dan ditetapkan bersama. d. Mengawasi dan memberi masukan untuk berbagi kebijakan maupun program pemerintah lokal yang berkaitan dengan kepentaingan msyarakat miskin maupun pembangunan di kelurahannya. e. Menjamin dan mendorong peran serta berbagai unsur masyarakat, termasuk masyarakat miskin dan kaum perempuan di wilayahnya, melalui proses serta hasil keputusan yang adil dan demokratis. f. Membangun transparansi dan akuntabilitas kepada masyarakat dan pihak luar. g. Membuka akses dan kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat untuk melakuakn kontrol terhadap kebijakan, keputusan, kegiatan, dan keuangan yang dibawa kenali BKM. h. Merencanakan dan menetapkan kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan penciptaan lapangan kerja baru , pengembangan ekonomi rakyat, dan peningkatan kualitas lingkungan serta pemukiman masyarakat miskin. i. Memfasilitasi networking jaringan kerjasama dengan berbagi potensi sumber daya yang ada di sumber-sumber luar masyarakat. 5. Pemberdayaan Masyarakat Miskin Yang Dilaksanakan BKM Melalui P2KP Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan Dalam istilah teknis P2KP, lembaga pengelola P2KP yang diupayakan semaksimal mugkin dibentuk secara demokratis ini dinamakan BKM. Kepada kelembagaan masyarakat BKM tersebut yang dibangun oleh dan untuk 32 masyarakat, selanjutnya dipercaya mengelola dana abadi P2KP dana langsung tertuju ke masyarakat, yaitu dari pusatmelalui dana APBN langsung dialirkan ke bank yang telah ditunjuk oleh BKM secara partisipatif, transparan dan akuntabel. Dana tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat untuk membiayai kegiatan-kegiatan penanggulangan kemiskinan, yang diputuskan masyarakat sendiri melalui rembug warga, baik dalam bentuk pinjaman bergulir maupun dana waqaf bagi stimulan atas keswadayaan masyarakat untuk kegiatan yang bermanfaat langsung bagi masyarakat, misalnya perbaikan prasarana serta sarana dasar perumahan dan permukiman. Semua pendekatan yang dilakukan P2KP di atas, ditujukan untuk mendorong proses percepatan terbangunnya landasan yang kokoh bagi terwujudnya kemandirian penanggulangan kemiskinan dan juga melembaganya pembangunan yang berkelanjutan. Diyakini akan mampu membangun kesadaran kritis dan perubahan prilaku individu ke arah yang lebih baik. Perubahan prilaku individu yang secara kumulatif menimbulkan perubahan kolektif masyarakat inilah yang menjadi inti pendekatan TRIDAYA, yakni proses pemberdayaan masyarakat agar terbangun : daya sosial sehingga tercipta masyarakat efektif, daya ekonomi sehingga tercipta masyarakat produktif dan daya pembangunan sehingga tercipta masyarakat pembangunan yang peduli lingkungan dan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Perlindungan Lingkungan Environmental Protection, dalam pengambilan keputusan maupun pelaksanaan kegiatan yang menyangkut kepentingan masyarakat banyak, terutama kepentingan masyarakat miskin, perlu didorong agar keputusan dan pelaksanaan kegiatan tersebut berorientasi pada upaya perlindunganpemeliharaan lingkungan, baik lingkungan alami maupun buatan 33 termasuk perumahan dan permukiman yang layak, terjangkau, sehat, aman, teratur, serasi dan produktif. Termasuk didalamnya penyediaan prasarana dan sarana dasar perumahan yang kondusif dalam membangun solidaritas sosial dan meningkatkan kesejahteraan penduduknya serta pemerataan pembangunan daerah. Pengembangan Masyarakat Social Development, tiap langkah P2KP harus selalu berorientasi pada upaya membangun solidaritas sosial dan keswadayaan masyarakat sehingga tercipta masyarakat efektif secara sosial sebagai pondasi yang kokoh dalam upaya menanggulangi kemiskinan secara mandiri dan berkelanjutan. Pengembangan masyarakat juga berarti upaya untuk meningkatkan potensi segenap unsur masyarakat, terutama kelompok masyarakat yang rentan vulnerable groups dan marjinal yang selama ini tidak memiliki peluang akses dalam programkegiatan setempat, misalnya dengan memberikan bantuan dana untuk meningkatkan pendidikan dan pelayanan kesehatan. Pengembangan Ekonomi Economic Development dalam upaya menyerasikan kesejahteraan material, maka upaya-upaya peningkatan kapasitas dan keterampilan masyarakat miskin dan atau pengangguran perlu mendapat porsi khusus, termasuk upaya untuk mengembangkan peluang usaha rakyat, kemitraan pada usaha rakyat dan akses ke sumber daya kunci dana untuk peningkatan pendapatan, dengan tetap memperhatikan dampak lingkungan fisik dan sosial. Makna Dana Penanggulangan Kemiskinan Tersebut, dapat berjalan apabila masing-masing diantara pelaku pembangunan lokal memiliki kepentingan dan kebutuhan yang sama untuk saling koordinasi, kooperasi, satu terhadap yang lain sehingga terjadi kemitraan.

