KETENTUAN UMUM Guidebook: Determining Marine Boundaries under Regional Authority Pursuant to

6 masyarakat, dimana wakil dan yang diwakilinya mengalami kerugian yang sama. 16. Gugusan pulau adalah kelompok pulau yang terdiri dari dua pulau atau lebih, dimana keseluruhannya saling berinteraksi secara ekosistem. 17. Habitat adalah suatu tempat atau lingkungan hidup yang paling cocok atau sesuai bagi kehidupan tumbuh-tumbuhan atau hewan, yang biasanya tipe bentuk kehidupan utama. 18. Jasa lingkungan adalah jasa yang dihasilkan melalui pemanfataan dengan tidak mengekstrak sumberdaya wilayah pesisir yang berpotensi karena fungsinya sebagai media transportasi, fungsi rekreasi dan pariwisata, fungsi sumber energi, fungsi cagar budaya, dan lain-lain. 19. Kawasan adalah wilayah dengan fungsi utama lindung atau budidaya. 20. Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapk an dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumberdaya manusia dan sumberdaya buatan. 21. Kawasan konservasi pesisir dan laut adalah kawasan dengan ciri khas tertentu yang mencakup ekosistem pesisir, pulau-pulau kecil serta laut yang mempunyai fungsi konservasi dan fungsi pemanfaatan yang berkelanjutan. 22. Kawasan Lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumberdaya buatan. 23. Kawasan pemanfaatan umum adalah bagian dari kawasan pesisir yang ditetapkan sebagai peruntukan umum 24. Kawasan pesisir adalah bagian dari wilayah pesisir yang memiliki fungsi tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan berdasarkan kriteria karakteristik fisik, biologi, sosial, dan ekonomi, untuk dipertahankan keberadaannya. 25. Kawasan tertentu adalah kawasan yang ditetapkan secara nasional mempunyai nilai strategis yang penataan ruangnya diutamakan. 26. Kepulauan adalah suatu gugusan pulau termasuk bagian pulau, perairan diantaranya dan lain-lain wujud alamiah, dimana satu dengan yang lain memiliki hubungan yang erat sehingga merupakan satu kesatuan geografis, ekonomi dan politik yang hakiki, atau yang secara historis dianggap sebagai demikian. 27. Kerusakan pesisir dan pulau-pulau kecil adalah perubahan sifat fisik danatau hayatinya yang melampaui kriteria baku kerusakan laut, pesisir dan pulau-pulau kecil. 28. Konservasi habitat adalah upaya konservasi terhadap suatu wilayah yang telah ditetapkan beserta seluruh ekosistemnya. 29. Konservasi spesies adalah upaya konservasi terhadap spesies sumberdaya hayati dalam satu ekosistem. 30. Laguna adalah suatu daerah litoral agak tertutup dengan masukan air tawar yang terbatas, salinitas tinggi dan sirkulasi terbatas, laguna terletak di belakang bukit pasir, pulau penghalang dan bentuk-bentuk pelindung lain. 31. Lamun adalah sejenis ilalang laut yang tumbuh di dasar laut berpasir yang tidak begitu dalam dan sinar matahari masih dapat menembus ke dasar sehingga memungkinkan ilalang tersebut berfotosintesa. 32. Masyarakat adat adalah kelompok masyarakat yang memperlihatkan tata kehidupan sehari- hari berdasarkan nilai-nilai adat istiadat yang diwarisi dari leluhurnya 33. Masyarakat lokal adalah kelompok masyarakat yang memperlihatkan tata kehidupan sehari- hari berdasarkan kebiasaan yang sudah diterima sebagai nilai-nilai yang berlaku umum 34. Masyarakat pesisir terdiri dari masyarakat adat dan masyarakat lokal, yang merupakan komunitas nelayan dan bukan nelayan yang basis tempat tinggalnya di sekitar wilayah pesisir dan mata pencahariannya tergantung pada pemanfaatan sumberdaya pesisir 35. Sistem pengelolaan tradisional adalah sistem pengelolaan sumberdaya alam yang dilakukan oleh masyarakat berdasarkan pengetahuan, aturan, tata cara penyusunan. 36. Menteri adalah menteri yang membawahi urusan pesisir dan pulau-pulau kecil. 37. Migrasi adalah perpindahan, biasanya dipakai untuk hewan yang pindah dari satu tempat ke tempat lain misalnya burung, ikan dan sebagainya. 38. Mitigasi adalah setiap upaya atau kegiatan pencegahan danatau penanggulangan danatau pemulihan pencemaran. 39. Pantai adalah suatu bidang yang terbentuk oleh pertemuan antara perairan laut dan daratan diantara pasang tinggi dan pasang rendah. 