Evaluator Program EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM CERDAS ISTIMEWA (CI) AKSELERASI DI SMA NEGERI 5 YOGYAKARTA.
23 Model ini dikembangkan oleh Michael Scriven, yang cara kerja dari
evaluasi ini adalah berlawanan dari model yang dikembangkan oleh Tyler. Menurut Michael Scriven, dalam melaksanakan evaluasi program evaluator tidak
perlu memperhatikan apa yang menjadi tujuan program. Yang perlu diperhatikan adalah bagaimana kerjanya program, dengan jalan mengidentifikasi penampilan-
penampilan yang terjadi, baik hal-hal positif yang diharapkan maupun hal negatif yang tidak diharapkan.
c. Model formatif dan sumatif Formatif Sumatif Evaluation Model
Model evaluasi ini dikembangkan oleh Michael Scriven. Pada model evaluasi ini, evaluator melakukan evaluasi formatif, yaitu evaluasi yang
dilaksanakan pada saat program sedang berjalan. Adapun tujuan evaluasi formatif adalah untuk mengetahui sejauh mana program dirancang dapat berlangsung,
sekaligus mengidentifikasi hambatan. Evaluator dalam hal ini juga melakukan evaluasi sumatif, yaitu evaluasi yang dilakukan setelah program berakhir. Tujuan
evaluasi sumatif adalah untuk mengukur ketercapaian sebuah program. Wirawan 2012:86-89 membedakan tujuan evaluasi formatif dan sumatif
sebagai berikut: 1
Tujuan Evaluasi Formatif a
Untuk mengukur hasil pelaksanaan program secara periodik. b
Untuk mengukur apakah klienpartisipan bergerak ke arah tujuan direncanakan.
c Untuk mengukur apakah sumber-sumber telah dipergunakan sesuai dengan
rencana.
24 d
Untuk menentukan koreksi apa yang harus dilakukan jika terjadi penyimpangan target tujuan, waktu, dan biaya tidak tercapai.
e Untuk menentukan koreksi apa yang harus dilakukan jika terjadi
penyimpangan. f
Memberikan balikan. 2
Tujuan Evaluasi Sumatif a
Menentukan sukses keseluruhan pelaksanaan program. b
Menentukan apakah tujuan umum dan tujuan khusus program telah tercapai.
c Menentukan apakah klien mendapatkan manfaat dari program.
d Menentukan komponen yang mana yang paling efektif dalam program.
e Menentukan keluaran yang tidak diantisipasi dari program.
f Menentukan cost dan benefit program.
g mengkomunikasikan temuan evaluasi kepada para pemangku kepentingan.
h Mengambil keputusan apakah, program harus dihentikan, dikembangkan,
atau dilaksanakan di tempat lain. d.
Model evaluasi deskripsi pertimbangan Countenance Evaluation Model Model evaluasi ini dikembangkan oleh Stake yang menekankan pada
adanya pelaksanaan dua hal pokok, yaitu : 1
Deskripsi Description, yaitu berisi maksud atau tujuan yang diharapkan oleh program dan pengamatan apa yang sesungguhnya terjadi.
2 Pertimbangan Judgement, yaitu membandingkan kondisi hasil dengan yang
terjadi di program lain dengan objek sasaran sama, dan membandingkan
25 dengan standar yang diperuntukkan bagi program yang didasarkan pada
tujuan. Serta membedakan adanya tiga tahap dalam evaluasi program yaitu: 1
anteseden antecedentscontext yang diartikan sebagai konteks, 2 transaksi transactionprocess yang diartikan sebagai proses, dan 3 keluaran output-
outcomes yang diartikan sebagai hasil. e.
Model evaluasi responsif Responsive Evaluation Model Model ini dikembangkan oleh Robert E. Stake. Adapun tujuan dari
evaluasi ini adalah untuk memahami semua komponen program melalui berbagai sudut pandang yang berbeda. Model ini kurang percaya terhadap hal-hal yang
bersifat kuantitatif. Instrumen yang digunakan pada umumnya mengandalkan observasi langsung maupun tak langsung dengan interpretasi data impresionistik.
Langkah-langkah kegiatan evaluasi meliputi observasi, merekam hasil wawancara, mengumpulkan data, mengecek pengetahuan awal peserta didik.
Model ini memiliki kelebihan dan kekurangan yaitu: 1
Kelebihan: peka terhadap berbagai pandangan dan akomodasi pendapat yang ambisius serta tidak fokus;
2 Kekurangan: pembuat keputusan sulit menentukan prioritas atau
penyederhanaan informasi, tidak mungkin menampung semua sudut pandang dari berbagai kelompok, membutuhkan waktu dan tenaga.
f. Model dari UCLA yaitu CSE CSE-UCLA Evaluation Model
UCLA merupakan singkatan dari University of California Los Angeles, sedangkan CSE adalah Center for Study of Evaluation. Model CSE-UCLA
26 mempunyai lima tahapan evaluasi yaitu: perencanaan, implementasi, hasil dan
dampak. Model ini disempurnakan oleh Fernandes menjadi empat tahapan, yaitu : 1
Need Assesment. Dalam tahap ini evaluator memusatkan perhatian pada penentuan masalah, hal yang perlu dipertimbangkan, kebutuhan yang
terpenuhi dan tujuan jangka panjang yang dapat dicapai. 2
Program Planning. Dalam tahap ini evaluator megumpulkan data yang terkait langsung dengan program dan mengarah pada pemenuhan kebutuhan yang
telah diidentifikasikan pada tahap kesatu. Dalam tahap perencanaan ini program yang akan dievaluasi bertujuan untuk mengetahui rencana yang telah
disusun berdasarkan analisis kebutuhan dan tidak terlepas dari tujuan yang telah dirumuskan.
3 Formative Evaluation. Dalam tahap ketiga ini evaluator berpusat pada
keterlaksanaan program. Dengan demikian, evaluator diharapkan betul-betul terlibat dalam program karena harus mengumpulkan data dan berbagai
informasi dari pengembang program. 4
Summative Evaluation. Dalam tahap ini evaluator mengumpulkan semua data tentang hasil dan dampak dari program. Melalui evaluasi sumatif ini,
diharapkan dapat diketahui apakah tujuan yang dirumuskan untuk program sudah tercapai, dan jika belum dicari bagian mana yang belum dan apa
penyebabnya. g.
Model evaluasi kesenjangan Discerpancy Model Model evaluasi ini dikembangkan oleh Malcolm Provus yang menekankan
adanya kesenjangan di dalam pelaksanaan program. Dalam model evaluasi ini,