PELAKSANAAN RENCANA PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN
13
Bagian Kedua Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
Paragraf 1 Umum
Pasal 14
1 Konservasi Pesisir dan Pulau-pulau Kecil dalam bentuk konservasi kawasanhabitat dan
konservasi spesies dan dan konservasi genetis 2
Konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil dilakukan pada kawasan dengan ciri khas tertentu yang mencakup ekosistem pesisir, pulau-pulau kecil serta laut sebagai satu kesatuan
ekosistem alami. 3
Pemerintah mendorong perluasan kawasan konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil, berukuran kecil maupun berukuran besar dengan tingkat dan kategori yang berbeda sebagai
upaya pencapaian target kawasan konservasi laut nasional. 4
Pemerintah , Pemerint ah Prov ins i, Pemerintah Kabu paten Kot a dan mas y arak at mengembangkan jaringan kerjasama pengelolaan kawasan konservasi pesisir dan pulau-
pulau kecil yang memiliki kesinambunganhubungan yang satu dengan lainnya, baik secara nasional, regional maupun internasional.
Paragraf 2 Tujuan dan Fungsi Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
Pasal 15
1 Penetapan kawasan konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil bertujuan untuk menjaga proses
ekologis yang esensial dan sistem pendukung kehidupan berjalan dengan baik, memelihara keanekaragaman hayati, menjamin pemanfaatan sumberdaya alam hayati yang berkelanjutan
serta memelihara, tradisi, sosial, ekonomi dan budaya
2 Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah KabupatenKota dapat menetapkan kawasan
konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil yang berfungsi untuk: a. melindungi kesatuan ekosistem spesifiklokal, termasuk species endemik;
b. menghubungkan daerahekositemhabitat untuk melindungi alur migrasi biota laut dan
hubungankonektifitas genetik dan lain-lain; c. melindungi habitat dan ekositem yang digunakan untuk biota langka dan biota yang
terancam punah; d. melindungi tempat bertelur, berkembang biak, mencari makan serta kawasan untuk tumbuh
dan berkembang biota laut; e. mengidentifikasi daerah dengan budaya khusus atau tradisional; dan
f. mendukung daerah ekoturisme berdasarkan keanekaragaman hayati, jenis dan ekosistem
Paragraf 3 Kategori Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Pasal 16
1. Konservasi Pesisir dan Pulau-pulau Kecil dapat dilaksanakan dalam bentuk kawasan
konservasi nasional, provinsi, KabupatenKota dan desamasyarakat. 2.
Kawasan konservasi Pesisir dan Pulau-pulau Kecil nasional merupakan kawasan tertentu dalam wilayah yuridiksi nasional yang memiliki kepentingan dan nilai-nilai konservasi nasional
maupun internasional berupa konservasi habitat atau ekosistem 3.
Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Provinsi merupakan kawasan tertentu yang memiliki kepentingan dan nilai-nilai konservasi di wilayah provinsi atau lintas kabupaten
berupa habitat atau ekosistem 4.
Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-pulau Kecil KabupatenKota merupakan kawasan
14
tertentu yang memiliki kepentingan dan nilai-nilai konservasi di wilayah KabupatenKota atau lintas desa berupa habitat atau ekosistem
5. Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-pulau Kecil lokaldesamasyarakat merupakan
kawasan tertentu yang memiliki kepentingan dan nilai-nilai konservasi ditingkat desa berupa habitat atau ekosistem atau berupa budaya khusus.
6. Sistem Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-pulau Kecil terdiri dari 4 empat kategori:
a. Kategori Pemanfaatan Secara Lestari Ekosistem Alami. b. Kategori Konservasi Habitat dan Spesies.
c. Kategori Konservasi Bentang Alam. d. kategori Konservasi Ekosistem.
Paragraf 4 Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Pasal 17
1 Kawasan konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil terdiri dari :
a. zona inti; dan b. zona pemanfaatan.
2 Pada Zona inti dilarang semua kegiatan yang dapat mengancam kelestarian jenis, habitat
dan ekosistem. 3
Pada Zona Pemanfaatan langsung dan tak langsung, dilarang kegiatan-kegiatan yang dapat mengancam species atau habitat dan pemanfaatannya tidak berkelanjutan.
Paragraf 5 Pengusulan dan Penetapan Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Pasal 18
1 Inisiatif pengusulan Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-pulau Kecil dapat dilakukan oleh
perorangan, kelompok masyarakat atau instansi pemerintah. 2
Kawasan yang diusulkan harus didukung oleh informasi yang cukup mengenai: a. ekologi, termasuk biofisik, daya dukung lingkungan, keanekaragaman hayati serta
ancaman-ancaman yang berdampak terhadap kelestarian ekosistem dan biota yang ada didalamnya;
b. kondisi sosial ekonomi dan budaya masyarakat di dalam dan di sekitar calon kawasan konservasi;
c. kepentingan atau keterkaitan kawasan tersebut untuk kawasan ekologi lainnya dalam suatu jaringan kesatuan ekologis;
d. aspirasi, keinginan dan kebutuhan masyarakat lokal yang menggunakan kawasan tersebut, termasuk penggunaan untuk kepentingan tradisional atau budaya;
e. kapasitas dan kemampuan untuk mengelola kawasan tersebut; f. informasi lain berdasarkan karakteristik setempat yang signifikan
3 Menteri menetapkan Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-pulau Kecil tingkat nasional
berdasarkan kriteria sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 ayat 2 dan ayat 6, setelah mendengarkan pertimbangan dari Gubernur terkait dan masukan dari berbagai pemangku
kepentingan.
