Kegunaan Penelitian Kerangka Berfikir

anak didik, pergaulan disekolah antar guru maupun murid, bagaimana menyampaikan materi pelajaran agar sesuai dengan kurikulum namun tetap memperhatikan kemampuan murid, menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat dan orang tua murid dalam rangka mengemban tugas pendidikan. Adapun hubungan guru dengan peserta didik diantaranya : 1 Guru berperilaku secara profesional dalam melaksanakan tugas mendidik,mengajar,membimbing,mengarahkan,melatih ,menilai dan mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran. 2 Guru membimbing peserta didik untuk memehami, menghayati dan mengamalkan hak-hak dan kewajiban sebagai individu,warga sekolah,dan anggota masyarakat. 3 Guru mengetahui bahwa setiap peserta didik memiliki karakteristik secara individu dan masing-masing berhak atas layanan pembelajaran. 4 Guru menghimpun informasi tentang peserta didik dan menggunakaknya untuk kepentingan proses kependidikan. 5 Guru secara perseorangan atau bersama-sama secara terus- menerus berusaha menciptakan, memelihara, dan mengembangkan suasan sekolah yang menyenangkan sebagai lingkungan belajar yang efektif dan efisien bagi peserta didik 6 Guru menjalin hubungan dengan peserta didik yang dilandasi rasa kasih sayang dan menghindarkan diri dari tindakan kekerasan fisik yang luar batas kaidah pendidikan. 7 Guru berusaha secara manusiawi untuk mencegah setiap gangguan yang dapat mempengaruhi perkembangan negatif bagi peserta didik. 8 Guru secara langsung mencurahkan usaha-usaha profesionalnya untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan keseluruhan,termasuk kemampuan untuk berkarya. 9 Guru menunjang tinggi harga diri,integritas, dan tidak sekali- kali merendahkan martabat peserta didik 10 Guru bertindak dan memandang semua tindakan peserta didiknya secara adil 11 Guru terpanggil hati nurani dan moralnya untuk secara tekun dan penuh perhatian bagi pertumbuhan dan perkembangan peserta didiknya 9 Penulis sendiri berpendapat, bahwa guru adalah seseorang yang karena panggilan jiwanya, sebagian besar waktu, tenaga dan pikirannya digunakan untuk mengajarkan ilmu pengetahuan, ketrampilan dan sikap kepada orang lain di sekolah atau lembaga pendidikan formal.

