anak  didik,  pergaulan  disekolah  antar  guru  maupun  murid,  bagaimana menyampaikan  materi  pelajaran  agar  sesuai  dengan  kurikulum  namun
tetap  memperhatikan  kemampuan  murid,  menjalin  hubungan  yang harmonis  dengan  masyarakat  dan  orang  tua  murid  dalam  rangka
mengemban tugas pendidikan. Adapun hubungan guru dengan peserta didik diantaranya :
1 Guru berperilaku secara profesional dalam melaksanakan tugas
mendidik,mengajar,membimbing,mengarahkan,melatih ,menilai dan mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran.
2 Guru membimbing peserta didik untuk memehami, menghayati
dan mengamalkan
hak-hak dan
kewajiban sebagai
individu,warga sekolah,dan anggota masyarakat. 3
Guru  mengetahui  bahwa  setiap  peserta  didik  memiliki karakteristik  secara  individu  dan  masing-masing  berhak  atas
layanan pembelajaran. 4
Guru  menghimpun  informasi  tentang  peserta  didik  dan menggunakaknya untuk kepentingan proses kependidikan.
5 Guru  secara  perseorangan  atau  bersama-sama  secara  terus-
menerus berusaha
menciptakan, memelihara,
dan mengembangkan  suasan  sekolah  yang  menyenangkan  sebagai
lingkungan belajar yang efektif dan efisien bagi peserta didik 6
Guru  menjalin  hubungan  dengan  peserta  didik  yang  dilandasi rasa  kasih  sayang  dan  menghindarkan  diri  dari  tindakan
kekerasan fisik yang luar batas kaidah pendidikan. 7
Guru  berusaha  secara  manusiawi  untuk  mencegah  setiap gangguan  yang  dapat  mempengaruhi  perkembangan  negatif
bagi peserta didik. 8
Guru secara
langsung mencurahkan
usaha-usaha profesionalnya
untuk membantu
peserta didik
dalam mengembangkan  keseluruhan,termasuk  kemampuan  untuk
berkarya. 9
Guru  menunjang  tinggi  harga  diri,integritas,  dan  tidak  sekali-
kali merendahkan martabat peserta didik 10
Guru  bertindak  dan  memandang  semua  tindakan  peserta didiknya secara adil
11 Guru  terpanggil  hati  nurani  dan  moralnya  untuk  secara  tekun
dan  penuh  perhatian  bagi  pertumbuhan  dan  perkembangan peserta didiknya
9
Penulis  sendiri  berpendapat,  bahwa  guru  adalah  seseorang  yang karena  panggilan  jiwanya,  sebagian  besar  waktu,  tenaga  dan  pikirannya
digunakan  untuk  mengajarkan  ilmu  pengetahuan,  ketrampilan  dan  sikap kepada orang lain di sekolah atau lembaga pendidikan formal.
2. Kompetensi guru
Salah  satu  kompetensi  yang  harus  dimiliki  guru  adalah kompetensi  kepribadian.  Kompetensi  merupakan  prasyarat  mutlak
seorang profesional.
Tanpa didukung
kompetensi dalam
bidangnya,seseorang  bukanlah  profesional  sejati,  melainkan  sebatas profesional dalam ranah administrasi.
10
Istilah  kompetensi  dalam    rumusan  resmi    dalam  Undang –Undang
RI  Nomor  14  Tahun  2005  pada  Bab  1  pasal  1  ayat  10  kompetensi  adalah seperangkat  pengetahuan,ketrampilan,dan  perilaku  yang  harus  dimiliki,
dihayati, dan
dikuasai oleh
guru dalam
melaksanakan tugas
keprofesionalan.
11
Dalam  proses  belajar  mengajar  akan  terjadi  interaksi  antara  guru dan  siswa  atau  antara  siswa  dengan  guru.  Dalam  interaksi  tersebut  guru
tidak  hanya  berperan  sebagai  pengajar  tetapi  sekaligus  sebagai  pendidik, oleh karena itu guru harus memiliki kompetensi.
Kompetensi  dalam  arti  bahasa  Indonesia  merupakan  serapan  dari bahasa  Inggris,  comptence  yang  berarti  kecakapan  dan  kemampuan  .
Kompetensi  adalah  kumpulan  pengetahuan,  perilaku,  dan  keterampilan
9
Barnawi  Mohammad Arifin, Etika  profesi kependidikan jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2012 hal.59
10
Barnawi  Mohammad Arifin, Etika  Profesi Kependidikan jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2012 hal.37
11
Asrorun, Ni’am Sholeh, Membangun profesional guru jakarta : Paramuda,2006 h.158
yang  harus  di,iliki  guru  untuk  mencapai  tujuan  pembelajaran  dan pendidikan.kompetensi  diperoleh  melalui  pendidikan  pelatihan,  dan
belajar mandiri dengan memanfaatkan sumber belajar. Pemaknaan  kompetensi  dari  sudut  istilah  mencakup  beragam
aspek,  tidak  saja  terkait  dengan  fisik  dan  mental,  tetapi  juga  aspek spiritual.  Menurut  Mulyasa  :
“  Kompetensi  guru  merupakan  perpaduan antara  kemampuan  personal,  keilmuan,  teknologi,  sosial,  dan  spiritual
yang  secara  kafah  membentuk  kompetensi  standar  profesi  guru,  yang mencakup  penguasaan  materi,  pemahaman  terhadap  peserta  didik,
pembelajaran yang mendidik,pengembangan pribadi dan profesionalitas ”.
Kompetensi  terkait  dengan  kemampuan  beradaptasi  terhadap lingkungan kerja baru, dimana seseorang dapat menjalankan tugas dengan
baik  berdasarkan  kemampuan  yang  dimilikinya.  Debling  menulis, “
Competence is a broad concept which embodies the ability to transfer and knowledge to new situation within the occupational area ”
12
Kepribadian  adalah  persyaratan  yang  harus  dimiliki  seorang  guru yang ingin menjadi profesional dalam kaitannya dengan sikap dan perilaku
dalam kehidupan sehari- hari. Sebagaimana diungkapkan bahwa guru adalah seseorang yang harus digugu dan harus ditiru,khususnya oleh murid. Sebagai
seseorang  yang  harus  digugu  dan  ditiru,dengan  sendirinya  secara  internal bahwa seorang guru harus memiliki kepribadian dan perilaku yang baik.
Kompetensi  kepribadian  yang  baik  akan  akan  mempengaruhi kesuksesan  dalam  mendidik  murid.guru  harus  memiliki  sifat
–  sifat kepribadian  pendidik  yang  mencerminkan    insan  mulia  yang  patut  ditiru.
Bagi  guru  maupun  calon  guru  perlu  mencontoh  figur  guru  yang  memiliki kepribadaian  ideal  yang  sukses  dalam  mendidik.  Tokoh  Barat  bernama
Michael  Hart  Mengaggumi  Nabi  Muhammad  dengan  metetakan  posisinya pada urutan pertama dalam bukunya yang berjudul Seratus Tokoh yang Pling
Berpengaruh  dalam  Sejarah.  Meskipun  sudah  13  abad  beliau  wafat,  tetapi pengaruhnya  masih  sangat  kuat  dan  menadalam  secara  berakar  dalam  hati
12
Musfah, Jejen, Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori dan Praktik , Jakarta : Kencana, 2011  hal.27
pengikutnya. Selain  itu,  Robert  L.  Gullick  Jr.  Dalam  bukunya  yang  berjudul
Muhammad,  the  Educator    Firmansyah,  2008  menguji  Nabi  Muhammad sebagai  guru  besar  sejati  denga
n  menyatakan  :  “Muhammad  merupakan seorang  pendidik  yang  membimbing  manusia  menuju  kemerdekaan  dan
kebahagiaan yang lebih besar. Tidak dapat dibantah lagi bahwa Muhammad sungguh  telah  melahirkan  ketertiban  dan  stabilitas  yang  mendorong
ketertiban  Islam,  suatu  revolusi  sejati  yang  memiliki  tempo  yang  tidak tertandingi  dan  gairah  menyenangkan.  Keluhuran  dan  budi    dan  sifat
keteladanan yang beliau miliki telah difirmankan secara jelas oleh Allah Swt dalam Al-Quran :
“Sesungguhnya  telah  ada  pada    diri    Rasulullah  itu  suri  teladan yang baik bagimu  yaitu  bagi orang yang mengharap  rahmat  Allah dan
kedatangan  hari kiamat dan Dia banyak menyebut nama Allah .” QS Al- Ahzab : 21.
13
Adapun  kompetensi  kepribadian  guru  berdasarkan  peraturan pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 Pasal 3 sekurang
–kurangnya mencakup : 1  beriman  dan  bertakwa  2  berakhlak  mulia  3  arif  dan  bijaksana  4
demokratis  5  mantap  6  berwibawa  7  stabil  8  dewasa  9  jujur  10 sportif 11 menjadi teladan bagi peserta dididk dan masyarakat 12 secara
objektif  mengevaluasi  kinerja  sendiri  13  mengembangkan  diri  secara mandiri dan berkelanjutan.
14
Guru  harus  memiliki  kepribadian  yang  demokratis,arif,  dan bijaksana,  serta  berwibawa.  Dalam    menjalankan  tugasnya,  guru  kerap  kali
dihadapkan  pada  situasi  yang  menuntut  ia  membuat  keputusan.  Keputusan itu seharusnya diselesaikan dengan arif, yaitu berdasarkan pada kemanfaatan
peserta didik, sekolah, dan  masyarakat,serta menunjukan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak. Keterbukaan dalam berpikir dan bertidak ditunjukan
dengan    menampung  setiap  masukan  yang  muncul.  Dengan  kata  lain,  guru harus  bertindak  demokratis  untuk  menghasilkan  keputusan  yang  bijaksana.
13
Barnawi  Mohammad Arifin, Etika  profesi kependidikan jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2012 hal.157
14
Ibid. hal.159
Keputusan  yang  bijaksana  akan  dapat  menjaga,  bahkan  meningkatkan wibawa  guru.  Kepribadian  guru  yang  berwibawa  ditandai  dengan  perilaku
yang  berpengaruh  positif  pada  peserta  didik  dan  memiliki  perilaku disegani.
15
3. Jenis-Jenis Kompetensi Guru
Berbagai  perkembangan kehidupan yang pesat  dan tantangan  yang semakin komplek telah menuntut agar guru selalu besifat profesional,guru
harus  memiliki  kompetensi  tertentu  dengan  kualifikasi  akademik  yang layak.  Dalam  hal  ini,  guru  sesuai  dengan  ketentuan  Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, yang diperjelas lagi oleh Peraturan  Pemerintah  Republik  Indosesia  Nomor  74  Tahun  2008  tentang
Guru  sebagai  ...pendidik  profesional  dengan  tugas  utama  mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta  didik  pada  pendidikan  anak  usia  dini  jalur  pendidikan  formal, pendidikan  dasar,  pendidikan  menengah.  pasal  1  ayat  1,  PP
No.742008.
16
Dalam perspektif kebijakan nasional, pemerintah telah merumuskan empat  jenis  kompetensi  guru,  sebagaimana  tercantum  dalam  Penjelasan
Peraturan  Pemerintah  No  19  Tahun  2005  tentang  Standar  Nasional Pendidikan, yaitu : kompetensi pedagis, kepribadian, sosial dan profesional.
