30 pengaduan masyarakat termasuk media warga untuk sarana control sosial
penanganan kegiatan sosial, dan lain-lain sesuai kesepakatan warga masyarakat setempat.
Oleh karena itu, unit-unit pelaksana tersebut berkewajiban memberikan informasi dan laporan perkembangan dari masing-masing kegiatan yang menjadi
tugas pokoknya, mengusulkan daftar konsep pengembangan, serta memberikan pertanggung jawaban berkala maupun akhir kepada BKM. Termasuk juga
memberikan saran-saran dan masukan-masukan secara profesional kepada BKM untuk dasar pertimbangan BKM dalam pengambilan kebijakan maupun keputusan
yang diperlukan. Anggota BKM tidak diperkenankan merangkap menjadi pengelola dari
unit-unit tersebut. Unit-unit pelaksana akan dipimpin seorang manager atau istilah lain dan beberapa staf sesuai kebutuhan yang dipilih melalui rapat anggota BKM
berdasarkan kriteria kemampuan dibidangnya masing-masing. BKM mengawasi pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan oleh unit-unit pelaksana sesuai bidang
kegiatannya yakni UPL, UPS, UPK.
4.4. Tugas Pokok BKM
Adapun tugas-tugas pokok BKM, antara lain: a. Mengorganisasi masyarakat untuk bersama-sama merumuskan visi,misi, rencana
strategis, dan rencana program penanggulangan kemiskinan. b. Memonitor, mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan keputusan-keputusan
yang telah diambil BKM termasuk pengunaan dana program pemberdayaan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan di wilayahnya.
c. Memverifikasi penilaian yang telah dilakukan oleh unit-unit pelaksana dan memutuskan proposal mana yang prioritas didanai oleh dana program
31 pemberdayaan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan di wilayahnya atau
dana-dana lain yang dihimpun oleh BKM, atas dasar kriteria dan prosedur yang disepakati dan ditetapkan bersama.
d. Mengawasi dan memberi masukan untuk berbagi kebijakan maupun program pemerintah lokal yang berkaitan dengan kepentaingan msyarakat miskin maupun
pembangunan di kelurahannya. e. Menjamin dan mendorong peran serta berbagai unsur masyarakat, termasuk
masyarakat miskin dan kaum perempuan di wilayahnya, melalui proses serta hasil keputusan yang adil dan demokratis.
f. Membangun transparansi dan akuntabilitas kepada masyarakat dan pihak luar. g. Membuka akses dan kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat untuk
melakuakn kontrol terhadap kebijakan, keputusan, kegiatan, dan keuangan yang dibawa kenali BKM.
h. Merencanakan dan menetapkan kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan penciptaan lapangan kerja baru , pengembangan ekonomi rakyat, dan peningkatan
kualitas lingkungan serta pemukiman masyarakat miskin. i. Memfasilitasi networking jaringan kerjasama dengan berbagi potensi sumber
daya yang ada di sumber-sumber luar masyarakat.
5. Pemberdayaan Masyarakat Miskin Yang Dilaksanakan BKM Melalui P2KP Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan
Dalam istilah teknis P2KP, lembaga pengelola P2KP yang diupayakan semaksimal mugkin dibentuk secara demokratis ini dinamakan BKM. Kepada
kelembagaan masyarakat BKM tersebut yang dibangun oleh dan untuk
32 masyarakat, selanjutnya dipercaya mengelola dana abadi P2KP dana langsung
tertuju ke masyarakat, yaitu dari pusatmelalui dana APBN langsung dialirkan ke bank yang telah ditunjuk oleh BKM secara partisipatif, transparan dan akuntabel.
Dana tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat untuk membiayai kegiatan-kegiatan penanggulangan kemiskinan, yang diputuskan masyarakat sendiri melalui rembug
warga, baik dalam bentuk pinjaman bergulir maupun dana waqaf bagi stimulan atas keswadayaan masyarakat untuk kegiatan yang bermanfaat langsung bagi
masyarakat, misalnya perbaikan prasarana serta sarana dasar perumahan dan permukiman.
Semua pendekatan yang dilakukan P2KP di atas, ditujukan untuk mendorong proses percepatan terbangunnya landasan yang kokoh bagi terwujudnya
kemandirian penanggulangan kemiskinan dan juga melembaganya pembangunan yang berkelanjutan. Diyakini akan mampu membangun kesadaran kritis dan
perubahan prilaku individu ke arah yang lebih baik. Perubahan prilaku individu yang secara kumulatif menimbulkan perubahan kolektif masyarakat inilah yang
menjadi inti pendekatan TRIDAYA, yakni proses pemberdayaan masyarakat agar terbangun : daya sosial sehingga tercipta masyarakat efektif, daya ekonomi
sehingga tercipta masyarakat produktif dan daya pembangunan sehingga tercipta masyarakat pembangunan yang peduli lingkungan dan prinsip-prinsip
pembangunan berkelanjutan. Perlindungan Lingkungan Environmental Protection, dalam pengambilan
keputusan maupun pelaksanaan kegiatan yang menyangkut kepentingan masyarakat banyak, terutama kepentingan masyarakat miskin, perlu didorong agar
keputusan dan pelaksanaan kegiatan tersebut berorientasi pada upaya perlindunganpemeliharaan lingkungan, baik lingkungan alami maupun buatan
33 termasuk perumahan dan permukiman yang layak, terjangkau, sehat, aman, teratur,
serasi dan produktif. Termasuk didalamnya penyediaan prasarana dan sarana dasar perumahan yang kondusif dalam membangun solidaritas sosial dan meningkatkan
kesejahteraan penduduknya serta pemerataan pembangunan daerah. Pengembangan Masyarakat Social Development, tiap langkah P2KP harus
selalu berorientasi pada upaya membangun solidaritas sosial dan keswadayaan masyarakat sehingga tercipta masyarakat efektif secara sosial sebagai pondasi yang
kokoh dalam upaya menanggulangi kemiskinan secara mandiri dan berkelanjutan. Pengembangan masyarakat juga berarti upaya untuk meningkatkan potensi segenap
unsur masyarakat, terutama kelompok masyarakat yang rentan vulnerable groups dan marjinal yang selama ini tidak memiliki peluang akses dalam
programkegiatan setempat, misalnya dengan memberikan bantuan dana untuk meningkatkan pendidikan dan pelayanan kesehatan.
Pengembangan Ekonomi Economic Development dalam upaya menyerasikan kesejahteraan material, maka upaya-upaya peningkatan kapasitas dan
keterampilan masyarakat miskin dan atau pengangguran perlu mendapat porsi khusus, termasuk upaya untuk mengembangkan peluang usaha rakyat, kemitraan
pada usaha rakyat dan akses ke sumber daya kunci dana untuk peningkatan pendapatan, dengan tetap memperhatikan dampak lingkungan fisik dan sosial.
Makna Dana Penanggulangan Kemiskinan Tersebut, dapat berjalan apabila masing-masing diantara pelaku pembangunan lokal memiliki kepentingan dan
kebutuhan yang sama untuk saling koordinasi, kooperasi, satu terhadap yang lain sehingga terjadi kemitraan.
F. Hipotesis