2. Kompetensi guru

Salah satu kompetensi yang harus dimiliki guru adalah kompetensi kepribadian. Kompetensi merupakan prasyarat mutlak seorang profesional. Tanpa didukung kompetensi dalam bidangnya,seseorang bukanlah profesional sejati, melainkan sebatas profesional dalam ranah administrasi. 10 Istilah kompetensi dalam rumusan resmi dalam Undang –Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 pada Bab 1 pasal 1 ayat 10 kompetensi adalah seperangkat pengetahuan,ketrampilan,dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. 11 Dalam proses belajar mengajar akan terjadi interaksi antara guru dan siswa atau antara siswa dengan guru. Dalam interaksi tersebut guru tidak hanya berperan sebagai pengajar tetapi sekaligus sebagai pendidik, oleh karena itu guru harus memiliki kompetensi. Kompetensi dalam arti bahasa Indonesia merupakan serapan dari bahasa Inggris, comptence yang berarti kecakapan dan kemampuan . Kompetensi adalah kumpulan pengetahuan, perilaku, dan keterampilan 9 Barnawi Mohammad Arifin, Etika profesi kependidikan jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2012 hal.59 10 Barnawi Mohammad Arifin, Etika Profesi Kependidikan jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2012 hal.37 11 Asrorun, Ni’am Sholeh, Membangun profesional guru jakarta : Paramuda,2006 h.158 yang harus di,iliki guru untuk mencapai tujuan pembelajaran dan pendidikan.kompetensi diperoleh melalui pendidikan pelatihan, dan belajar mandiri dengan memanfaatkan sumber belajar. Pemaknaan kompetensi dari sudut istilah mencakup beragam aspek, tidak saja terkait dengan fisik dan mental, tetapi juga aspek spiritual. Menurut Mulyasa : “ Kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang secara kafah membentuk kompetensi standar profesi guru, yang mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik,pengembangan pribadi dan profesionalitas ”. Kompetensi terkait dengan kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan kerja baru, dimana seseorang dapat menjalankan tugas dengan baik berdasarkan kemampuan yang dimilikinya. Debling menulis, “ Competence is a broad concept which embodies the ability to transfer and knowledge to new situation within the occupational area ” 12 Kepribadian adalah persyaratan yang harus dimiliki seorang guru yang ingin menjadi profesional dalam kaitannya dengan sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari- hari. Sebagaimana diungkapkan bahwa guru adalah seseorang yang harus digugu dan harus ditiru,khususnya oleh murid. Sebagai seseorang yang harus digugu dan ditiru,dengan sendirinya secara internal bahwa seorang guru harus memiliki kepribadian dan perilaku yang baik. Kompetensi kepribadian yang baik akan akan mempengaruhi kesuksesan dalam mendidik murid.guru harus memiliki sifat – sifat kepribadian pendidik yang mencerminkan insan mulia yang patut ditiru. Bagi guru maupun calon guru perlu mencontoh figur guru yang memiliki kepribadaian ideal yang sukses dalam mendidik. Tokoh Barat bernama Michael Hart Mengaggumi Nabi Muhammad dengan metetakan posisinya pada urutan pertama dalam bukunya yang berjudul Seratus Tokoh yang Pling Berpengaruh dalam Sejarah. Meskipun sudah 13 abad beliau wafat, tetapi pengaruhnya masih sangat kuat dan menadalam secara berakar dalam hati 12 Musfah, Jejen, Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori dan Praktik , Jakarta : Kencana, 2011 hal.27 pengikutnya. Selain itu, Robert L. Gullick Jr. Dalam bukunya yang berjudul Muhammad, the Educator Firmansyah, 2008 menguji Nabi Muhammad sebagai guru besar