Guru  diharapakan  dapat  menjalankan  tugasnya  secara  profesional dengan memiliki dan menguasai keempat kompetensi tersebut. Kompetensi
yang  harus  dimiliki  pendidik  itu  sungguh  sangat  ideal  sebagaimana tergambar dalam peraturan pemerintah tersebut.
Berikut  ini  dijelaskan  hal-hal  yang  terkait  kompetensi  guru  itu. Penjelasan  ini  diharapkan  dapat  membantu  guru  untuk  lebih  memahami
segala  hal  yang  terkait  dengan  kompetensi  yang  harus  sesegera  mungkin dicapai agar ia benar- benar bisa disebut guru profesional.
17
15
Ibid.hal.163
16
Suryono Haryanto, Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar Bandung : PT Rosda, 2011h. 185
17
Musfah, Jejen, Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori dan Praktik , Jakarta : Kencana, 2011  hal.30-32
a. Kompetensi Pedagogis
Tugas  guru  yang  utama  ialah  mengajar  dan  mendidik  murid dikelas  dan  diluar  kelas.  Guru  selalu  berhadapan  dengan  murid  yang
memerlukan  pengetahuan,  keterampilan,  dan  sikap  utama  untuk menghadapi hidupnya dimasa depan. Menurut Badan Standar Nasional
Pendidikan, yang dimaksud dengan kompetensi pedagogis adalah : Kemampuan dalam mengelola peserta didik yang meliputi : a
pemahaman wawasan atau landasan pendidikan b pemahaman tentang  peserta  didik  c  pengembangan  kurikulumsilabus  d
perancangan  pembelajaran  e  pelaksanaan  pembelajaran  yang mendidik  dan  dialogis  f  evaluasi  hasil  belajar  dan  g
pengembangan  peserta  didik  untuk  mengaktualisasi  berbagai potensi yang dimilikinya.
pemahaman  wawasan  atau  landasan  pendidikan.  Seorang  guru harus  memahami  hakikat  pendidikan  konsep  yang  terkait  dengannya.
Diantaranya  yaitu  fungsi  dan  peran  lembaga  pendidikan,  konsep pendidikan seumur hidup dan berbagai implikasinya, peranan keluarga dan
masyarakat  dalam  pendidikan,  pengaruh  timbal  balik  antara  sekolah, keluarga,  dan  masyarakat,  sistem  pendidikan  nasional  dan  inovasi
pendidikan. Pemahaman  yang  benar  tentang  konsep  pendidikan  tersebut  akan
membuat guru sadar posisi strategisnya di tengah masyarakat dan perannya yang sangat besar bagi upaya pencerdasan generasi bangsa. Joseph Fischer
menulis : “ pendidikan adalah penanaman pengetahuan, keterampilan, nilai, dan perilaku melalui prosedur yang standar.”
pemahaman  tentang  peserta  didik. “  Guru  harus  mengenal  dan
memehami  siswa  dengan  baik,  memahami  tahapan  perkembangan  yang telah  dicapainya,  kemampuannya,  keunggulan  dan  kekurangannya,
hambatan yang  dihadapi  serta  faktor  dominan  yang  memengaruhinya.”.
Pada  dasarnya  anak-anak  itu  ingin  tahu,  dan  sebagian  tugas  ialah membantu
perkembangan keingintahuan
tersebut, dan
membuat
merekalebih ingin tahu. Horowitz,  et  al    Darling-  Hammond  dan  Bransford,  2005  :  88
18
dalam  Educating  Teacher  for  Developmentally  Appropriate  Practice, menjelaskan tentang kriteria guru yang baik dan efektif berikut ini :
Guru  yang  baik  memahami  bahwa  mengajar  bukan  sekedar berbicara,  dan  belajar  bukan  sekedar  mendengarkan.  Guru  yang
efektif  mampu  menunjukan  bukan  hanya  apa  yang  ingin  mereka ajarkan,  namun  juga  bagaimana  siswa  dapat  memahami  dan
menggunakan  pengetahuan  dan  keterampialan  baru.  Selanjutnya mereka  tahu  apa  yang  dibutuhkan  siswa,  maka  mereka  memiliki
tugas  produktif,  dan  mereka  menyusun  tugas  ini  melalui  cara menimbulkan
pemahaman. Akhirnya,
mereka memantau
keterlibatan siswa disekolah, belajar produktif, dan tumbuh sebagai anggota masyarakat yang kooperatif dan bijaksana yang akan dapat
berpartisipasi di masyarakat. Guru harus memahami bahwa semua siswa dalam  seluruh konteks
pendidikan itu unik. Dasar pengetahuan tentang keragaman sangat penting, dan termasuk  perbedaan dalam  kecerdasan, emosional,  bakat,  dan bahasa.
Demikian  juga  seorang  guru  harus  meperlakukan  siswa  dengan  respek, apakah ia dari keluarga miskin atau kaya. Guru harus mampu mengarahkan
siswa  untuk  fokus  pada  kemampuannya  dalam  bidang  tertentu  dan menunjukan cara yang tepat untuk meraihnya.
Pengembangan kurikulum  silabus. Setiap guru menggunakan buku sebagai  bahan  ajar.  Buku  pelajaran  bnayak  tersedia  demikian  buku
penunjang.  Guru  dapat  mengadaptasikan  materi  yang  akan  diajarkan  dari buku-  buku  yang  telah  distandarisasi  oleh  Depdiknas,  tepatnya  Badan
Standardisasi  Nasional  Pendidikan  BSNP  .  Singkatnya  guru  tidak  perlu repot menulis buku sesuai dengan bidangnya.
Meskipun demikian,
guru harus
memperhatikan proses
pengembangan kurikulum,  yang menurut Miller dan Saller mencakup tiga
18
Ibid
hal : 1.
Menyusun tujuan umum dan tujuan khusus 2.
Mengindentifikasi materi yang tepat 3.
Memilih strategi belajar mengajar Guru  harus  memehami  hakikat  kurikulum.  Doll  menyatakan
“ definisi  kurikulum  yang  telah  di  terima  secara  umum  telah  berubah  dari
materi  dan  daftar  pelajaran  menjadi  seluruh  pengalaman  yang  diberikan pada  siswa  dibawah  bimbingan  sekolah.sama  dengan  Doll,  Eisner
menjelaskan  mak na  kurikulum  yaitu  “  seluruh  pengalaman  yang  dialami
anak di bawah pengawasan sekolah”. Pengalaman ini sebagai besar telah didesain oleh sekolah sebelumnya. Ia juga menjelaskan bahwa “ kurikulum
sekolah  atau  pelatihan,  atau  kelas  dapat  dibuat  sebagai  seri  pertunjukan yang dimaksudkan dapat mendidik satu atau lebih.
Perancangan  pembelajaran.  guru  mengetahui  apa  yang  akan diajarkan  pada  siswa.  Guru  menyiapkan  metode  dan  media  pembelajaran
setiap  akan  mengajar.perancangan  pembelajaran  menimbulkan  dampak positif  berikut  ini.  Pertama,  siswa  akan  selalu  mendapatkan  pengetahuan
baru  dari  guru.  Kedua,  menumbuhkan  kepercayaan  siswa  pada  guru, sehingga  mereka  akan  senang  dan  giat  belajar.  Ketiga  ,  belajar  akan
menjadi  aktivitas  yang  menyenangkan dan ditunggu-tunggu oleh dan bagi siswa, akrena mereka merasa tidak akan sia-sia datang belajar ke kelas.
19
Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis. Pada anak- anak  dan  remaja,  inisiatif  belajar  harus  muncul  dari  para  guru,  karena
mereka  pada  umumnya  belum  memahami  pentingnya  belajar.  Maka  guru harus  mampu  menyiapkan  pembelajaran  yang  menarik,  menantang,  dan
tidak menoton, baik dari sisi kemasan maupun isi atau materinya. Evaluasi  hasil  belajar.  Kesuksesan  seorang  guru  sebagai  pendidik
profesional  tergantung  pada  pemahaman  terhadap  penilaian  pendidikan, dan kemampuan berkerja efektif dalam penilaian. “Penilaian adalah proses
pengumpulan dan pengelolaan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar  peserta  didik
”.  Penilaian  hasil  pembelajaran  mencakup  aspek
19
Ibid. hal 36
kognifif,  psikomotorik,  dan  afektif  sesuai  dengan  karakteristik  mata pelajaran.
Pengembangan  peserta  didik  untuk  mengaktualisasikan  berbagai potensi yang dimilikinya. Belajar merupakan proses di mana pengetahuan,
konsep,  keterampilan  dan  perilaku  diperoleh,  dipahami,  diterapkan  dan dikembangkan. Anak- anak mengetahui perasaan mereka melalui rekannya
belajar. Pendidik  harus  memiliki  kualifikasi  dan  kompetensi  sebagai  agen
pembelajaran  learning  agent  .  yang    dimaksud  dengan  pendidik  sebagai agent  pembelajaran  ialah  “  peran  pendidik  antara  lain  sebagai  fasilitator,
motivator, pemacu, dan pemberi inspirasi belajar bagi peserta didik.
b. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian , yaitu “ kemampuan kepribadian yang a berakhlak  mulia  b  mantap,  stabil  dan  dewasa  c  arif  dan  bijaksana  d
menjadi teladan e mengevaluasi kinerja sendiri f mengembangan diri g religius “. BNSP, 2006 : 88
20
Berakhlak  mulia. “  pendidikan  nasional  yang  bermutu  diarahkan
untuk  pengembangan  potensi  peserta  didik  agar  menjadi  manusia  tang beriman  dan  bertakwa  kepada  Tuhan  Yang  Maha  Esa,  berakhlak  mulia,
sehat,  berilmu,  cakap,  kreatif,  mandiri  dan  menjadi  warga  negara  yang demokratis serta tanggung jawab”.
Mantap,  stabil,  dan  dewasa. Menurut  Husain  dan  Ashraf    “  jika
disepakati  bahwa  pendidikan  bukan  hanya  melatih  manusia  untuk  hidup, maka  karakter  guru  merupakan  hal  yang  sangat  penting.”itu  sebabnya,
menurut  Husain  dan  Ashraf  : “  Meskipun  murid  pulang  kerumah
meninggalkan  sekolah  atau  kampus  guru  mereka,  mereka  tetap menyenangkan  dalam  hati  dan  pikiran  mereka,  kenangan  tentang
kepribadian  yang  agung  di  mana  mereka  pernah  berinteraksi  dalam  masa tertentu  dalam  hidup  mreka.  Guru  harus  memiliki  standar  kulitas  pribadi
20
Ibid. hal.42
tertentu  yaitu  mencakup  tanggung  jawab,  wibawa,  mandiri,  dan  disiplin ”.
Tulis Mulyasa, minimal ada tiga ciri kedewasaan antara lain : Pertama,  orang  yang  telah  dewasa  memilki  tujan  dan
pedoman  hidup,  yaitu  sekumpulan  nilai  yang  ia  yakini kebenarannya  dan  menjadi  pegangan  dan  pedoman  hidupnya.