40. Pasang surut adalah gaya eksternal utama yang membangkitkan arus dan merupakan faktor 7 yang amat penting di dalam proses siltasi selain merupapakan faktor dasar di dalam menentukan perilaku perubahan tinggi muka air dan arus di estuari dan perairan pantai. 41. Pemangku kepentingan utama primary stakeholders adalah para pengguna sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil, yang mempunyai kepentingan langsung, seperti nelayan, penyelam, dan pengusaha perikanan. 42. Pemberdayaan masyarakat adalah upaya yang dimaksudkan untuk memfasilitasi, mendorong atau membantu agar masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil mampu menentukan yang terbaik bagi mereka dalam memanfaatkan dan mengelola sumberdaya pesisir secara lestari. 43. Penataan ruang adalah proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang 44. Pencemaran pesisir dan pulau-pulau kecil adalah masuknya atau dimasukannya makhluk hidup, zat, energi atau komponen lain ke dalam lingkungan pesisir dan pulau-pulau kecil oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan pesisir, dan pulau-pulau kecil tidak sesuai lagi dengan baku mutu danatau fungsinya. 45. Pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil terpadu adalah suatu proses perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian sumberdaya alam dan jasa lingkungan pesisir secara berkelanjutan yang mengintegrasikan antara kegiatan pemerintah, dunia usaha dan masyarakat, perencanaan antar sektor dan antar pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupatenkota ekosistem darat dan laut, ilmu pengetahuan dan manajemen untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 46. Perairan pesisir adalah bagian laut yang berada di wilayah pesisir sejauh 12 mil laut dari garis pantai, termasuk estuari, teluk, rawa payau dan laguna. 47. Pulau-pulau kecil adalah kesatuan ekologis dari pulau-pulau dengan luas kurang atau sama dengan 10.000 km2 dan tidak atau berpenduduk kurang dari atau sama dengan 200.000 jiwa, beserta kesatuan wilayah perairan di sekitarnya sejauh 12 mil laut dari garis pantai. 48. Rehabilitasi adalah proses pengembalian ekosistem atau populasi yang telah rusak ke kondisi yang tidak rusak, yang mungkin berbeda dari kondisi semula. 49. Ruang pesisir k abupatenkota adalah ruang pesisir wilayah provinsi dan pemerintah kabupatenkota yang memiliki kewenangan untuk mengelolanya. 50. Sumberdaya pesisir adalah sumberdaya alam, sumberdaya binaanbuatan, dan jasa-jasa lingkungan yang terdapat di dalam wilayah pesisir, meliputi hutan bakau, terumbu karang, padang lamun dan ikan. 51. Teknologi ramah lingkungan adalah teknologi yang digunakan untuk memanfaatkan sumberdaya pesisir, dengan tetap memperhatikan kaidah-kaidah konservasi. 52. Terumbu karang adalah jenis hewan laut berukuran kecil yang disebut polip yang hidupnya menempel pada substrat seperti batu atau dasar yang keras dan berkelompok membentuk koloni. 53. Tsunami adalah gelombang laut dengan periode panjang yang ditimbulkan oleh suatu gangguan impulsif yang terjadi pada medium laut, seperti terjadinya gempa bumi, erupsi vulkanik, atau oleh land-slide longsoran. 54. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait padanya yang terbatas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administrasi dan atau aspek fungsional. 55. Wilayah laut adalah ruang laut yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan atau aspek fungsional. 56. Wilayah pesisir adalah wilayah yang mempunyai batas ke arah darat sejauh wilayah administrasi kecamatan yang berbatasan dengan perairan laut dan ke arah laut sejauh maksimal 12 mil dari garis pantai. 57. Zona adalah bagian dari wilayah yang disepakati bersama antar berbagai pemangku kepentingan untuk penggunaan tertentu. 58. Zonasi adalah sebagai salah satu bentuk rekayasa teknik pemanfaatan ruang yang merupakan upaya penetapan batas-batas fungsional suatu peruntukan kawasan budidaya, pemukiman dan lindung sesuai dengan potensi sumberdaya, daya dukung dan proses-proses ekologis yang berlangsung sebagai satu kesatuan dalam sistem tersebut dengan mengaitkannya pada aspek sosial dan budaya masyarakat pesisir. 8