sejati denga n menyatakan : “Muhammad merupakan seorang pendidik yang membimbing manusia menuju kemerdekaan dan kebahagiaan yang lebih besar. Tidak dapat dibantah lagi bahwa Muhammad sungguh telah melahirkan ketertiban dan stabilitas yang mendorong ketertiban Islam, suatu revolusi sejati yang memiliki tempo yang tidak tertandingi dan gairah menyenangkan. Keluhuran dan budi dan sifat keteladanan yang beliau miliki telah difirmankan secara jelas oleh Allah Swt dalam Al-Quran : “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan Dia banyak menyebut nama Allah .” QS Al- Ahzab : 21. 13 Adapun kompetensi kepribadian guru berdasarkan peraturan pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 Pasal 3 sekurang –kurangnya mencakup : 1 beriman dan bertakwa 2 berakhlak mulia 3 arif dan bijaksana 4 demokratis 5 mantap 6 berwibawa 7 stabil 8 dewasa 9 jujur 10 sportif 11 menjadi teladan bagi peserta dididk dan masyarakat 12 secara objektif mengevaluasi kinerja sendiri 13 mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan. 14 Guru harus memiliki kepribadian yang demokratis,arif, dan bijaksana, serta berwibawa. Dalam menjalankan tugasnya, guru kerap kali dihadapkan pada situasi yang menuntut ia membuat keputusan. Keputusan itu seharusnya diselesaikan dengan arif, yaitu berdasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan masyarakat,serta menunjukan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak. Keterbukaan dalam berpikir dan bertidak ditunjukan dengan menampung setiap masukan yang muncul. Dengan kata lain, guru harus bertindak demokratis untuk menghasilkan keputusan yang bijaksana. 13 Barnawi Mohammad Arifin, Etika profesi kependidikan jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2012 hal.157 14 Ibid. hal.159 Keputusan yang bijaksana akan dapat menjaga, bahkan meningkatkan wibawa guru. Kepribadian guru yang berwibawa ditandai dengan perilaku yang berpengaruh positif pada peserta didik dan memiliki perilaku disegani. 15

3. Jenis-Jenis Kompetensi Guru

Berbagai perkembangan kehidupan yang pesat dan tantangan yang semakin komplek telah menuntut agar guru selalu besifat profesional,guru harus memiliki kompetensi tertentu dengan kualifikasi akademik yang layak. Dalam hal ini, guru sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, yang diperjelas lagi oleh Peraturan Pemerintah Republik Indosesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru sebagai ...pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, pendidikan menengah. pasal 1 ayat 1, PP No.742008. 16 Dalam perspektif kebijakan nasional, pemerintah telah merumuskan empat jenis kompetensi guru, sebagaimana tercantum dalam Penjelasan Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yaitu : kompetensi pedagis, kepribadian, sosial dan profesional. Guru diharapakan dapat menjalankan tugasnya secara profesional dengan memiliki dan menguasai keempat kompetensi tersebut. Kompetensi yang harus dimiliki pendidik itu sungguh sangat ideal sebagaimana tergambar dalam peraturan pemerintah tersebut. Berikut ini dijelaskan hal-hal yang terkait kompetensi guru itu. Penjelasan ini diharapkan dapat membantu guru untuk lebih memahami segala hal yang terkait dengan kompetensi yang harus sesegera mungkin dicapai agar ia benar- benar bisa disebut guru profesional. 17 15 Ibid.hal.163 16 Suryono Haryanto, Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar Bandung : PT Rosda, 2011h. 185 17 Musfah, Jejen, Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori dan Praktik , Jakarta : Kencana, 2011 hal.30-32