Kedua,  orang  dewasa  adalah  orang  yang  mampu  melihat  segala sesuatu secara objektif. Tidak hanya dipengaruhi oleh subjektivitas
dirinya.  Ketiga,  orang  yang  telah  bisa  bertanggung  jawab.  Orang dewasa adalah orang yang telah memiliki kemerdekaan, kebebasan,
tetapi di sisi lain dari kebebasan adalah tanggung jawab.
21
Arif  dan  bijaksana. “ guru bukan hanya menjadi seorang manusia
pembelajaran  tetapi  menjadi  pribadi  bijak,  seorang  saleh  yang  dapat mempengaruhi  pikiran  generasi  muda.”  Husain  dan  Ashraf  seorang  guru
tidak  boleh  sombong  dengan  ilmunya,  karena  merasa  paling  mengetahui dan terampil dibandingkan guru yang lainnya, sehingga menganggap remeh
dan rendah rekan sejawatnya. Menjadi  teladan.
Mulyasa  mengatakan,  “  Pribadi  guru  sangat berperan  dalam  membentuk  pribadi  peserta  didik.  Ini  dapat  dimaklumi
karena  manusia  merupakn  mahluk  yang  suka  mencontoh,  termasuk menc
ontoh  pribadi  gurunya  dalam  membentuk  pribadinya.”  “secara teoretis,  menjadi  teladan  merupakan  bagian  integral  dari  seorang  guru,
sehingga menjadi guru berati menerima tanggung jawab menjadi telatan”. Mengevaluasi  kinerja  sendiri.  Pengalaman  adalah  guru  terbaik
experience  is  the  best  teacher    demikian  pepatah  Inggris.  Pengalaman mengajar  merupakan  modal  besar  guru  untuk  meningkatkan  mengajar
dikelas.  pengalaman  di  kelas  memberikan  wawasan  bagi  guru  untuk memahami  karakter  anak-anak,  dan  bagaimana  cara  terbaik  untuk
menghadapi  keragaman  tersebut.  Guru  jadi  tahu  metode  apa  yang  terbaik bagi mata pelajaran apa, karena ia pernah mencoba berkali-kali.
Tujuan  evaluasi  kinerja  diri  adalah  untuk  memperbaiki  proses pembelajaran  dimasa  mendatang.  Umar  bin  Utbah  berkata  kepada  guru
21
Ibid. hal 46
anaknya : “ Hal pertama yang harus anda lakukan dalam mendidik anakku adalah  perbaiki  dirimu  sendiri,  karena  matanya  melihatmu.  Kebaikan
baginya adalah apa yang kau lakukan, dan keburukan adalah apa yang kau tingga
lkan”.
22
Mengembangkan diri. Diantara sifat yang harus di miliki guru ialah pembelajaran  yang  baik  atau  pembelajaran  mandiri,  yaitu  semangat  yang
besar  untuk  menuntut  ilmu.  Sebagai  contoh  kecil  yaitu  kegemarannya membaca  dan  berlatih  keterampilan  yang  dapat  menunjang  profesinya
sebagai pendidik. Berkembang dan bertumbuh hanya dapat terjadi jika guru mampu konsisten sebagai  membelajaran mandiri, yang cerdas manfaatkan
fsilitas pendidikan yang ada di sekolah dan lingkingannya. Husain  dan  Ashraf  mengutip  pendapat  Hossein  Nasr,  Baloch,
Aroosi, dan Badawi terkait dengan eksistensi dan peran guru : Pertama,  poros  utama  sistem  pendidikan  adalah  guru.
Kedua,  guru  tidak  hanya  menjadi  manusia  pembelajaran  man  of learning  namun juga harus menjadi manusia yang bermoral tinggi.
Ketiga,  dia  harus  menjadi  manusia  yang  mampu  menginspirasi orang  lain  untuk  antusiasi  apada  moral  dan  etik  yang  dia  katakan
dan  juga  ia  contohkan.  Keempat,  dia  harus  menjadi  orang mengajarkan keyakinannya. Tidak boleh ada kontradiksi antara apa
yang dia ajarkan dan keyakinan pribadinya.
23
Religius.  Ciri  religiositas  pada  kompetensi  kepribadian,  karena  ia erat  kaitannya  dengan  akhlak  mulia  dan  kepribadian  seorang  muslim.
Akhlak mulia timbul karena seseorang percaya pada Allah sebagai pencipta yang dimilki nama-nama baik  asmaul husna dan sifat yang terpuji. Budi
pekerti  yang  baik  tumbuh  subur  dalam  pribadi  yang  khusyuk  dalam menjalankan ibadah vertikal danharizontal. Pribadi yang selalu menghayati
ritual ibadah dan mengingat Allah akan melahirkan sikap terpuji. Aspek  tertinggi  dari  keberagaman  seseorang  ialah  saat  seluruh
22
Ibid. hal 48
23
Ibid. hal 49
aktivitas kehidupannya baik duniawi maupun ukhrawi hanya didasari untuk meraih keridhaan Allah SWT maka, seorang guru yang religius pasti akan
membimbing siswannya untuk memilki kepribadian yang luhur dan utama, terutama  akhlak  pada  Tuhan  lalu  akhlak  pada  sesama  makluk  hidup  di
sekelilingnya.  Ilmu  akan  hampa  dan  tidak  manfaat  bahkan  cenderung menghancurkan  nilai-nilai  kemanusiaan,  jika  tidak  dimilki  oleh  pribadi
yang  religius  dan  berakhlak.  Menurut  Muhammad  Qutb,  “  tujuan pendidikan Islam adalah membimbing manusia sedemikian rupa, sehingga
ia selalu tetap berada dalam hubungan dengan Allah SWT ”
c. Kompetensi Sosial
Seorang guru sama seperti manusia lainnya adalah makhluk sosial, yang  dalam  hidupnya  berdampingan  dengan  manusia  lainnya.  Guru
diharapkan  memberikan  contoh  baik  terhadap  lingkungannya  dengan menjalankan  hak  dan  kewajibannya  sebagai  bagian  dari  masyarakat
sekitarnya.  Guru  harus  berjiwa  sosial  tinggi,  mudah  bergaul  dan  suka menolong,  bukan  sebaliknya,  yaitu  individi  yang  tertutup  dan  tidak
memedulikan orang –orang sekitar disekitarnya.
Kompetensi sosial merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari  masyarakat  untuk  a  berkomunikasi  lisan  dan  tulisan  b
menggunakan  teknologi  komunikasi  dan  informasi  secara  fungsional  c bergaul  secara  efektif  dengan  peserta  didik,  sesama  pendidik,  tenaga
kependidikan,orang  tuawali  peserta  didik  dan  d  bergaul  secara  santun dengan masyarakat sekitar.
Menurut  Sukmadinata, “  diantara  kemampuan  sosial  dan  personal
yang  paling  mendasar  yang  harus  dikuasai  guru  adalah  cita-cita  semacam ini  dapat  diwujudkan  guru  melalui  :  pertama,  kesungguhan  mengajar  dan
mendidik  para  murid.  Tidak  peduli  kondisi  ekonomi,  sosial,politik,  dan medan yang dihadapinnya. Ia selalu semangat memberikan pengajaran bagi
muridnya.  Kedua,  pembelajaran  masyarakat  melalui  interaksi  atau komunikasi  langsung  dengan  mereka  di  beberapa  tempat  seperti  masjid,
majelis  taklim,  balai  desa  dan  pos  yandu.  Dalam  kontek  ini,  guru  bukan hanya  guru  bagi  para  muridnya,  tetapi  juga  guru  bagi  masyarakat  dan
lingkungannya.  Ketiga,  guru  menuangkan  dan  mengekspesikan  pemikiran dan  idenya  melalui  tulisan,  baik  dalam  bentuk  artikel,cerpen,novel,sajak,
maupun  artikel  ilmiah.keterampilan  dan  kepercayaan  diri  guru  dalam menulis  perlu  ditumbuhkan  melalui  pealtihan  dan  dorongan  kepada
sekolah.
24
d. Kompetensi Profesional
Tugas  guru  ialah mengajarkan  pengetahuan  kepada  muridnya.guru tidak  sekedar  mengetahui  materi  yang  akan  diajarkannya,  tetapi
memahaminya  secara  luas  dan  mendalam.oleh  karena  itu,  murid  harus selalu  belajar  untuk  memperdalam  pengetahuannya  terkait  mata  pelajaran
yang  diampuninya.  Menurut  Badan  Standar  Nasional  Pendidikan kompetensi profesional adalah :
Kemampuan menguasai materi pelajaran secara luas dan mendalam yang
meliputi :
a konsep,
struktur, dan
metode keilmuanteknologiseni yang menaungikohoren dengan materi ajar
b  materi  ajar  yang  ada  dalam  kurikulum  sekolah  c  hubungan konsep antara mata pelajaran tekait d penerapan konsep keilmuan
dalam  kehidupan  sehari-hari  dan  e  kometisi  secara  profesional dalam  konteks  global  dengan  tetap  melestarikan  nilai  budaya
nasional. Seorang  guru harus menjadi  orang  yang  special, namun lebih  baik
lagi  jika  ia  menjadi  spesial  bagi  semua  siswanya.guru  merupakan kumpulan  orang-orang  yang  pintar  di  bidangnya  masing-masing  dan  juga
dewasa dalam bersikap. Namun yang lebih penting lagi adalah bagaimana caranya guru tersebut dapat menularkan kepntarannya dan kedwsanaannya
tersebut  pada  para  siswanya  di  kelas.  Sebab  guru  adalah  jembatan  bagi lahirnya anak-anak cerdas dan dewasa di masa menadatang.
24
Ibid. hal.53
Menjadi  guru  profesional  bukan  hal  mudah.  Sebelum  mencapai tingakt expert ahli, guru harus melalui beberapa tahapan seperti dijelaskan
Berliner, “ Guru berkembang menjadi ahli melalui beberapa tingkatan dari pendatang  baru  novice  ke  pemula  lanjut,  kompeten,  pandai  proficient,
d an pada akhirnya ahli expert”.
Hammerness,  et  al.  Darling  Hammonf  dan  Bransford,2005:  361 dalam  How Teacher Learn and Develop menjelaskan tentang kemampuan
guru  yang  ahli,  bahwa  “  Guru  yang  ahli  mampu  melakukan  beragam aktivitas tanpa harus berhenti dan berpikir bagaimana melakukan hal itu”.
25
Seorang  guru  akan  mampu    melaksanakan  tugasnya  dengan  baik apabila  dia  memiliki  berbagai  Kemampuan  dasar  atau  kompetensi
keguruan yang dimilikinya.kompetensi guru ada empat yaitu: 1.
Mempumyai pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku manusia. 2.
Mempunyai pengetahuan dan menguasai bidang studi yang dibinanya. 3.
Mempunyai  sikap  yang  tepat  tentang  diri  sendiri,sekolah,teman sejawat dan bidang studi yang dibinanya
4. Mempunyai keterampilan teknik mengajar.
Penulis  sendiri  berpendapat  Kompetensi  guru  dapat  dipersempit menjadi  kompetensi  kepribadian,  kompetensi  atas  penguasaan  bahan
pengajaran  dan  kompetensi  dalam  cara  cara  mengajar,  menyangkut ketrampilan  menyusun  setiap  program  satuan  pelajaran,  demikian  pula
merencanakan  atau  menyusun  kegiatan  untuk  siswa  satuan  waktu, mempergunakan
dan mengembangkan
media pendidikan
dan mempergunakan semua metode mengajar.
