1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Potensi kecerdasan anak dapat berkembang seiring bertambahnya usia serta pengaruh lainya seperti lingkungan, sosial, budaya dan pendidikan yang
didapatkan sekolah. Sekolah adalah salah satu faktor penting yang berperan besar dalam perkembangan potensi kecerdasan anak. Pemahaman yang mendalam
tentang teori kecerdasan anak merupakan upaya dalam memahami setiap potensi kecerdasan. Kecerdasan secara umum yang dimaksud adalah kemampuan
menyelesaikan masalah, kapasitas seseorang beradaptasi dan belajar dari pengalaman, dan kemampuan menyesuaikan diri pada lingkungan Rusdarmawan:
2009. Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa anak yang cerdas adalah anak yang mampu melihat, menyesuaikan, memproses serta menyelesaikan masalah.
Setiap bidang memiliki karakteristik masalah dan cara penyelesaiannya masing-masing. Kemampuan anak dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi
dalam setiap bidang, seharusnya mampu memberikan gambaran kecerdasan pada anak. Keberhasilan anak secara akademik memiliki nilai simbolis yang
berpengaruh pada kebermaknaan atas nilai sebuah kecerdasan. Paradigma umum tentang bagaimana penggambaran anak yang cerdas kerap dikaitkan pada
kemampuan secara logik dan verbal. Pemahaman ini menjadikan anak dengan kemampuan atau potensi kecerdasan lain tersisihkan dari predikat anak yang
cerdas Schmidt: 2002.
2
Teori kecerdasan majemuk multiple intellegence adalah teori yang menjelaskan bahwa terdapat banyak potensi kecerdasan yang dapat
dikembangkan. Setiap individu dapat menjadi cerdas dalam segala bidang terkait keberagaman potensi kecerdasan majemuk. Potensi kecerdasan tersebut adalah
kecerdasan dalam bidang bahasa atau linguistik, spasial atau visual spatial, musik atau musical, kinestetik atau kinestehetic, logis matematis atau mathematical,
interpersonal, intrapersonal, naturalist dan eksistensial atau existential Gardner: 2013. Kecerdasan visual spasial merupakan kemampuan berpikir, memahami dan
memproses informasi secara visual. Anak-anak dengan kecerdasan visual spasial memiliki daya imajinasi yang tinggi sehingga anak lebih imajinatif dan kreatif.
Hal tersebut menjelaskan bahwa kemampuan visual anak merupakan gambaran perilaku cerdas yang patut dipahami oleh pendidik. Anak dengan kecerdasan
visual spasial dapat dibimbing perkembanganya melalui gambar atau melukis Pamadhi: 2010.
Melukis atau menggambar bagi anak-anak seharusnya adalah sebuah kegiatan bermain dan belajar yang menyenangkan, selama tidak membatasi upaya
anak dalam memvisualisasikan ide dan gagasan mereka. Anak dapat bercerita pengalaman yang di alami, maupun berimajinasi tentang apa yang mereka sukai
atau yang tidak disukai. Anak mampu mengembangkan daya imajinasi dan daya kreatifitas melalui kegiatan melukis atau menggambar. Menurut Pamadhi 2010,
karya seni lukis anak mempunyai jangkauan pikiran yang sangat komprehensif, sehingga terkadang sulit untuk dipahami oleh orang dewasa.
3
Hal tersebut merupakan alasan upaya anak dalam berkomunikasi, berekspresi, mengungkapkan rasa dan daya pikir dalam media melukis tidak
mendapatkan perhatian secara khusus. Fenomena dalam memahami kecerdasan visual spasial pada karya seni lukis menjadi permasalahan yang sangat kompleks.
Permasalahan tersebut perlu dilakukan penelitian dalam upaya menyelesaikan masalah-masalah yang ada. Masalah tersebut tentunya dipengaruhi oleh banyak
faktor dari segi pemahaman teoritis dan praktis tentang teori kecerdasan, kecerdasan visual spasial, dan teori lukisan anak. Tingkat kompleksitas masalah
yang sangat luas mengharuskan peneliti memfokuskan masalah pada kecerdasan visual spasial yang tampak pada karya seni lukis Okta.
Penelitian bertujuan mendeskripsikan kecerdasan visual spasial yang tampak pada karya seni lukis Grafika Nuansa Oktaviano Okta. Okta berusia 8
tahun dengan kemampuan yang menonjol dalam melukis dan mewarnai. Menurut hasil tes kecerdasan binet dan tes raven progressive matrics yang pernah
dilakukan menunjukkan nilai IQ=102. Okta memiliki kecenderungan pada kemampuan performen yang tinggi, dan kemampuan mempersepsi secara visual
dalam berpikir. Hal tersebut terlihat dari kemampuan yang lebih menonjol dalam bidang non akademis khususnya kegiatan melukis. Interpretasi dilakukan dengan
menganalisis, gejala-gejala, susunan serta elemen-elemen pada karya seni lukis Okta. Karya seni lukis Okta dianalisis berlandaskan pada teori kecerdasan visual
spasial sebagai bentuk kemampuan oleh Howard Gardner.
4
Analisis pada
penelitian merupakan
upaya interpretasi
serta mendeskripsikan rangkaian kompetensi individu dalam melukis. Analisis secara
umum berupaya memberikan deskripsi terhadap kemampuan tertentu berdasarkan suatu lingkup kecerdasan. Analisis pada penelitian merupakan upaya peneliti
dalam memahami kemampuan Okta dalam melukis sebagai bentuk perilaku cerdas visual spasial. Penelitian diharapkan dapat memberikan pemahaman baru
dalam melihat potensi kecerdasan visual spasial pada karya seni lukis Okta. Upaya menginterpretasikan gambar atau lukisan anak tidak menekankan pada
tingkatan nilai, tetapi lebih menekankan pada nilai makna. Makna yang terkandung melalui analisis yang dihasilkan dideskripsikan, dan diharapkan dapat
menjadi pemahaman secara lebih luas dan mendalam tentang masalah dalam penelitian.
B. Fokus Masalah