a. Kompetensi Pedagogis

Tugas guru yang utama ialah mengajar dan mendidik murid dikelas dan diluar kelas. Guru selalu berhadapan dengan murid yang memerlukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap utama untuk menghadapi hidupnya dimasa depan. Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan, yang dimaksud dengan kompetensi pedagogis adalah : Kemampuan dalam mengelola peserta didik yang meliputi : a pemahaman wawasan atau landasan pendidikan b pemahaman tentang peserta didik c pengembangan kurikulumsilabus d perancangan pembelajaran e pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis f evaluasi hasil belajar dan g pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasi berbagai potensi yang dimilikinya. pemahaman wawasan atau landasan pendidikan. Seorang guru harus memahami hakikat pendidikan konsep yang terkait dengannya. Diantaranya yaitu fungsi dan peran lembaga pendidikan, konsep pendidikan seumur hidup dan berbagai implikasinya, peranan keluarga dan masyarakat dalam pendidikan, pengaruh timbal balik antara sekolah, keluarga, dan masyarakat, sistem pendidikan nasional dan inovasi pendidikan. Pemahaman yang benar tentang konsep pendidikan tersebut akan membuat guru sadar posisi strategisnya di tengah masyarakat dan perannya yang sangat besar bagi upaya pencerdasan generasi bangsa. Joseph Fischer menulis : “ pendidikan adalah penanaman pengetahuan, keterampilan, nilai, dan perilaku melalui prosedur yang standar.” pemahaman tentang peserta didik. “ Guru harus mengenal dan memehami siswa dengan baik, memahami tahapan perkembangan yang telah dicapainya, kemampuannya, keunggulan dan kekurangannya, hambatan yang dihadapi serta faktor dominan yang memengaruhinya.”. Pada dasarnya anak-anak itu ingin tahu, dan sebagian tugas ialah membantu perkembangan keingintahuan tersebut, dan membuat merekalebih ingin tahu. Horowitz, et al Darling- Hammond dan Bransford, 2005 : 88 18 dalam Educating Teacher for Developmentally Appropriate Practice, menjelaskan tentang kriteria guru yang baik dan efektif berikut ini : Guru yang baik memahami bahwa mengajar bukan sekedar berbicara, dan belajar bukan sekedar mendengarkan. Guru yang efektif mampu menunjukan bukan hanya apa yang ingin mereka ajarkan, namun juga bagaimana siswa dapat memahami dan menggunakan pengetahuan dan keterampialan baru. Selanjutnya mereka tahu apa yang dibutuhkan siswa, maka mereka memiliki tugas produktif, dan mereka menyusun tugas ini melalui cara menimbulkan pemahaman. Akhirnya, mereka memantau keterlibatan siswa disekolah, belajar produktif, dan tumbuh sebagai anggota masyarakat yang kooperatif dan bijaksana yang akan dapat berpartisipasi di masyarakat. Guru harus memahami bahwa semua siswa dalam seluruh konteks pendidikan itu unik. Dasar pengetahuan tentang keragaman sangat penting, dan termasuk perbedaan dalam kecerdasan, emosional, bakat, dan bahasa. Demikian juga seorang guru harus meperlakukan siswa dengan respek, apakah ia dari keluarga miskin atau kaya. Guru harus mampu mengarahkan siswa untuk fokus pada kemampuannya dalam bidang tertentu dan menunjukan cara yang tepat untuk meraihnya. Pengembangan kurikulum silabus. Setiap guru menggunakan buku sebagai bahan ajar. Buku pelajaran bnayak tersedia demikian buku penunjang. Guru dapat mengadaptasikan materi yang akan diajarkan dari buku- buku yang telah distandarisasi oleh Depdiknas, tepatnya Badan Standardisasi Nasional Pendidikan BSNP . Singkatnya guru tidak perlu repot menulis buku sesuai dengan bidangnya. Meskipun demikian, guru harus memperhatikan proses pengembangan kurikulum, yang menurut Miller dan Saller mencakup tiga 18 Ibid hal : 1. Menyusun tujuan umum dan tujuan khusus 2. Mengindentifikasi materi yang tepat 3. Memilih strategi belajar mengajar Guru harus memehami hakikat kurikulum. Doll menyatakan “ definisi kurikulum yang telah di terima secara umum telah berubah dari materi dan daftar pelajaran menjadi seluruh pengalaman yang diberikan pada siswa dibawah bimbingan sekolah.sama dengan Doll, Eisner menjelaskan mak na kurikulum yaitu “ seluruh pengalaman yang dialami anak di bawah pengawasan sekolah”. Pengalaman ini sebagai besar telah didesain oleh sekolah sebelumnya. Ia juga menjelaskan bahwa “ kurikulum sekolah atau pelatihan, atau kelas dapat dibuat sebagai seri pertunjukan yang dimaksudkan dapat mendidik satu atau lebih. Perancangan pembelajaran. guru mengetahui apa yang akan diajarkan pada siswa. Guru menyiapkan metode dan media pembelajaran setiap akan mengajar.perancangan pembelajaran menimbulkan dampak positif berikut ini. Pertama, siswa akan selalu mendapatkan pengetahuan baru dari guru. Kedua, menumbuhkan kepercayaan siswa pada guru, sehingga mereka akan senang dan giat belajar. Ketiga , belajar akan menjadi aktivitas yang menyenangkan dan ditunggu-tunggu oleh dan bagi siswa, akrena mereka merasa tidak akan sia-sia datang belajar ke kelas. 19 Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis. Pada anak- anak dan remaja, inisiatif belajar harus muncul dari para guru, karena mereka pada umumnya belum memahami pentingnya belajar. Maka guru harus mampu menyiapkan pembelajaran yang menarik, menantang, dan tidak menoton, baik dari sisi kemasan maupun isi atau materinya. Evaluasi hasil belajar. Kesuksesan seorang guru sebagai pendidik profesional tergantung pada pemahaman terhadap penilaian pendidikan, dan kemampuan berkerja efektif dalam penilaian. “Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengelolaan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik ”. Penilaian hasil pembelajaran mencakup aspek 19 Ibid. hal 36 kognifif, psikomotorik, dan afektif sesuai dengan karakteristik mata pelajaran. Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Belajar merupakan proses di mana pengetahuan, konsep, keterampilan dan perilaku diperoleh, dipahami, diterapkan dan dikembangkan. Anak- anak mengetahui perasaan mereka melalui rekannya belajar. Pendidik harus memiliki kualifikasi dan kompetensi sebagai agen pembelajaran learning agent . yang dimaksud dengan pendidik sebagai agent pembelajaran ialah “ peran pendidik antara lain sebagai fasilitator, motivator, pemacu, dan pemberi inspirasi belajar bagi peserta didik.

b. Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian , yaitu “ kemampuan kepribadian yang a berakhlak mulia b mantap, stabil dan dewasa c arif dan bijaksana d menjadi teladan e mengevaluasi kinerja sendiri f mengembangan diri g religius “. BNSP, 2006 : 88 20 Berakhlak mulia. “ pendidikan nasional yang bermutu diarahkan untuk pengembangan potensi peserta didik agar menjadi manusia tang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta tanggung jawab”. Mantap, stabil, dan dewasa. Menurut Husain dan Ashraf “ jika disepakati bahwa pendidikan bukan hanya melatih manusia untuk hidup, maka karakter guru merupakan hal yang sangat penting.”itu sebabnya, menurut Husain dan Ashraf : “ Meskipun murid pulang kerumah meninggalkan sekolah atau kampus guru mereka, mereka tetap menyenangkan dalam hati dan pikiran mereka, kenangan tentang kepribadian yang agung di mana mereka pernah berinteraksi dalam masa tertentu dalam hidup mreka. Guru harus memiliki standar kulitas pribadi 20 Ibid. hal.42 tertentu yaitu mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri, dan disiplin ”. Tulis Mulyasa, minimal ada tiga ciri kedewasaan antara lain : Pertama, orang yang telah dewasa memilki tujan dan pedoman hidup, yaitu sekumpulan nilai yang ia yakini kebenarannya dan menjadi pegangan dan pedoman hidupnya. Kedua, orang dewasa adalah orang yang mampu melihat segala sesuatu secara objektif. Tidak hanya dipengaruhi oleh subjektivitas dirinya. Ketiga, orang yang telah bisa bertanggung jawab. Orang dewasa adalah orang yang telah memiliki kemerdekaan, kebebasan, tetapi di sisi lain dari kebebasan adalah tanggung jawab. 21 Arif dan bijaksana. “ guru bukan hanya menjadi seorang manusia pembelajaran tetapi menjadi pribadi bijak, seorang saleh yang dapat mempengaruhi pikiran generasi muda.” Husain dan Ashraf seorang guru tidak boleh sombong dengan ilmunya, karena merasa paling mengetahui dan terampil dibandingkan guru yang lainnya, sehingga menganggap remeh dan rendah rekan sejawatnya. Menjadi teladan. Mulyasa mengatakan, “ Pribadi guru sangat berperan dalam membentuk pribadi peserta didik. Ini dapat dimaklumi karena manusia merupakn mahluk yang suka mencontoh, termasuk menc ontoh pribadi gurunya dalam membentuk pribadinya.” “secara teoretis, menjadi teladan merupakan bagian integral dari seorang guru, sehingga menjadi guru berati menerima tanggung jawab menjadi telatan”. Mengevaluasi kinerja sendiri. Pengalaman adalah guru terbaik experience is the best teacher demikian pepatah Inggris. Pengalaman mengajar merupakan modal besar guru untuk meningkatkan mengajar dikelas. pengalaman di kelas memberikan wawasan bagi guru untuk memahami karakter anak-anak, dan bagaimana cara terbaik untuk menghadapi keragaman tersebut. Guru jadi tahu metode apa yang terbaik bagi mata pelajaran apa, karena ia pernah mencoba berkali-kali. Tujuan evaluasi kinerja diri adalah untuk memperbaiki proses pembelajaran dimasa mendatang. Umar bin Utbah berkata kepada guru 21 Ibid. hal 46 anaknya : “ Hal pertama yang harus anda lakukan dalam mendidik anakku adalah perbaiki dirimu sendiri, karena matanya melihatmu. Kebaikan baginya adalah apa yang kau lakukan, dan keburukan adalah apa yang kau tingga lkan”. 22 Mengembangkan diri. Diantara sifat yang harus di miliki guru ialah pembelajaran yang baik atau pembelajaran mandiri, yaitu semangat yang besar untuk menuntut ilmu. Sebagai contoh kecil yaitu kegemarannya membaca dan berlatih keterampilan yang dapat menunjang profesinya sebagai pendidik. Berkembang dan bertumbuh hanya dapat terjadi jika guru mampu konsisten sebagai membelajaran mandiri, yang cerdas manfaatkan fsilitas pendidikan yang ada di sekolah dan lingkingannya. Husain dan Ashraf mengutip pendapat Hossein Nasr, Baloch, Aroosi, dan Badawi terkait dengan eksistensi dan peran guru : Pertama, poros utama sistem pendidikan adalah guru. Kedua, guru tidak hanya menjadi manusia pembelajaran man of learning namun juga harus menjadi manusia yang bermoral tinggi. Ketiga, dia harus menjadi manusia yang mampu menginspirasi orang lain untuk antusiasi apada moral dan etik yang dia katakan dan juga ia contohkan. Keempat, dia harus menjadi orang mengajarkan keyakinannya. Tidak boleh ada kontradiksi antara apa yang dia ajarkan dan keyakinan pribadinya. 23 Religius. Ciri religiositas pada kompetensi kepribadian, karena ia erat kaitannya dengan akhlak mulia dan kepribadian seorang muslim. Akhlak mulia timbul karena seseorang percaya pada Allah sebagai pencipta yang dimilki nama-nama baik asmaul husna dan sifat yang terpuji. Budi pekerti yang baik tumbuh subur dalam pribadi yang khusyuk dalam menjalankan ibadah vertikal danharizontal. Pribadi yang selalu menghayati ritual ibadah dan mengingat Allah akan melahirkan sikap terpuji. Aspek tertinggi dari keberagaman seseorang ialah saat seluruh 22 Ibid. hal 48 23 Ibid. hal 49 aktivitas kehidupannya baik duniawi maupun ukhrawi hanya didasari untuk meraih keridhaan Allah SWT maka, seorang guru yang religius pasti akan membimbing siswannya untuk memilki kepribadian yang luhur dan utama, terutama akhlak pada Tuhan lalu akhlak pada sesama makluk hidup di sekelilingnya. Ilmu akan hampa dan tidak manfaat bahkan cenderung menghancurkan nilai-nilai kemanusiaan, jika tidak dimilki oleh pribadi yang religius dan berakhlak. Menurut Muhammad Qutb, “ tujuan pendidikan Islam adalah membimbing manusia sedemikian rupa, sehingga ia selalu tetap berada dalam hubungan dengan Allah SWT ”