Dari  penjelasan  tersebut  dapat  bahwa  kompetensi  merupakan kemampuan seseorang yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap
yang dapat diwujudkan dalam hasil kerja nyata yang bermanfaat bagi diri dan  lingkungannya.  Ketiga  aspek  kemampuan  ini  saling  terkaitan  dan
mempengaruhi  satu  sama  lain.  Kondisi  fisik  dan  mental  serta  spiritual
25
Ibid.hal.55
seseorang besar pengaruhnya terhadap produktivitas kerja seseorang, maka tiga  aspek  ini  harus  dijaga  pula  sesuai  standar  yang  disepakati.  Membagi
kompetensi  guru  dalam  tiga  bagian,  yaitu  “  bidang  kgnitif,bidang  sikap, bidang  perilaku    performance    .  Ketiga    kompetensi  ini  tidak  berdiri
sendiri, tetapi saling berhubungan dan mempengaruhi satu sama lain ”.
26
Dari    pendapat  di  atas  dapat  disimpulkan  bahwa  kompetensi  guru dapat dibagi menjadi 3 tiga bidang yaitu :
1 Kompetensi bidang kognitif
Kompetensi bidang kognitif  artinya kemampuan intelektual, seperti penguasaan  mata  pelajaran,  pengetahuan  mengenai  cara  mengajar,
pengetahuan  mengenai  belajar  dan  tingkah  laku  individual,  pengetahuan tentang  bimbingan  penyuluhan,  pengetahuan  tentang  administrasi  kelas,
pengetahuan  tentang  cara  menilai  hasil  belajar  siswa,  pengetahuan  tentang kemasyarakatan serta pengetahuan umum lainnya.
2 Kompetensi bidang sikap
Kompetensi  bidang  sikap,  artinya  kesiapan  dan  kesediaan  guru terhadap  berbagai  hal  yang  berkenaan  dengan  tugas  dan  profesinya.
Misalnya  sikap  menghargai  pekerjaan,  mencintai  dan  memiliki  perasaan senang  terhadap  mata  pelajaran  yang  dibinanya,  sikap  toleransi  terhadap
sesarria  teman  profesinya,  memiliki  kemauan  yang  keras  untuk meningkatkan hasil pekerjaannya.
3 Kompetensi Perilaku Performance
Kompetensi  perilaku  performance,  artinya  kemampuan  guru dalam  berbagai  ketrampilan  perilaku,  seperti  ketrampilan  mengajar
membimbing,  menilai,  menggunakan  alat  bantu  pengajaran,  bergaul  atau berkomunikasi  dengan  siswa,  ketrampilan    menumbuhkan  semangat
belajar  para  siswa,  ketrampilan  menyusun  persiapanperencanaan mengajar, ketrampilan melaksanakan administrasi kelas dan lain-lain.
4. Kedudukan Guru dalam Pendidikan
26
Ibid, Musfah, Jejen, hal.29
Undang-Undang Guru  Pasal  2  ayat  1  berbunyi,  “  Guru
mempunyai  kedudukan  sebagai  tenaga  profesional  pada  jenjang pendidikan  dasar,  pendidikan  menengah  dan  pendidikan  anak  usia  dini
pada  jalur  pendidikan  formal  yang  diangkat  sesuai  dengan  perundang- undangan.”lebih  lanjut  dalam  Pasal  4,  Menjelaskan  mengenai  fungsi
kedudukan  guru  yang  berbunyi “  kedudukan  guru  sebagai  tenaga
profesional  sebagaimana  dimaksud  dalam  Pasal  2  ayat  1  berfungsi meningkatkan  martabat  dan  peran  guru  sebagai  agen  pembelajaran  dan
berfungsi  meningkatkan  mutu  pendidikan  nasional.”  Penjelasan  Pasal  4 dalam  Undang
–Undang ini menyebutkan bahwa  yang dimaksud dengan guru sebagai agen pembelajaran learning agent  adalah peran guru antara
lain  sebagai  fasilitator,  motivator,pemacu,  perekayasa  pembelajaran  dan pemberi inspiransi belajar bagi peserta didik.
Pembelajaran yang berkualiatas adalah pembelajaran yang mampu meletakan  posisi  guru  dengan  tepat  sehingga  guru  dapat  memainkan
perannya sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik. Sebagai fasilitator, guru tidaklah mengajar, tetapi melayani peserta
didik untuk belajar.sebagai motivator,guru mendorong peserta didik untuk belajar.  Sebagai  pemacu,  guru  menyentuh  faktor-faktor  belajar  agar
kompetensi  peserta  didik  meningkat.  Sebagai  perekayasa  guru memanfaatkan  segala  media  dan  sumber  belajar  agar  peserta  didik
mencapai  kompetensi  yang  telah  ditentukan.  Sebagai  pemberi  inspiransi, guru  mengubah  pandangan  dan  kehidupan  peserta  didik  menjadi  lebih
baik.
27
a. Guru sebagai fasilitator
Dewasa ini teori belajar konstruktivisme telah populer dalam dunia pendidikan.konstruktivisme
telah menetapkan
teori-teori sebelumnya  dan  memberikan  pemecahan  terhadap  konsep  belajar.
Teori ini telah mengubah paradigma belajar yang tadinya berpusat pada  guru  teacher  centred  learning  kemudian  beralih  kearah
27
Barnawi  Mohammad Arifin, Etika  profesi kependidikan jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2012 hal 69-70
paradigma  belajar  yang  berpusat  pada  peserta  didik  student centred  learning  .  Pembelajaran  memang  harus  berpusat  pada
peserta didik karena peserta didik tidak akan belajar apabila dalam kondisi  pasif.  Peserta  didik  akan  belajar  apabila  ia  diberi
kesempatan aktif berbuat dalam proses pembelajaran.
b. Guru sebagai motivator
Motivasi  dapat  diartikan  daya  pendorong  atau  penarik  yang menyebabkan adanya tingkah laku kearah tujuan tertentu. Motivasi
mengandung  tiga  komponen,  yaitu  menggerakkan,  mengarahkan, dan memompang tingkah laku manusia.
1. Menggerakkan  berarti  menimbulkan  kekuatan  pada
individu,  memimpin  seseorang  untuk  bertindak  dengan cara tertentu.misalnya kekuatan dalam hal ingatan,respon-
respon efektif dan cenderung mendapat kesenangan. 2.
Motivasi  juga  mengarahkan  atau  menyalurkan  tingkah laku  dengan  demikian,  ia  menyediakan  suatu  orientasi
tujuan, tingkah laku individu diarahkan terhadap sesuatu. 3.
Untuk menjaga dan menompang tingkah laku, lingkungan sekitar  harus  menguatkan  intensitas  arah  dorongan-
dorongan,dan kekuatan individu.
c. Guru sebagai pemacu belajar
Belajar  adalah  kewajiban  peserta  didik.akan  tetapi,  tidak  semua peserta  didik  mempunyai  kesadaran  yang  sama  untuk  belajar.
Terkadang  ada  yang  bersikap  santai  dalam  belajar  dan  ada  pila yang  belajar  apabila  memang  ada  tugas  dari  guru  saja  sehingga
hasil  belajarnya  berada  di  bawah  kemampuan  yang  sebenarnya  ia miliki.  Kondisi  seperti  ini  tidak  boleh  di  biarkan,  peserta  didik
harus dipacu semangat belajarnya agar potensi yang dimiliki dapat tergali secara optimal.
Untuk memacu belajar, guru harus memahami faktor-faktor yang  mempengaruhi  belajar.  Faktor-faktor  yang  mempengaruhi
belajar  banyak  jenisnya  tetapi  dapat  digolongkan  menjadi  dua
golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah  faktor  yang  ada  dalam  individu  yang  sedang  belajar,
sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor  intern  terbagi  menajdi  3  kelompok,  yaitu  faktor
jasmaniah, faktor psikologis, faktor kelelahan.berikut uraiannya. 1.
Faktor jasmaniah Faktor  jasmaniah  mencakup  kesehatan  dan  kondisi
peserta  didik  yang  cacat.  Kesehatan  merupakan  hal  yang sangat penting dalam belajar. Tidak mungkin peserta didik
dapat belajar dengan baik apabila badannya tidak fit. 2.
Faktor psikologis Sekuarng  kuarngnya  ada  tujuh  faktor  yang
tergolong  dalam  faktor  psikologis  yang  mempengaruhi belajar.  Pertama  intelektual  adalah  kecakapan  yang  terdiri
dari  tiga  jenis,  yaitu  kecakapan  untuk  menghadapi  dan menyesuaikan  diri  dalam  situasi  yang  baru  dengan  cepat
dan efektif, mengetahuimenggunakan konsep-konsep yang abstrak  secara  efektif,  mengetahui  relasi,  dan  mempelajari
denngan  cepat.  Kedua,  perhatian  .perhatian  merupakan aktivitas  mental  pada  suatu  objek.  Belajar  akan  berhasil
apabila  peserta  didik  memilki  perhatian  terhadap  materi pembelajaran.  ketiga,  minat.  Minat  berbeda  dengan
perhatian.  Perhatian  bersifat  sementara  dan  belum  tentu diikuti  dengan  perasaan  senang,  sedangkan  minat
cenderung  permanen  dan  pasti  diikuti  perasaan  senang. Keempat,  bakat.  Bakat  atau  aptitude.  Bakat  adalah
kemampuan  untuk  belajar.  Kelima,  motif  ialah  segala sesuatu
yang mendorong
manusia untuk
berfikir,merasa,dan bertindak
sesuatu. Keenam,kematangan.  Seperti  yang  telah  disinggung
sebelumnya  bahwa  kematangan  berkaitan  erat  dengan umur.  Implikasi  terhadap  pembelajaran  ialah  peserta  didik
tidak  boleh  diberikan  materi  yang  melampau  batas kemampuannya,  baik  kemampuan  secara  fisik,  psikis,
maupun  kongnitifnya.  Ketujuh,  kesiapan.  Kesiapan merupakan
kesediaan memberi
respon atau
bereaksi.kesiapan  peserta  didik  erat  kaitannya  dengan kematangan.
3. Faktor kelelahan
Kelelahan pada seseorang dapat  dibedakan menjadi dua  macam,  yaitu  kelelahan  jasmani  dan  kelelahan  ruhani.
Kelelahan  jasmani  dapat  diketahui  apabila  kondisi  tubuh seseorang  lemah  dan  tidak  berdaya.  Kelelahan  ruhani
ditandai  dengan  menurunnya  semangat  hidup.  Kelelahan ruhani  dapat  terjadi  karena  menghadapi  masalah  yang
sangat  berat,  kebosanan  pada  rutinitas,  keterpaksaan,  dan kehilangan makna hidup.
28
Selain faktor
intern, faktor
ekstern juga
sangat mempengaruhi  peserta  didik  untuk  belajar.  Faktor  ekstern
terbagi  menjadi  tiga  kelompok,  yaitu  faktor  keluarga,  faktor sekolah dan faktor masyarakat.
