Analisis Masalah dan Kebutuhan: Tahap berikutnya adalah mengolah, Penginformasian Rencana Kebijakan: Berdasarkan laporan hasil Perumusan Tujuan Kebijakan: Setelah mendapat berbagai saran dari

2 8 Departemen Sosial tidak ada. Kemudian muncul ide dan diberikan peluang oleh sekjen Depsos untuk mengangkat mereka sebagai tenaga Sakti Peksos 3. Saat itu Sekjen menyatakan bisa mengusahakan anggaran guna memberikan honor bagi mereka, maka dilaksanakan rekruitmen terhadap 100 orang alumni jurusan Kesejahteraan Sosial sebagai tenaga kontrak. Perekrutan dilaksanakan sama seperti proses rekruitmen bagi CPNS. Mengacu pada model perumusan kebijakan sebagaimana pendapat Gilbert dan Specht 1986 pada bab II, proses perumusan kebijakan Sakti Peksos dapat dianalisis sebagai berikut:

1. Tahap Identifikasi a. Identifikasi Masalah dan Kebutuhan: tahap pertama dalam

perumusan kebijakan sakti peksos menurut informasi dari Biro Orpeg dan Ditjen Pelayanan dan rehabilitasi Sosial diawali dengan survei. Namun bila melihat instrumen yang ada, survei ini tidak secara khusus mengidentifikasi masalah dan kebutuhan panti terhadap tenaga sakti peksos, tetapi instrumenya berisi seleksi penerima bantuan peningkatan sarana prasarana dan seleksi panti masyarakat. Tidak ada tim khusus survei yang dibentuk oleh Departemen Sosial. Hasil wawancara dengan pimpinan pengelola panti juga menginformasikan tidak adanya survei tentang kebutuhan panti akan tenaga sakti peksos.

b. Analisis Masalah dan Kebutuhan: Tahap berikutnya adalah mengolah,

memilah, dan memilih data mengenai masalah dan kebutuhan masyarakat yang selanjutnya dianalisis dan ditranformasikan ke dalam laporan yang terorganisasi. Hasil survei yang menyangkut kebutuhan dan analisis kebutuhan panti terhadap sakti peksos juga tidak dapat diketahui, karena tidak ada laporan khusus tentang hasil survei. Kebutuhan tenaga Sakti Peksos menurut pertimbangan Direktorat Rehabilitasi dan Pelayanan Sosial dikaitkan dengan perlunya pendampingan bagi panti yang menerima subsidi panti.

c. Penginformasian Rencana Kebijakan: Berdasarkan laporan hasil

analisis disusunlah rencana kebijakan. Rencana ini kemudian disampaikan kepada berbagai sub sistem masyarakat yang terkait 2 9 dengan isu-isu kebijakan sosial untuk memperoleh masukan dan tanggapan. Rencana kebijakan sakti peksos dikomunikasikan dengan unit terkait di lingkungan kantor pusat Departemen Sosial. Sedangkan panti merupakan obyek atau dijadikan sasaran untuk menerima dan melaksanakan hasil dari kebijakan ini. Sementara Instansi sosial provinsi hanya sebatas menerima informasi tentang kebijakan ini, meskipun dalam FGD di daerah banyak peserta yang mengaku baru mengetahui kebijakan Sakti Peksos saat itu.

d. Perumusan Tujuan Kebijakan: Setelah mendapat berbagai saran dari

masyarakat dilakukanlah berbagai diskusi dan pembahasan untuk memperoleh alternatif-alternatif tujuan kebijakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa diskusi dilakukan antar unit terkait yang melibatkan Biro Orpeg, Ditjen Yanrehsos, Badiklit Pusdiklat dan tidak melibatkan panti. Secara ekplisit tujuan tersebut dinyatakan di buku panduan, yaitu 1 Peningkatan kuantitas dan kompetensi Pekerja Sosial Profesional sebagai pelaku penyelenggaraan kesejahteraan sosial, dan 2 Peningkatan kualitas pelayanan kesejahteraan sosial pada panti sosial masyarakat yang berbasiskan profesi pekerjaan sosial. Secara implisit penyelenggara kebijakan mengakui bahwa kebijakan ini sekaligus mengarah pada pendayagunaan lulusan Perguruan Tinggi jurusan pekerjaan kesejahteraan sosial, termasuk STKS dan perlunya pendampingan panti yang menerima subsidi.

e. Pemilihan Model Kebijakan: Pemilihan model kebijakan dilakukan