c. Kompetensi Sosial

Seorang guru sama seperti manusia lainnya adalah makhluk sosial, yang dalam hidupnya berdampingan dengan manusia lainnya. Guru diharapkan memberikan contoh baik terhadap lingkungannya dengan menjalankan hak dan kewajibannya sebagai bagian dari masyarakat sekitarnya. Guru harus berjiwa sosial tinggi, mudah bergaul dan suka menolong, bukan sebaliknya, yaitu individi yang tertutup dan tidak memedulikan orang –orang sekitar disekitarnya. Kompetensi sosial merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk a berkomunikasi lisan dan tulisan b menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional c bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan,orang tuawali peserta didik dan d bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar. Menurut Sukmadinata, “ diantara kemampuan sosial dan personal yang paling mendasar yang harus dikuasai guru adalah cita-cita semacam ini dapat diwujudkan guru melalui : pertama, kesungguhan mengajar dan mendidik para murid. Tidak peduli kondisi ekonomi, sosial,politik, dan medan yang dihadapinnya. Ia selalu semangat memberikan pengajaran bagi muridnya. Kedua, pembelajaran masyarakat melalui interaksi atau komunikasi langsung dengan mereka di beberapa tempat seperti masjid, majelis taklim, balai desa dan pos yandu. Dalam kontek ini, guru bukan hanya guru bagi para muridnya, tetapi juga guru bagi masyarakat dan lingkungannya. Ketiga, guru menuangkan dan mengekspesikan pemikiran dan idenya melalui tulisan, baik dalam bentuk artikel,cerpen,novel,sajak, maupun artikel ilmiah.keterampilan dan kepercayaan diri guru dalam menulis perlu ditumbuhkan melalui pealtihan dan dorongan kepada sekolah. 24

d. Kompetensi Profesional

Tugas guru ialah mengajarkan pengetahuan kepada muridnya.guru tidak sekedar mengetahui materi yang akan diajarkannya, tetapi memahaminya secara luas dan mendalam.oleh karena itu, murid harus selalu belajar untuk memperdalam pengetahuannya terkait mata pelajaran yang diampuninya. Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan kompetensi profesional adalah : Kemampuan menguasai materi pelajaran secara luas dan mendalam yang meliputi : a konsep, struktur, dan metode keilmuanteknologiseni yang menaungikohoren dengan materi ajar b materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah c hubungan konsep antara mata pelajaran tekait d penerapan konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari dan e kometisi secara profesional dalam konteks global dengan tetap melestarikan nilai budaya nasional. Seorang guru harus menjadi orang yang special, namun lebih baik lagi jika ia menjadi spesial bagi semua siswanya.guru merupakan kumpulan orang-orang yang pintar di bidangnya masing-masing dan juga dewasa dalam bersikap. Namun yang lebih penting lagi adalah bagaimana caranya guru tersebut dapat menularkan kepntarannya dan kedwsanaannya tersebut pada para siswanya di kelas. Sebab guru adalah jembatan bagi lahirnya anak-anak cerdas dan dewasa di masa menadatang. 24 Ibid. hal.53 Menjadi guru profesional bukan hal mudah. Sebelum mencapai tingakt expert ahli, guru harus melalui beberapa tahapan seperti dijelaskan Berliner, “ Guru berkembang menjadi ahli melalui beberapa tingkatan dari pendatang baru novice ke pemula lanjut, kompeten, pandai proficient, d an pada akhirnya ahli expert”. Hammerness, et al. Darling Hammonf dan Bransford,2005: 361 dalam How Teacher Learn and Develop menjelaskan tentang kemampuan guru yang ahli, bahwa “ Guru yang ahli mampu melakukan beragam aktivitas tanpa harus berhenti dan berpikir bagaimana melakukan hal itu”. 25 Seorang guru akan mampu melaksanakan tugasnya dengan baik apabila dia memiliki berbagai Kemampuan dasar atau kompetensi keguruan yang dimilikinya.kompetensi guru ada empat yaitu: 1. Mempumyai pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku manusia. 2. Mempunyai pengetahuan dan menguasai bidang studi yang dibinanya. 3. Mempunyai sikap yang tepat tentang diri sendiri,sekolah,teman sejawat dan bidang studi yang dibinanya 4. Mempunyai keterampilan teknik mengajar. Penulis sendiri berpendapat Kompetensi guru dapat dipersempit menjadi kompetensi kepribadian, kompetensi atas penguasaan bahan pengajaran dan kompetensi dalam cara cara mengajar, menyangkut ketrampilan menyusun setiap program satuan pelajaran, demikian pula merencanakan atau menyusun kegiatan untuk siswa satuan waktu, mempergunakan dan mengembangkan media pendidikan dan mempergunakan semua metode mengajar. Dari penjelasan tersebut dapat bahwa kompetensi merupakan kemampuan seseorang yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dapat diwujudkan dalam hasil kerja nyata yang bermanfaat bagi diri dan lingkungannya. Ketiga aspek kemampuan ini saling terkaitan dan mempengaruhi satu sama lain. Kondisi fisik dan mental serta spiritual 25 Ibid.hal.55 seseorang besar pengaruhnya terhadap produktivitas kerja seseorang, maka tiga aspek ini harus dijaga pula sesuai standar yang disepakati. Membagi kompetensi guru dalam tiga bagian, yaitu “ bidang kgnitif,bidang sikap, bidang perilaku performance . Ketiga kompetensi ini tidak berdiri sendiri, tetapi saling berhubungan dan mempengaruhi satu sama lain ”. 26 Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi guru dapat dibagi menjadi 3 tiga bidang yaitu : 1 Kompetensi bidang kognitif Kompetensi bidang kognitif artinya kemampuan intelektual, seperti penguasaan mata pelajaran, pengetahuan mengenai cara mengajar, pengetahuan mengenai belajar dan tingkah laku individual, pengetahuan tentang bimbingan penyuluhan, pengetahuan tentang administrasi kelas, pengetahuan tentang cara menilai hasil belajar siswa, pengetahuan tentang kemasyarakatan serta pengetahuan umum lainnya. 2 Kompetensi bidang sikap Kompetensi bidang sikap, artinya kesiapan dan kesediaan guru terhadap berbagai hal yang berkenaan dengan tugas dan profesinya. Misalnya sikap menghargai pekerjaan, mencintai dan memiliki perasaan senang terhadap mata pelajaran yang dibinanya, sikap toleransi terhadap sesarria teman profesinya, memiliki kemauan yang keras untuk meningkatkan hasil pekerjaannya. 3 Kompetensi Perilaku Performance Kompetensi perilaku performance, artinya kemampuan guru dalam berbagai ketrampilan perilaku, seperti ketrampilan mengajar membimbing, menilai, menggunakan alat bantu pengajaran, bergaul atau berkomunikasi dengan siswa, ketrampilan menumbuhkan semangat belajar para siswa, ketrampilan menyusun persiapanperencanaan mengajar, ketrampilan melaksanakan administrasi kelas dan lain-lain.