1 Faktor keluarga
Faktor ekstern yang paling dekat dengan peserta didik ialah faktor  keluarga.  Peserta  didik  yang  belajar  akan
memperoleh  pengaruh  dari  keluarga  yang  berupa  cara orang  tua  dalam  mendidik,  suasana  rumah  dan  latar
belakang budaya. 2
Faktor sekolah Faktor sekolah adalah faktor luar yang memrngaruhi belajar
peserta didik yang mencangkup guru, proses pembelajaran, sarana  dan  prasarana,  kurikulum,  hubungan  antarwarga
sekolah, dan tanggung jawab warga sekolah. 3
Faktor masyarakat
28
Ibid. hal 80-84
Faktor  masyarakat  adalah  faktor  ekstern  yang  ikut memengaruhi  belajar  peserta  didik.  Faktor  masyarakat
meliputi pergaulan
peserta didik,
aktivitas dalam
masyarakat,  media  massa,  dan  kehidupan  masyarakat sekitar.
29
d. Guru sebagai prekayasa pembelajaran
Rekayasa  pembelajaran  dapat  diartikan  sebagai  suatu  tindakan untuk  menerapakan  kaidah-kaidah  ilmu  pembelajaran  untuk
mendorong  peserta  didik  agar  belajar.  Penerapan  mencakup tahapan perencanaan dan pelaksanaan pebelajaran. Jadi kompetensi
yang harus dimilki  seorang  guru sebagai  perekayasa ialah mampu menyusun desain pembelajaran dan mengaplikasikan dalam proses
pembelajaran. desain pembelajaran disusun dengan memanfaatkan berbagai  macam  sumber  dan  media  agar  peserta  didik  mencapai
kompetensi yang telah ditentukan.
e. Guru sebagai pemberi inspiransi
Insfiratif  adalah  upaya  memberikan  stimulus  bagi  peserta  didik agar termotivasi dan menimbulkan kemauan yang baru. Guru yang
mampu  memengaruhi  dan  mengubah  jalan  hidup  para  peserta didiknya untuk menjadi lebih baik disebut sebagai guru insfiratif  .
Guru  inspiratif  ialah  guru  yang  mampu  memberikan  stimulus kepada peserta didik untuk mengubah jalan hidupnya menjadi lebih
baik. Guru  yang  sedikit  mengajar  tetapi  mampu  menginspirasi
peserta  didiknya  itu  lebih  baik  dibandingkan  dengan  guru  yang banyak  berceramah  tetapi  tidak  memberi  makna  apa-apa.  William
A Ward pernah mengatakan . “ the mediocre teacher tells. The good
teacher  explains.  The  superior  teacher  demonstrates.  The  great teacher inspires.” Artinya “ Guru yang biasa-biasa saja, memberi
tahu.  Guru  yang  baik,  menjelaskan.  Guru  yang  sangat  baik, mendemonstrasikan.  Guru  yang  luar  biasa,  ialah  guru  yang
29
Ibid.hal. 85-88
membe ri inspirasi.” Guru inspiratiflah guru yang terbaik.
30
Guru sebagai social worker pekerja sosial.sangat dibutuhkan oleh masyarakat.namun,kebutuhan  masyarakat  akan  guru  belum  seimbang
dengan  sikap  sosial  masyarakat  terhadap  profesi  guru.rendahnya pengakuan  masyarakat  terhadap  guru  menurut  Nana  Sudjana,  disebabkan
oleh beberapa faktor yaitu :
31
1. Adanya pandangan sebagai masyarakat bahwa siapa pun dapat
menjadi  guru,  asalkan  ia  berpengetahuan,walaupun  tidak mengerti didaktif metodik.
2. Kekurangan  tenaga  guru  didaerah  terpencil  memberikan
peluang  untuk  mengangkat  seseorang  yang  tidak  mempunyai kewenangan profesiona untuk menjadi guru.
3. Banyak tenaga guru sendiri yang belum menghargai profesinya
sendiri, apalagi mengembangkan profesi tersebut. Salah  satu  hal  yang  menarik  pada  ajaran  Islam  ialah  penghargaan
yang  tinggi  terhadap  guru.  Begitu  tingginya  penghargaan  itu  sehingga menetapkan  kedudukan  guru  setingkat  dibawah  kedudukan  Nabi  dan
Rosul. Karena guru adalah bapak ruhani spiritual father bagi anak didik yang memberi santapan jiwa dengan ilmu pengetahuan.
Guru  adalah  sumber  ilmu.  Mereka  dengan  ikhlas  mengajar  dan mendidik.  Mereka  adalah  pahlawan  tanpa  jasa.  Tanpa  mereka,  engkau
tidak  akan  menjadi  apa-  apa.  Jasa  mereka  sungguh  tiada  tara.
32
Menurut Al-Ghazali  menukil  beberapa  hadist  Nabi  tentang  keutamaan  seorang
guru.  Ia  berkesimpulan  bahwa  guru  disebut  sebagai  orang  yang  besar aktivitasnya dan lebih baik . Guru merupakan pelita segala zaman. Orang
yang  hidup  bersamanya  akan  memperoleh  pancaran  nur  keilmiahan. Andaikata  dunia  tidak  ada  guru,  niscaya  manusia  seperti  binatang,  sebab
guru berupaya mengeluarkan manusia dari sifat kebinatangan kepada sifat insaniyah.
30
Ibid. hal 96-97
31
Op.cit . Muhamad, Nurdin , hal 192
32
Akbar, Zainudin, Ketika Sukses Berawal dari Pesantren  Bekasi : MJWBook , 2014 h.35
Pendidikan  merupakan  bagian  terpenting  dari  kehidupan  yang sekaligus  membedakan  manusia  dengan  hewan
.  Hewan  juga  “belajar”, tetapi  lebih  ditentukan  oleh  instink.  Sedangkan  bagi  manusia,  belajar
berarti rangkaian kegiatan menuju “pendewasaan” guna menuju kehidupan yang lebih berarti.
33
Kedudukan  guru  dalam  Islam  dihargai  tinggi  bila  orang  itu mengamalkan    ilmunya.  Mengamalkan  ilmu  dengan  cara  mengajarkan
ilmu  kepada  orang  lain  adalah  suatu  pengalaman  yang  paling  dihargai dalam  Islam.kedudukan  guru  dalam  Islam  memang  berbeda  dengan
kedudukan  guru  di  dunia  barat.hubungan  guru  dengan  anak  didik  juga berbeda.hubungannya hanya sebatas pemberi dan menerima saja.
proses  pendidikan  yang  berjalan  selama  ini.    pada  umumnya pendidikan  sekarang  orang  menganggap  bahwa  anak  dalam  konsep  diri
masih  tergantung,  sedang  orang  dewasa  itu  sudah  memiliki  otonomi. Asumsi semacam  ini membawa akibat bahwa pendidikan menjadi lebih
berpusat  pada  guru.  Dan  keadaan  semacam  ini  belajar  menjadi  pasif. Anak hanya menjadi peniru, penghafal, dan tukang pengingat yang tidak
menyentuh  lubuk  hatinya.    pendidikan  semacam  ini  sebagai  pendidikan yang  menekan  martabat  manusia,  pendidikan  yang  memperkuat  sistem
penindasan. Paulo Freire seorang tokoh pendidikan dari Brazil dalam bukunya
yang  termashur  Peadagogy  of  the  Opressed  antara  lain  berpendapat bahwa  hendaknya  guru  hanyalah  membantu  dalam  anak  menempuh
proses  belajar  menemukan  dirinya.  Freire  dengan  keras  mengkritik proses pendidikan yang berjalan selama ini. Menurutnya pada umumnya
pendidikan  sekarang  orang  menganggap  bahwa  anak  dalam  konsep  diri mash  tergantung,  sedang  orang  dewasa  itu  sudah  memiliki  otonomi.
Asumsi  semacam  ini  membawa  akibat  bahwa  pendidikan  menjadi  lebih berpusat  pada  guru.  Dan  keadaan  semacam  ini  belajar  menjadi  pasif.
Anak hanya menjadi peniru, penghafal, dan tukang pengingat yang tidak
33
Muslih,Usa,  Pendidikan Islam Di Indonesia Antara Cita Dan Fakta   Yogyakarta : PT Tiara Wacana Yogya h.27
menyentuh  lubuk  hatinya.  Freire  menganggap  pendidikan  semacam  ini sebagai  pendidikan  yang  menekan  martabat  manusia,  pendidikan  yang
memperkuat sistem penindasan. Digambarkan lebih jauh olehnya, bahwa pendidikan yang sekarang
ini pada umumnya bersifat : a
Guru mengajar murid belajar. b
Guru mengetahui segala sesuatu, murid tidak mengetahui apa-apa. c
Guru berfikir, murid yang dipikirkan. d
Guru berbicara, murid mendengarkan dengan tenang. e
Guru mengatur , murid diatur. f
Guru memilih dan memaksakan pilihan, murid hanya menyetujui g
Guru berbuat, murid membayangkan dirinya berbuat melalui perbuatan gurunya.
h Guru  memilih  bahan  dan  isi  pelajaran,  murid  menyesuaikan  diri
dengan pelajaran . i
Gurumencampuradukan  kewenangan  ilmu  dan  jabatan  untuk menghalangi kebebasan murid.
j Guru adalah subyek dalam proses belajar, murid adalah hanya obyek.
34
Dalam  pengajaran  atau  proses  belajar  mengajar,  guru  memegang peranan  sebagai  sutradara  sekaligus  aktor  artinya  pada  gurulah  tugas  dan
tanggung jawab merencanakan dan melaksanakan pengajaran di sekolah. Guru  adalah  sebagai  pembimbing  untuk  membawa  anak  kearah
kedewasaan,  pendidik  tidak  maha  kuasa,  tidak  dapat  membentuk  anak menurut sekehendaknya.
Disamping  guru  harus  bisa  ditiru,  menjadi  teladan  bagi  anak didiknya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat Al-Ahzab ayat 21 :
Artinya : Sesungguhnya  telah  ada  pada  diri  Rosulullah  SAW  itu  suri
34
Muslih,Usa,  Pendidikan Islam Di Indonesia Antara Cita Dan Fakta   Yogyakarta : PT Tiara Wacana Yogya h.33
ا ًريِثَك َََّ ََرَكَذ َو ََرِخآا ََم ْوَيْلا َو وجْري  اك  ْ ل ٌةنسح ٌةوْسأ  هَ  وسر يف ْم ل  اك ْدقل
tauladan yang baik . ...Q.S. Al Ahzab : 21
35
Banyak  ragam  pendapat  tentang  posisi  dan  status  guru  dalam pendidikan.  Bagi  penulis  sendiri,  dari  mana  pun  kita  melihat,  guru  itu
memang  ada  eksis,  dan  sekali  lagi  apakah  ia  sentral  atau  tidak  dalam pendidikan,  yang  jelas  guru  merupakan  salah  satu  faktor  pendidikan.
Tentu  saja kita tetap berangkat  dan  asumsi  bahwa pendidikan merupakan suatu sistem yang apabila kehilangan salah satu unsurnya ia akan pincang
dalam mekanisme proses sistemik tersebut.