BAB II AZAS, TUJUAN DAN RUANG LINGKUP

Pasal 2 Pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dilakukan dengan berlandaskan pada asas keadilan, keterpaduan, berkelanjutan, keterbukaan, konsistensi, desentralisasi, kemanfaatan, peranserta masyarakat dan kepastian hukum. Pasal 3 Pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil bertujuan: a. memperbaiki dan mendorong inisiatif pengelolaan sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil serta memperkuat kapasitas kelembagaan pemerintah dan masyarakat dalam pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil sesuai prinsip-prinsip dalam undang-undang ini; b. melindungi, mengkonservasi, memanfaatkan, merehabilitasi dan memperkaya sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil serta sistem ekologisnya secara berkelanjutan; dan b. memperbaiki kondisi sosial ekonomi dan budaya masyarakat pesisir, serta mendorong inisiatif pengelolaan oleh masyarakat pesisir melalui pengakuan hak masyarakat adat dan lokal, pemberdayaan masyarakat, serta penumbuhan rasa tanggung jawab. Pasal 4 Sasaran dari pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil adalah: a. terlindungi dan termanfaatkannya sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil melalui pengembangan program pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil terpadu; b. terselenggaranya pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau Kecil berbasis masyarakat; c. terciptanya keseimbangan pembagian wewenang dan tanggung jawab antara pemerintah pusat, propinsi dan kabupatenkota dalam pelaksanaan program-program pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil; d. terciptanya kepastian hukum bagi pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat dan dunia usaha; dan d. d. d. d. e. meningkatnya kesejahteraan masyarakat dan lain pemangku kepentingan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Ruang Lingkup Pasal 5 Ruang lingkup pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil menurut undang-undang ini meliputi: a. pengaturan pengelolaan wilayah pesis ir dan pulau-pulau kecil mulai dari perencanaan, pemanfaatan, pelaksanaan, pengendalian, pengawasan, akreditasi program, pengakuan hak dan pemberdayaan masyarakat, kewenangan, kelembagaan, pencegahan dan penyelesaian sengketa; b. dalam hal jarak pulau yang satu dengan lain lebih dari 12 mil laut, maka perencanaan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dalam satu bioecoregion pengelolaan; dan c. Undang-undang ini berlaku di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. 9

BAB III PERENCANAAN PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU

KECIL TERPADU Bagian Pertama Perencanaan Terpadu Paragraf 1 Umum Pasal 6 1 Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah KabupatenKota menyusun erencanaan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil terpadu dengan melibatkan masyarakat. 2 Unsur-unsur Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Terpadu sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, terdiri dari: a. rencana strategis; b. rencana tata ruang dan zona; c. rencana pengelolaan; dan d. rencana aksi. 3 Rencana strategis sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 huruf a berfungsi dalam menetapkan strategi untuk mencapai visi, tujuan, dan sasaran program pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, yang dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten Kota dan berlaku selama 20 dua puluh tahun. 4 Rencana tata ruang dan zona sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 huruf b berfungsi dalam pengalokasian ruang pesisir dan pulau-pulau kecil terdiri dari rencana tata ruang pesisir dan pulau-pulau kecil Provinsi, dan KabupatenKota serta rencana zona rinci bagi lokasi-lokasi tertentu, dan berlaku selama 20 dua puluh tahun. 5 Rencana pengelolaan sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 huruf c berfungsi mengarahkan pengelolaan sumberdaya pesisir secara seimbang antara aspek pemanfaatan dan perlindungan, pada suatu kawasan yang diprioritaskan, sesuai dengan peruntukkannya, berlaku 5 lima tahun dan wajib ditinjau kembali sekurang-kurangnya 1 satu kali. 6 Rencana aksi sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 huruf d berfungsi dalam menuntun penetapan kegiatan beserta alokasi sumberdayanya, sesuai dengan rencana pengelolaan dan berlaku maksimal 3 tiga tahun. 7 Pemerintah Provinsi, Pemerintah KabupatenKota wajib menyusun rencana strategis dan rencana tata ruang secara terpadu sesuai dengan kewenangannya masing-masing di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. 8 Pemerintah KabupatenKota dapat menyusun rencana zona dan zona rinci di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil bagi lokasi tertentu. 9 Pemerintah KabupatenKota dapat menyelenggarakan penyusunan rencana pengelolaan dan rencana aksi pada kawasan pesisir sesuai dengan kebutuhannya. Paragraf 2 Proses Perencanaan Pasal 7 1 Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah KabupatenKota wajib memiliki dan mengelola data dan informasi yang dapat dipertanggungjawabkan, akurat, lengkap, terkini dan sesuai kebutuhan mengenai sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil 2 Pemerintah Provinsi dan Pemerintah KabupatenKota melakukan inisiatif penyusunan rencana strategis dan rencana tata ruang secara terpadu, sesuai dengan kewenangannya masing- masing di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. 3 Masyarakat pesisir, dunia usaha, atau pihak lainnya dapat melakukan inisiatif penyusunan rencana zona rinci, sepanjang sesuai dengan peruntukkannya dan disetujui oleh Pemerintah