4. Kedudukan Guru dalam Pendidikan

26 Ibid, Musfah, Jejen, hal.29 Undang-Undang Guru Pasal 2 ayat 1 berbunyi, “ Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan perundang- undangan.”lebih lanjut dalam Pasal 4, Menjelaskan mengenai fungsi kedudukan guru yang berbunyi “ kedudukan guru sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat 1 berfungsi meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran dan berfungsi meningkatkan mutu pendidikan nasional.” Penjelasan Pasal 4 dalam Undang –Undang ini menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan guru sebagai agen pembelajaran learning agent adalah peran guru antara lain sebagai fasilitator, motivator,pemacu, perekayasa pembelajaran dan pemberi inspiransi belajar bagi peserta didik. Pembelajaran yang berkualiatas adalah pembelajaran yang mampu meletakan posisi guru dengan tepat sehingga guru dapat memainkan perannya sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik. Sebagai fasilitator, guru tidaklah mengajar, tetapi melayani peserta didik untuk belajar.sebagai motivator,guru mendorong peserta didik untuk belajar. Sebagai pemacu, guru menyentuh faktor-faktor belajar agar kompetensi peserta didik meningkat. Sebagai perekayasa guru memanfaatkan segala media dan sumber belajar agar peserta didik mencapai kompetensi yang telah ditentukan. Sebagai pemberi inspiransi, guru mengubah pandangan dan kehidupan peserta didik menjadi lebih baik. 27

a. Guru sebagai fasilitator

Dewasa ini teori belajar konstruktivisme telah populer dalam dunia pendidikan.konstruktivisme telah menetapkan teori-teori sebelumnya dan memberikan pemecahan terhadap konsep belajar. Teori ini telah mengubah paradigma belajar yang tadinya berpusat pada guru teacher centred learning kemudian beralih kearah 27 Barnawi Mohammad Arifin, Etika profesi kependidikan jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2012 hal 69-70 paradigma belajar yang berpusat pada peserta didik student centred learning . Pembelajaran memang harus berpusat pada peserta didik karena peserta didik tidak akan belajar apabila dalam kondisi pasif. Peserta didik akan belajar apabila ia diberi kesempatan aktif berbuat dalam proses pembelajaran.

b. Guru sebagai motivator

Motivasi dapat diartikan daya pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku kearah tujuan tertentu. Motivasi mengandung tiga komponen, yaitu menggerakkan, mengarahkan, dan memompang tingkah laku manusia. 1. Menggerakkan berarti menimbulkan kekuatan pada individu, memimpin seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu.misalnya kekuatan dalam hal ingatan,respon- respon efektif dan cenderung mendapat kesenangan. 2. Motivasi juga mengarahkan atau menyalurkan tingkah laku dengan demikian, ia menyediakan suatu orientasi tujuan, tingkah laku individu diarahkan terhadap sesuatu. 3. Untuk menjaga dan menompang tingkah laku, lingkungan sekitar harus menguatkan intensitas arah dorongan- dorongan,dan kekuatan individu.