B. Kemandirian
1. Pengertian Kemandirian
Ada  pendapat  yang  mengatakan  bahwa  kebiasaan  anak,  karakter dan  sifat-sifatnya  bisa  dibentuk  oleh  orang  tuanya  sendiri.  Berbagai
kebiasaan  anak,  karakter,  sifat  dan  sebagainya  tidak  mutlak  merupakan turunan dan orang tua. Meski pun ada pada sebagian anak lain.
Didikan orang tua kepada anak sejak kecil amat berpengaruh besar sekali.  Seorang  filsuf  yang  bernarna  John  Locke  pemah  mengemukakan
teorinya  yang  disebut  tabularasa.  Yaitu  sebuah  teori  yang  mengatakan bahwa  segala  pengalaman  manusia  itu  sendiri  setelah  dewasa.
36
Anak merupakan  kain  putih  bersih,  yang  akan  diisi  pengalaman  pertama  kali
oleh  orang  tuanya  sendiri.  Dan  berbagai  pengalaman  yang  masuk  pada anak itu senantiasa teringat. Seolah-oleh pengalaman masa kecil itu benar-
benar terendap di dalam ingatannya. Sebagai catatan yang sulit luntur dan kelak setelah anak dewasa akan terekspresikan berbagai pengalaman masa
kecilnya itu. Menumbuhkan  kemandirian  pada  individu  sejak  usia  dini  sangat
penting  karena  dengan  memilki  kemanandirian  sejak  dini,  anak  akan terbiasa mengerjakan kebutuhan sendiri. Menurut Yusuf : secara naluriah,
anak  mempunyai  dorongan  untuk  berkembang  dari  posisi  dependent ketergantungan    keposisi  independent  bersikat  mandiri  .  Anak  yang
35
Departemen Agama RI Al – Hikmah Al-Qur’an dan Terjamah  Bandung : Diponegoro,
2010  h. 420
36
Anita,Yus. Model Pendidikan Anak Usia Dini jakarta : kencana, 2011 h.2
mandiri  akan  bertindak  dengan  penuh  rasa  percaya  diri  dan  tidak  selalu mengandalkan bantuan orang dewasa dalam bertindak.
Kemandirian  di  artikan  sebagai  suatu  sikap  yang  ditandai  dengan adanya  kepercayaan  diri  dan  terlepas  dari  ketergantungan,  selanjutnya
Benson  dan  Grove  menjelaskan  bahwa  yang  dimaksud  dengan kemandirian  adalah  kemampuan  individu  untuk  memutuskan  sendiri  dan
tidak terus menerus berada dibawah kontrol orang lain.
37
Kemandirian  merupakan  suatu  sikap,  dan  sikap  merupakan  suatu yang dipelajari, sikap yang dalam bahasa Inggris disebut Attitude
“Sebagai sikap dan kesedian bereaksi terhadap suatu hal”.kepribadian yang dipakai
untuk  menandakan  penampilan  seseorang  yang  sikap  dan  perbuatannya penuh dengan kemandirian.
38
Artinya bahwa kita tidak dilahirkan dengan dilengkapi sikap-sikap, tetapi sikap-sikap itu tumbuh bersama-sama dengan pengalaman yang kita
peroleh.  Jadi  dapat  disimpulkan  bahwa  kemandirian  itu  tidaklah  terjadi dengan  begitu  saja,  namun  sikap  ini  tertanam  pada  seorang  anak  secara
bertahap seirama  dengan perkembangan dan lingkungannya. Dari  beberapa  definisi  diatas,  dapat  penulis  tarik  kesimpulan
bahwa  anak  yang kemandirian  adalah  anak  yang  mampu  melakukan aktivitasnya sendiri tanpa banyak bergantung kepada orang lain.
2. Ciri-ciri Kemandirian
Seorang anak dikatakan mandiri bila ia memperlihatkan ciri –ciri, yaitu
: a Percaya diri yang didasari oleh kepemilikan akan konsep diri yang positif.b Bertanggung jawab pada hal-hal yang dikerjakan dan hal ini
dapat    ditumbuhkan  dengan  memberikan  kesempatan  kepada  anak untuk memegang tanggung jawab. c Mampu menemukan pilihan dan
mengambil keputusan sendiri yang mana hal ini diperoleh dari adanya peluang  untuk  mengerjakan  sesuatu  dan  d    Mampu  mengendalikan
37
Astati, Bahan Ajar Kemandirian , www.file.upi.edu. 26 mei 2016, dikutip pukul 14.00 hal. 1
38
Holstein, Herman, Murid Belajar Mandiri Situasi Belajar Mandiri Plajaran Sekolah Bandung : Remadja Karya hal.xiv
emosi dengan adanya kesempatan untuk  berbuat  dengan tidak banyak mendapatkan larangan.
39
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemandirian
Pada garis besarnya, faktor-faktor yang mempengaruhi kemadirian belajar dapat dikelompokkan menjadi dua faktor, yaitu faktor internal dan
faktor eksternal. a.
Faktor internal Faktor  internal  adalah  faktor  yang  berasal  dari  dalam  diri
anak, faktor ini meliputi : 1.
Minat Minat interest berati kecenderungan dan kegairahan
yang  tinggi  atau  keinginan  yang  besar  terhadap  sesuatu. Menurut  Reber  1988,  minat  tidak  termasuk  istilah
populer dalam psikologi karena ketergantunagannya yang banyak  faktor-faktornya  internal  lainnya  seperti  :
pemusatan  perhatian,  keingintahuan,  motivasi,  dan kebutuhan.
40
Hilgard  memberikan  rumusan  tentang  minat sebagaimana  di  kutip  oleh  Drs.  Slamento
“  interest  is persisting  tendency  to  pay  attention  to  and  enjoy  some
activity  or  content  “   Artinya  :  minat  adalah kecenderungan  yang  tetap  untuk  memperhatikan  dan
menyenangi beberapa kegiatan atau isi kegiatan. ”
Minat besar
sekali pengaruhnya
terhadap terciptanya  kemandirian  belajar  anak.  Kegiatan  yang
diminati  seseorang  akan  diperhatikan  terus  yang  disertai dengan  rasa  senang,  sehingga  dengan  adanya  minat  yang
besar  ini  akan  menimbulkan  dorongan  untuk  lebih
39
Op.cit.h. 1
40
Syah, Muhibbin, Psikologi Belajar, Jakarta : Logoshal.136
mengenal  dan  mendalam  tanpa  harus  diperintahkan  oleh orang lain.
2. Motif
Motif ialah segala sesuatu yang mendorong manusia untuk  berfikir,merasa,dan  bertindak  sesuatu.motivasi  atau
“dorongan”  pada  umumnya  mengarah  pada  suatu  tingkah laku yang berupa  tujuan atau perangsangan. Perangsangan
merupakan fakta yang menarik seseorang untuk melakukan sesuatu.  Motif  berfungsi  mendorong  manusia  untuk
bertindak  menentukan  arah  perbuatan,  dan  penyeleksi perbuatan.
41
Menurut Sumadi Suryabrata, “Motif adalah keadaan pribadi  orang  yang  mendorong  individu  untuk  melakukan
aktifitas- aktifitas tertentu guna mencapai suatu tujuan”. Jadi
dapat dikatakan bahwa motif merupakan dasar yang sangat esensial  bagi  seluruh  tingkah  laku  manusia.  Dalam  hal  ini
Dr.  W.A  Gerungan  menegaskan  “Tanpa  motifasi  orang tidak berbuat apa-
apa, tidak akan bergerak”. Dengan  demikian  menjadi  cukup  jelas  bahwa
motifasi  siswa  dalam  belajar  mempuyai   pengaruh  yang besar  terhadap  kegiatan  belajarnya.  Siswa  yang  mempuyai
motifasi  kuat,  dimungkinkan  akan  lebih  tekun,  rajin,  dan mandiri dalam belajar.
3. Bakat
Menurut  Hilgard,  sebagaimana  dikutip  oleh Slameto,  bakat  atau aptitude adalah  :
“  The  capacity  to learn
“. Dengan kata lain Bakat adalah kemampuan untuk belajar.  Kemampuan  itu  baru  akan  terealisasi  menjadi
kecakapan  yang  nyata  sesudah  belajar  berlatih.  Apabila bahan  pelajaran  yang  dipelajari  peserta  didik  sesuai
bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik karena ia senang
41
Barnawi  Mohammad Arifin, Etika  profesi kependidikan jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2012 hal.83
belajar  dan  pastilah  selanjutnya  ia  lebih  giat  lagi  dalam belajarnya itu.
42
Bakat  sangat  mempengaruhi  belajar.  Jika  bahan pelajaran  yang  dipelajari  sesuai  dengan  bakatnya,  maka
hasil  belajarnya  lebih  baik  karena  ia  senang  belajar  dan pastilah selanjutnya ia lebih giat dalam belajarnya. Dan ini
akan menjadikan anak lebih mandiri dalam belajar. 4.
Kematangan Kematangan.  Seperti
yang  telah  disinggung sebelumnya  bahwa  kematangan  berkaitan  erat  dengan
umur. Kematangan  adalah  “suatu  tingkat  atau  fase  dalam
pertumbuhan  seseorang,  dimana  alat-alat  tubuhnya  sudah siap  untuk  melaksanakan  kecakapan  baru”.  Kematangan
belum  berarti  anak  dapat  melaksanakan  secara  terus menerus, untuk itu diperlukan latihan-latihan dan pelajaran.
Dengan kata lain, anak yang sudah siap atau matang belum dapat
melaksanakan kecakapanya
sebelum belajar.
Belajarnya akan lebih berhasil jika anak sudah matang atau siap.
5. Konsep diri
Konsep  diri  adalah  persepsi  keseluruhan  yang dimiliki  seseorang  mengenahi  diri  sendiri  .  Menurut  Burn,
sebagaimana  dikutip  oleh  Drs.  Slameto  menjelaskan bahwa
“The  self  concept   refers  to  conection  of  ettitudes and beliefs we hold abaut ourselves”.Artinya: Konsep diri
adalah  hubungan  antara  sikap  dan  keyakinan  tentang  diri kita sendiri .
Definisi  tersebut  jika  dihubungkan  dengan  masalah kemandirian
belajar, memberikan
pengertian suatu
pengertian  bahwa  sikap  dan  pandangan  positif  individu terhadap
kemampuan dirinya
akan meningkatkan
42
Ibid. h. 83
kemandiriannya. b.
Faktor Eksternal 1.
Faktor Keluarga Faktor  ekstern  yang  paling  dekat  dengan  peserta
didik ialah faktor keluarga. Peserta didik yang belajar akan memperoleh  pengaruh  dari  keluarga  yang  berupa  cara
orang  tua  dalam  mendidik,  suasana  rumah  dan  latar belakang budaya.
43
Keluarga  merupakan  suatu  unit   sosial  yang  terdiri dari  seorang  suami  dan  seorang  istri  atau  dengan  kata  lain
keluarga  adalah  “orang  yang  mempuyai  kekerabatan  yang sangat  mendasar  dalam  masyarakat”.  orang  tua  juga
berkewajiban  untuk  memberikan  contoh  yang  baik  dan tauladan yang saleh atas segala yang diajarkannya. Dengan
demikian   kelurga  merupakan  lingkungan   pertama  yang dijumpai  seorang  anak,  serta  suatu  lembaga  yang  pertama
membentuk sikap, watak, pikiran, dan prilaku anak. Dalam lingkungan kelurga ini anak-anak memperoleh didikan dan
bimbingan  serta  contoh-contoh  yang  dapat  membentuk keperibadiannya dikemudian hari.