4 Gubernur menetapkan Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-pulau Kecil tingkat provinsi
berdasarkan kriteria sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 ayat 3 dan ayat 6, setelah mendengarkan pertimbangan dari BupatiWalikota terkait dan masukan dari berbagai
pemangku kepentingan.
5 BupatiWalikota menetapkan Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-pulau Kecil tingkat
KabupatenKota dan tingkat desa terkait berdasarkan kriteria sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 ayat 4, ayat 5 dan ayat 6 setelah mendengarkan pertimbangan dari masyarakat
dan masukan dari berbagai pemangku kepentingan.
6 Pengaturan lebih lanjut mengenai proses pengusulan kawasan konservasi nasional, provinsi
15
dan KabupatenKota serta desa masing-masing akan ditetapkan melalui keputusan Menteri, atau Gubernur, atau BupatiWalikota.
Bagian Ketiga Pemanfaatan dan Pengkayaan Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Paragraf 1 Pemanfaatan Ekosistem
Pasal 19
1 Pemanfaatan ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil meliputi pemanfaatan ekosistem
terumbu karang, hutan mangrove padang lamun, estuaria, laguna, rawa payau, gumuk pasir dan teluk.
2 Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah KabupatenKota dan Desa melakukan
pengendalian pemanfaatan ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil sebagaimana dimaksud dalam ayat 1.
3 Pemanfaatan ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil, harus memperhatikan batasan sebagai
berikut: a. larangan menambang terumbu karang;
b. pengambilan karang lebih kecil dari laju regenerasi terumbu karang, dan dilakukan bukan
di kawasan konservasi laut; c. larangan menggunakan peralatan, cara dan metode yang merusak;
d. kesesuaian pemanfaatan hutan mangrove dengan karakteristik morfologi pantai dan sistem rotasi untuk menjaga keberlanjutan ekosistem tersebut;
e. konversi areal hutan mangrove di kawasan budidaya yang memperhitungkan keberlanjutan fungsi ekologis, penggunaan maksimum 60 enam puluh persen dalam satu kawasan
ekologis, dan mempertahankan jalur hijau yang sesuai dengan karakteristik pantai; f. penebangan hutan mangrove untuk budidaya industri, pemukiman dan atau kegiatan lain
wajib disertai dengan dana kompensasi yang dapat digunakan untuk pemulihan ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil;
g. larangan memanfaatkan hutanbakau di wilayah yang kondisi Hutanbakaunya telah mengalami kerusakan dan atau pada kawasan spesifik yang Hutan mangrove sulit tumbuh
kembali; h. pemanfaatan padang lamun berdasarkan keberlanjutan fungsi ekosistem lamun;
i. pengelolaan teluk, estuaria dan laguna secara terpadu dalam satu kawasan dengan memperhatikan daya dukung, sifat dan karakteristik wilayah dan Daerah Aliran Sungai;
dan j. penambangan pasir dapat dilakukan pada wilayah yang secara teknis maupun ekologis,
sosial dan budaya tidak memberikan dampak negatif pada lingkungan dan masyarakat sekitarnya.
4 Norma, standar dan pedoman pengendalian pemanfaatan ekosistem pesisir dan pulau-pulau
kecil guna menjamin keberlanjutan fungsi dan keanekaragaman hayati ditetapkan dengan Keputusan Menteri.
5 Reklamasi pantai hanya dapat dilakukan pada wilayah yang secara teknis maupun ekologis
telah mengalami kerusakan dan diarahkan untuk perbaikan lingkungan. 6
Penimbunan pantai yang bertujuan strategis dapat dilakukan mengikuti peraturan yang berlaku.
Paragraf 2 Pengkayaan Sumberdaya
Pasal 20
1 Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah KabupatenKota dapat melakukan
pengkayaan sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil pada lokasi yang telah mengalami
16
kerusakan, eksploitasi lebih dan miskin jenis dan jumlah dan atau yang memiliki nilai ekologi, estetika, keunikan, kealamiahan dan kelangkaan.
2 Pengkayaan sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil sebagaimana dimaksud dalam ayat
1 harus memperhatikan keseimbangan ekosistem dan keanekaragaman hayati setempat.
Bagian Keempat Pengendalian Kerusakan Akibat Kegiatan Manusia
Pasal 21
1 Setiap orang dilarang melakukan kegiatan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang dapat
menimbulkan pencemaran atau kerusakan. 2
Dalam rangka pengendalian dampak negatif atau kerusakan di wilayah pesisir dan pulau- pulau kecil, dilakukan upaya pencegahan, mitigasi dan atau pemulihan, yang meliputi :
a. perlakuan non struktur; b. perlakuan struktur; dan
c. pengaturan yang terintegrasikan dari berbagai pelaku dalam Pengelolaan Wilayah Pesisir
dan Pulau-pulau Kecil. 3
Pengendalian kerusakan pesisir dan pulau-pulau kecil akibat kegiatan manusia diatur lebih lanjut dengan Keputusan Menteri.
Paragraf 2 Pengendalian Kerusakan Akibat Alam
Pasal 22
1 Pemerintah dan atau Pemerintah Daerah menyusun perencanaan dan prosedur pelaksanaan
pengendalian kerusakan akibat alam dan atau bencana alam maupun antisipasi terhadap terulangnya bencana alam di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.
2 Pengendalian kerusakan akibat alam dan atau bencana alam di wilayah pesisir dan pulau-
pulau kecil sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 meliputi upaya pencegahan dan atau mitigasi dan atau kesiap-siagaan dan atau tanggap-darurat dan atau pemulihan.
3 Pedoman mengenai perencanaan dan atau pengendalian kerusakan akibat bencana alam
di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil diatur lebih lanjut oleh menteri atau menteri lain kepala lembaga lain sesuai dengan kewenangannya.