F. Hipotesis

34 Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian Sugyono, 2005:70. Berdasarkan masalah penelitian di atas maka peneliti merumuskan hipotesis terhadap penelitian ini adalah: Hipotesis nol : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pelaksanaan P2KP oleh BKM variabel X dengan Pemberdayaan Masyarakat variabel Y Hipotesisi alternative: Terdapat hubungan yang signifikan antara pelaksanaan P2KP oleh BKM variabel X dengan Pemberdayaan Masyarakat variabel Y. Hipotesis nol : Tidak terdapat pengaruh pelaksanaan P2KP oleh BKM veriabel X terhadap pemberdayaan Masyarakat variabel Y Hipotesis alternative: Terdapat pengaruh pelaksanaan P2KP oleh BKM variabel X terhadap pemberdayaan masyarakat variabel Y Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka teori yang telah dipaparkan di atas, maka hipotesa dalam penelitian ini adalah :”Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara pelaksanaan P2KP oleh BKM terhadap pemberdayaan masyarakat miskin”.

G. Defenisi Konsep

Dokumen yang terkait

Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP) (Studi Pada Kelurahan Rambung, Kecamatan Padang Hilir, Kota Tebing Tinggi ).

3 59 97

Pengaruh Kinerja Anggota Badan Keswadayaan Masyarakat Terhadap Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (Studi Pada Pelaksanaan P2KP Di Desa Dalu X A Kecamatan Tg. Morawa).

0 79 145

Pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat –Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (PNPM-P2KP) Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Di Kelurahan Sidikalang Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi

1 51 128

Evaluasi Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) Dalam Pemberdayaan Masyarakat Miskin Di Kelurahan Lubuk Pakam I-II Kecamatan Lubuk Pakam

14 111 222

Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP)(Studi Pada Kelurahan Kota Bangun Kecamatan Medan Deli )

6 52 86

Pengaruh Peogram Penaggulangan Di Perkotaan (P2KP) Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Di Kelurahaan Gedung Johor Kecamatan Medan johor Kota Medan

1 61 142

Evaluasi Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai di Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Kota Medan

2 57 100

Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2kp) Di Kecamatan Medan Maimun

2 47 125

Upaya pemberdayaan masyarakat miskin melalui Program Penanggulangan Kamiskinan Di Perkotaan (P2KP) : studi kasus di BKM Bimas Kelurahan Pajang-Benda Kota Tangerang

6 69 112

Penyebab Kemacetan Dana Bergulir Program Pengentasan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) di Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Kelurahan Gisikdrono Semarang Barat.

0 0 1