Dengan  demikian  dapat  disimpulkan  bahwa  latar belakang  keluarga  yang  baik,   tentunya  akan  dapat
mengarahkan  dan  membina  anak  untuk  dapat  belajar dengan  baik.   Termasuk  mengarahkan  anak  kepada  sikap
mandiri dalam belajar. 2.
Faktor Sekolah Faktor sekolah adalah faktor luar yang memrngaruhi
belajar  peserta  didik  yang  mencangkup  guru,  proses pembelajaran,  sarana  dan  prasarana,  kurikulum,  hubungan
antarwarga sekolah, dan tanggung jawab warga sekolah. Setelah anak di didik di dalam lingkungan keluarga
43
Ibid. hal. 85
oleh orang tuanya dan mungkin oleh anggota keluarga yang lain,  maka  seiring  dengan  usia  yang  makin  bertambah
selanjutnya anak akan memasuki  Sekolah  yang mempuyai pengertian  sebagai bangunan  atau  lembaga  untuk  belajar
dan  memberi  pelajaran.  Sekolah  merupakan  pendidikan yang kedua dalam kehidupan seseorang setelah keluarga.
Dengan  demikian  sekolah  mempunyai  pengaruh yang  basar   terhadap  terbentuknya  kemandirian  siswa
khususnya dalam   belajar. . Jadi
jelas bahwa
sekolah dan
segala perlengkapannya  berpengaruh  dan  berperan  vital  dalam
menumbuh  kembangkan  keperibadian  anak,  termasuk terhadap terbentuknya sikap mandiri anak dalam belajar.
3. Faktor Masyarakat
Faktor  masyarakat  adalah  faktor  ekstern  yang  ikut memengaruhi  belajar  peserta  didik.  Faktor  masyarakat
meliputi pergaulan
peserta didik,
aktivitas dalam
masyarakat,  media  massa,  dan  kehidupan  masyarakat sekitar.
Masyarakat juga
merupakan faktor
yang berpengaruh  terhadap  kemandirian  belajar  siswa,  karena
masyarak at adalah “pergaulan hidup manusia  sehimpunan
manusia  yang  hidup  di  suatu  tempat  dengan  ikatan-ikatan yang  tertentu    “.  Pengaruh  itu  terjadi  karena  anak  itu
berada dalam lingkungan masyarakat. Dengan  demikian  pengaruh  lingkungan  masyarakat
terhadap  pembentukan  pribadi  individu  termasuk  di dalamnya  pembentukan  sikap  mandiri  pada  diri  seseorang.
Jadi  jelas  bahwa  lingkungan  masyarakat  merupakan  salah satu faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap mandiri
pada diri seseorang khususnya anak didik.
C. Hasil Penelitian yang Relevan
Pada  penelitian  sebelumnya  penulis  memperoleh  dua  judul penelitian yang terkait dengan judul penulis.  Adapun penelitian terdahulu
yang terkait dengan penelitian ini, diantaranya adalah:
1. Udi  Nuri  Astuti  06230017    Fakultas  Dakwah  Universitas  Islam
Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Mengenai
“ Usaha Peningkatan Kemandirian Anak Tunarungu Di Sekolah Luar Biasa Wijata Dharma
1 Tempel ”.
Penilitian  tersebut  bertujuan  untuk  mengetahui  keterampilan- keterampilan  yang  diberikan  Sekolah  Luar  Biasa  Wiyata  Dharma1
Tempel  dalam  usaha  meningkatkan  kemandirian  ekonomi  siswa  tuna rungu  dan  mengetahui  keberhasilan  usaha-usaha  meningkatkan
kemandirian ekonomi siswa tuna rungu di  Sekolah Luar Biasa Wiyata Dharma1 Tempel.
Hasil  penelitiannya  pendidikan  keterampilan  yang  di  ajarkan  di sekolah  Luar  Biasa  Wiyata  Dharma  1  Tempel  adalah  keterampilan
menjahit,  boga,  potong  rambut,  dan  perkayuan.  Namun  keterampilan yang  banyak  diminati  oleh  siswa  adalah  keterampilan  menjahitdan
sebagian  keterampilan  memasak  atau  boga.  Karena  alat  yang digunakan untuk pembelajaran sudah ada di SLB. Sedangkan peralatan
lainnya tidak memadai. Usaha  untuk  meningkatkan  kemandirian  siswa  dilakukan  SLB
sudah maksimal karena selain memberikan keterampilan menjahit dan boga  pada  waktu  siswa  masih  sekolah,  SLB  juga  memberikan  waktu
magang  selama  1  tahun  kepada  siswa.  Siswa  juga  mendapatkan sertifikat sehingga setelah lulus mereka bisa membuka usaha dirumah
atau berkerja ditempat lain sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
2. Musrifah    1022006    Fakultas  Dakwah  dan  Komunikasi
Universitas  Islam  Negeri  Sunan  Klijaga  Yogyakarta
Mengenai
“Metode  Bimbingan  Kemandirian  Pada  Tunadaksa  Di  SLB  G  Daya Ananda Purwomartani Kalasan Sleman”.
Penelitian  tersebut  bertujuan  untuk  mengetahui  bentuk  metode bimbingan  kemandirian  pada  anak  tunadaksa  di  Sekolah  Luar  Biasa
SLB G Daya Ananda. Hasil penelitiannya bahwa metode metode bimbingan kemandirian
pada  anak  tunadaksa  di  Sekolah  Luar  Biasa  SLB  G  Daya  Ananda adalah  :  Pertama  metode  demokrasi,  metode  ini  mengajarkan  atau
menyampaikan materi dengan cara mempraktekannya secara langsung, tujuannya  agar  anak-anak  lebih  mengerti  dan  memahami  cara
mempraktekannya  materi  yang  disampaikan  oleh  pembimbing,  krena anak-anak  tidak  mengerti  sebelum  melihat  secara  langsung.  Adapun
faktor pendukung dari penggunaan metode ini antara lain :  kestabilan emosi  pembimbing,  kesediaan  fasilitas  yang  memadai,  adanya
interaksi yang akrab antara  pembimbing dan anak tunadaksa, keahlian pembimbing, program-program sekolah, sedangkan faktor penghambat
dari metode ini antara lain : metode yang kurang variatif, waktu  yang sangat  terbatas.  Kedua  metode  eksperimen,  metode  ini  menitik
beratkan  pada  kegiatan  anak-anak  setelah  mereka  melihat  apa  yang telah disampaikan oleh pembimbing selanjutnya mempraktekan sesuai
dengan contoh yang disampaikan oleh pembimbing, dengan metode ini diharapkan anak-anak dapat menambah ketrampilannya.
3. Priskila  Hesti  Anomsari  Jurusan  Bimbingan  dan  Konseling
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang Mengenai
“Upaya  Meningkatkan  Nilai  Kemandirian  Melalui  Layanan Bimbingan  Kelompok  Pada  Siswa  Kelas  VIIIA  SMP  Negeri  3
Kembang ”.
Penelitian  tersebut  bertujuan  adalah  untuk  memperoleh  informasi atau    temuan    empiris    tentang meningkatkan  nilai  kemandirian
siswa  melalui  layanan  bimbingan  kelompok. Hasil   dari   penelitian   ini   adalah   tingkat   kemandirian   siswa
sebelum      bimbingan    kelompok    63,18    berada    pada    kategori
sedang,    tingkat    kemandirian  siswa    sesudah    bimbingan    kelompok 73,67    berada    pada    kategori    tinggi,    dan    peningkatan
kemandirian   siswa   sebelum   dan   sesudah   bimbingan   kelompok 10,49. Hasil uji wilxocon menunjukkan Z hitung = 78, Z tabel = 14
sehingga  Z  hitung  Z  tabel.  Ha    diterima    dan    Ho    ditolak. Kesimpulan    dari    penelitian    ini    adalah    terdapat    peningkatan
kemandirian  siswa  sesudah  pemberian  layanan  bimbingan  kelompok. Berdasarkan  kesimpulan  tersebut,  diharapkan  guru  bimbingan  dan
konseling  dapat  menggunakan  layanan  bimbingan  kelompok  dalam membant siswa meningkatkan kemandirian.
4. Nova Fahradina Program Studi Magister Pendidikan Matematika
Universitas  Syiah  Kuala
Mengenai  “Peningkatan  Kemampuan Komunikasi  Matematis  dan  Kemandirian  Belajar  Siswa  SMP  dengan
Menggunakan Model Investigasi Kelompok”. Hasil  penelitian  diperoleh  bahwa  peningkatan  kemampuan
komunikasi  matematis  dan  kemandirian  belajar  siswa  dengan menggunakan  model  pembelajaran  investigasi  kelompok  lebih  baik
dibandingkan  dengan  pembelajaran  konvensional  baik  secara keseluruhan maupun berdasarkan level siswa. Tidak terdapat interaksi
antara  pembelajaran  dengan  level  siswa  tinggi,  sedang,  rendah terhadap  peningkatan  kemampuan  komunikasi  matematis  dan
kemandirian  belajar  siswa.  Terdapat  hubungankorelasi  yang  positif antara  kemampuan  komunikasi  matematis  siswa  dan  kemandirian
belajar siswa. Dari  empat  penelitian  terdahulu  belum  membahas  bagaimana
upaya  guru  dalam  membina  kemandirian  siswa.  Oleh  karena  itu penulis  bermaksud  meneliti  upaya  guru  dalam  membina  kemandirian
siswa.  Penelitian  ini  bertujuan  untuk  mengetahui  upaya  yang  di lakukan  guru  dalam  memahami  kemandirian  siswa  dan  Untuk
mengetahui  kendala-kendala  yang  di  hadapi  guru  dalam  membina kemandirian siswa di SMA Mulia Buana Parung Panjang . Yang objek
penelitiannya SMA Mulia Buana Parung Panjang Bogor Jawa Barat
D. Kerangka Berfikir
INPUT
PROSES
OUTPUT
Untuk  membentuk  sebuah  kepribadian  mandiri,  kita  memerlukan kedua komponen produktivitas dan kreatifitas ini, supaya dapat mengurus
kepentingan  diri  sendiri.  Misalnya  menyelesaikan  sebuah  urusan  secara mandiri,  mulai  dari  membuat  analisa  masalah  atau  urusan,  membuat
neraca kelemahan dan kekuatan, membuat skala prioritas. Bila  dalam    langkah-langkah  tersebut  diperlukan  bantuan  orang  lain,
kita  pergi  minta  bantuan  tersebut.  Andaikata  gagal,  kita  cari    jalan  lain agar urusan dapat selesai walau tanpa bantuan orang yang gagal.
REALITA 1
1. Masih  kurangnya  upaya  guru  dalam  memahami  kepribadian siswa
2. Masih  terdapatnya  kendala-kendala  yang  dihadapi  guru  dalam membina kemandirian siswa.
3. Masih kurangnya upaya guru dalam membina  kemandirin siswa.
STRATEGI 3
1.
menyelesaikan sebuah urusan secara mandiri
2. memberikan arahan dan motivasi untuk membina
kemandirian 3. cara menanamkan sikap
mandiri kepada siswa disekolah
PERMASALAHAN 2
Masih  kurangnya  upaya guru
dalam membina
kemandirian yang
dilaksanakan  oleh  guru  di SMA Mulia Buana
HASIL 4
Keberhasilan  guru  dalam  membina  kemandirian  adalah sebagai  suatu  kondisi  di  mana  seseorang  tidak  tergantung
kepada orang lain dalam menentukan keputusan dan adanya sikap percaya diri
Sebuah  kepribadian  yang  mandiri  bukanlah  kepribadian  yang  terjadi atau  tumbuh  otomatis.  Kepribadian  mandiri  atau  kemandirian  terjadi
karena  berbagai  faktor  dalam  atau  di  sekitar  seseorang,  baik  alamiah maupun  karena  campur  tangan  manusia  lain.  Kemandirian  sesungguhnya
sebuah karya seni pribadi.
46
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat  dan waktu penelitian
Penelitian  yang  dilakasanakan  oleh  peneliti  yakni  di  SMA  Mulia Buana  yang  mana  madrasah  ini  berada  dibawah  naungan  Yayasan  Mulia
Buana  Parung  Panjang  Bogor  Jawa  Barat  .  Pembangunan  Madrasah  ini dibangun
pada tahun
20012002 dengan
No NSS30.2.02.20.097NPSN202232369.  adapun  alamatnya  yakni  berada  di
Jln.Pesantren  No.  23    Desa  Kabasiran  Kecamatan  Parungpanjang Kabupaten Bogor.
Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian
No Kegiatan
Waktu Pelaksanaan April
Mei Juni
Juli
1 Pengajuan surat penelitian
2 Observasi Lingkungan
3 Wawancara
4 Hasil Penelitian
B. Metode penelitian
Metode  penelitian  pada  dasarnya  merupakan  cara  ilmiah  untuk mendapatkan  data  dengan  tujuan  dan  kegunaan  tertentu.
1
Penelitian  ini menggunakan  pendekatan  kualitatif.  Pendekatan  kualitattif  merupakan
pilihan  dalam  menjelaskan  makna  atau  hakikat  dari  pembahasan  masalah yang  di  teliti.  Oleh  karena  itu  dalam  pendekatan  kualitatif  penelitian  di
1
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan RD  Bandung : Alfabet, 2009 h. 2
tuntut  memiliki  ketajaman  dan  kecermatan  mengamati,  mencatat,  suatu proses  dan  aktivitas  yang  nampak  dalam  kenyataan,  serta  menganalisis
dalam suatu kesatuan yang bermakna. Penelitian ini menggunakaan pendekatan kualitatif dengan metode
deskriptif. Deskriptif karena penelitian ini bertujuan mendesktipsikan atau menggambarkan,  memaparkan,  dan  mengungkapkan  hasil  penelitian
mengenai upaya guru dalam membina kemandirian siswa di  SMA Mulia Buana  Parung  Panjang.  Penelitian  deskriptif  biasanya  tidak  diarahkan
untuk  menguji  hipotesis,melainkan  untuk  mencari  informasi  untuk mengambil keputusan atau kesimpulan.
C. Tehnik Pengumpulan Data
Untuk  memperoleh  data  yang  akurat  dalam  menyusun  laporan penelitian  ini,peneliti  menggunakan  beberapa  teknik  pengambilan  data
primer data asli antara lain :
1. Observasi
Observasi  atau  pengamatan  merupakan  suatu  teknik  atau  cara mengumpulkan  data  dengan  jalan  mengadakan  pengamatan  terhadap
kegiatan  yang  sedang  berlangsung.    Dalam  metode  observasi  ini,  peneliti menggunaka  nobservasi  non  partisipan.  Yaitu  pengamat  tidak  ikut  serta
dalam kegiatan, dia hanya berperan mengamati kegiatan, tidak ikut dalam kegiatan.
2
Observasi adalah sebuah pengamatan secara langsung pada tempat penelitian  untuk  mendapatkan  data-data  yang  di  butuhkan  dalam
penelitian.Observasi  pada  penelitian  ini  di  gunakan  untuk  mengamati tentang  upaya  guru  dalam  membina  kemandirian  siswa  di  SMA  Mulia
Buana Parung panjang.
2. Wawancara
Wawancara merupakan percakapan yang dilakukan dua pihak yaitu
2
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Rosda Karya, 2010, cet.7, h. 220
pewawancara  yang  mengajukan  pertanyaan  dan  yang  diwawancarai  yang memberikan  jawaban  atas  pertanyaan  dari  pewawancara  dengan  maksud
tertentu.
3
Wawancara  digunakan  sebagai  teknik  pengumpulan  data  untuk menentukan  permasalahan  yang  di  teliti  dan  mengetahui  hal-hal  dari
responden yang lebih mendalam.
4
Teknik  wawancara  ini  di  gunakan  untuk  memperoleh  data, informasi  dan  fakta  guna  mengungkap  dan  menjelaskan  pandangan  guru
terhadap tugas dan peran yang harus di jalankan. Objek dalam wawancara ini  adalah  guru  untuk  mendapatkan  informasi  tentang  upaya  guru  dalam
membina kemandirian siswa di SMA Mulia Buana Parung. 3.
Dokumentasi Studi Dokumen merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan
menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar,  maupun  elektronik.    Dokumen-dokumen  yang  dihimpun  dipilih
yang sesuai dengan tujuan dan fokus masalah.
5
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik  studi dokumen dengan  maksud  dapat  mengumpulkan  data  yang  berkaitan  dengan  data-
data yang dibutuhkan seperti profil sekolah, daftar hadir guru, daftar hadir siswa  dan  lain-lain  yang  dianggap  penting  dan  memiliki  keterkaitan
terhadap data yang diperlukan dalam penelitian.
D. Teknik Analisis Data
Setelah  data-data  yang  diperlukan  diperoleh,  penulis  melakukan
analisis data dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Reduksi  Data  Data  Reduction.    Mereduksi  data  dengan
memfokuskan  pada  hal  yang  penting,  dan  membuat  kategori berdasarkan  macam  atau  jenisnya  dan  membuat  data  yang  tidak
diperlukan.    Dengan  demikian  data  yang  telah  direduksi  akan
3
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Rosda Karya, 1995, cet. 6, h. 186.
4
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan RD  Bandung : Alfabet, 2009 h. 137.
5
Nana Syaodih, Op.cit., 222.
memberikan  gambaran  yang  lebih  jelas,  dan  mempermudah  peneliti untuk melakukan pengumpulan data.
2. Penyajian  data  Data  Display.    Setelah  mereduksi  data,  langkah
selanjutnya  yaitu  mendisplay  data.    Dalam  langkah  ini  dilakukan penyajian  dengan  memisahkan  pola  yang  berbeda  sesuai  jenis  dan
macamnya sehingga strukturnya mudah dipahami. 3.
Penarikan  Kesimpulan  dan  Verification  Conclusion  Drawing  and Virification.    Langkah  ketiga  dalam  analisis  kualitatif  ini  adalah
penarikan  kesimpulan  dan  verifikasi.    Kesimpulan  awal  yang dikemukakan  masih  bersifat  sementara,  dan  akan  berubah  bila  tidak
ditemukan  bukti-bukti  yang  kuat.    Tetapi  jika  didukung  dengan  bukti yang valid, maka menjadi kesimpulan yang kredibel.
6
E. Kisi-Kisi Instrumen Wawancara
Dalam  penelitian  kualitatif,  peneliti  merupakan  instrumen  utama dalam  mengumpulkan  data  dan  menginterpretasikan  data  dengan
dibimbing oleh
pedoman wawancara,
pedoman observasi
dan dokumentasi,  agar  dapat  memahami  dan  mengetahui  upaya  guru  dalam
membina kemandirian siswa di  mts darunnajah cipining bogor jawa barat. Agar  penelitan  lebih  terarah,  peneliti  terlebih  dahulu  menyusun
kisi-kisi pedoman wawancara untuk mendapatkan data-data primer terkait dengan  “Upaya  Guru  Dalam  Membina  Kemandirian  Siswa  Di    SMA
Mulia  Buana  Parung  Panjang  Bogor  Jawa  Barat ”.    Adapun  kisi-kisinya
sebagai berikut:
6
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan RD, Bandung: Alfabeta, 2011, cet. 14, h. 252.
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara
UPAYA GURU DALAM MEMBINA KEMANDIRIAN SISWA
No Variabel
Aspek Variabel
1 Guru dan kompetensi Guru
a. Peran guru dan fungsi guru di sekolah
b. Strategi peningkatan kinerja pendidik
c. Melibatkan  seluruh  staf    wakil  kepala
sekolah untuk kegiatan sekolah
2 Kemandirian siswa
a. Strategi guru dalam membina kemandirian
siswa untuk para tenaga pendidik b.
Menekankan  pada  pengajaran  berkualitas sesuai dengan kemandirian siswa
c. Media  dan  alat  penunjang  dalam  proses
pembelajaran d.
Kendala  serta  solusi  dalam  membina kemandirian siswa
e. Harapan  adanya  perubahan
sikap kemandirian siswa
51
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Singkat SMA Mulia Buana Parung Panjang
SMA  Mulia  Buana  Parung  panjang  berada  di  bawah  naungan Yayasan  Pendidikan  Mulia  Buana  YPMB  Kecamatan  Parung  panjang
Kabupaten Bogor. Berdiri sejak tahun 2002 dan merupakan sekolah swasta satu-satunya yang ada di Kecamatan Parung panjang yang di bangun atas
saran serta gagasan masyarakat Parung panjang, karena pada waktu itu di Parung  panjang  belum  ada  Sekolah  Menengah  Atas  SMA  swasta.
Adapun  tujuan  utamanya  adalah  untuk  menambah  kualitas  sumber  daya manusianya  untuk  lebih  maju.  Maka  gagasan-gagasan  tersebut  terwujud
dengan berdirinya SMA Mulia Buana. SMA  Mulia  Buana  Secara  umum  didirikan  untuk  masyarakat
Parung  panjang  dan  sekitarnya,  oleh  karena  itu  secara  khusus  untuk mencerdaskan  pelajar-pelajar  Mulia  Buana  yang  berpotensi  ke  arah  masa
depan, SMA Mulia Buana baru di  akui  dengan surat  keputusan pendirian sekolah dari Bupati Kabupaten Bogor dengan   no 420328KptsHuk2003
secara  resmi  berstatus  terdaftar  dan  pada  tahun  2006  SMA  Mulia  Buana berubah status menjadi  terakreditasi.
SMA  Mulia  Buana  Parung  panjang  sampai  saat  ini  telah  berhasil meluluskan  siswa-siswinya  kurang  lebih  berjumlah  300  lulusan,  yang
tersebar  khususnya  di  kecamatan  Parung  panjang  dan  umumnya  di Kabupaten  Bogor,  serta  daerah  sekitarnya  seperti  Kabupaten  Tanggerang
dan DKI Jakarta. Para lulusan SMA Mulia Buana ada yang melanjutkan ke perguruan  tinggi  dan  ada  pula  yang  langsung  bekerja  pada  salah  satu
perusahaan swata. Pada umumnya lulusan  yang melanjutkan keperguruan