c. Guru sebagai pemacu belajar

Belajar adalah kewajiban peserta didik.akan tetapi, tidak semua peserta didik mempunyai kesadaran yang sama untuk belajar. Terkadang ada yang bersikap santai dalam belajar dan ada pila yang belajar apabila memang ada tugas dari guru saja sehingga hasil belajarnya berada di bawah kemampuan yang sebenarnya ia miliki. Kondisi seperti ini tidak boleh di biarkan, peserta didik harus dipacu semangat belajarnya agar potensi yang dimiliki dapat tergali secara optimal. Untuk memacu belajar, guru harus memahami faktor-faktor yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor intern terbagi menajdi 3 kelompok, yaitu faktor jasmaniah, faktor psikologis, faktor kelelahan.berikut uraiannya. 1. Faktor jasmaniah Faktor jasmaniah mencakup kesehatan dan kondisi peserta didik yang cacat. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dalam belajar. Tidak mungkin peserta didik dapat belajar dengan baik apabila badannya tidak fit. 2. Faktor psikologis Sekuarng kuarngnya ada tujuh faktor yang tergolong dalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar. Pertama intelektual adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis, yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan diri dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahuimenggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi, dan mempelajari denngan cepat. Kedua, perhatian .perhatian merupakan aktivitas mental pada suatu objek. Belajar akan berhasil apabila peserta didik memilki perhatian terhadap materi pembelajaran. ketiga, minat. Minat berbeda dengan perhatian. Perhatian bersifat sementara dan belum tentu diikuti dengan perasaan senang, sedangkan minat cenderung permanen dan pasti diikuti perasaan senang. Keempat, bakat. Bakat atau aptitude. Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kelima, motif ialah segala sesuatu yang mendorong manusia untuk berfikir,merasa,dan bertindak sesuatu. Keenam,kematangan. Seperti yang telah disinggung sebelumnya bahwa kematangan berkaitan erat dengan umur. Implikasi terhadap pembelajaran ialah peserta didik tidak boleh diberikan materi yang melampau batas kemampuannya, baik kemampuan secara fisik, psikis, maupun kongnitifnya. Ketujuh, kesiapan. Kesiapan merupakan kesediaan memberi respon atau bereaksi.kesiapan peserta didik erat kaitannya dengan kematangan. 3. Faktor kelelahan Kelelahan pada seseorang dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan ruhani. Kelelahan jasmani dapat diketahui apabila kondisi tubuh seseorang lemah dan tidak berdaya. Kelelahan ruhani ditandai dengan menurunnya semangat hidup. Kelelahan ruhani dapat terjadi karena menghadapi masalah yang sangat berat, kebosanan pada rutinitas, keterpaksaan, dan kehilangan makna hidup. 28 Selain faktor intern, faktor ekstern juga sangat mempengaruhi peserta didik untuk belajar. Faktor ekstern terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat. 1 Faktor keluarga Faktor ekstern yang paling dekat dengan peserta didik ialah faktor keluarga. Peserta didik yang belajar akan memperoleh pengaruh dari keluarga yang berupa cara orang tua dalam mendidik, suasana rumah dan latar belakang budaya. 2 Faktor sekolah Faktor sekolah adalah faktor luar yang memrngaruhi belajar peserta didik yang mencangkup guru, proses pembelajaran, sarana dan prasarana, kurikulum, hubungan antarwarga sekolah, dan tanggung jawab warga sekolah. 3 Faktor masyarakat 28 Ibid. hal 80-84 Faktor masyarakat adalah faktor ekstern yang ikut memengaruhi belajar peserta didik. Faktor masyarakat meliputi pergaulan peserta didik, aktivitas dalam masyarakat, media massa, dan kehidupan masyarakat sekitar. 29

d. Guru sebagai prekayasa pembelajaran

Rekayasa pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu tindakan untuk menerapakan kaidah-kaidah ilmu pembelajaran untuk mendorong peserta didik agar belajar. Penerapan mencakup tahapan perencanaan dan pelaksanaan pebelajaran. Jadi kompetensi yang harus dimilki seorang guru sebagai perekayasa ialah mampu menyusun desain pembelajaran dan mengaplikasikan dalam proses pembelajaran. desain pembelajaran disusun dengan memanfaatkan berbagai macam sumber dan media agar peserta didik mencapai kompetensi yang telah ditentukan.

e. Guru sebagai pemberi inspiransi

Insfiratif adalah upaya memberikan stimulus bagi peserta didik agar termotivasi dan menimbulkan kemauan yang baru. Guru yang mampu memengaruhi dan mengubah jalan hidup para peserta didiknya untuk menjadi lebih baik disebut sebagai guru insfiratif . Guru inspiratif ialah guru yang mampu memberikan stimulus kepada peserta didik untuk mengubah jalan hidupnya menjadi lebih baik. Guru yang sedikit mengajar tetapi mampu menginspirasi peserta didiknya itu lebih baik dibandingkan dengan guru yang banyak berceramah tetapi tidak memberi makna apa-apa. William A Ward pernah mengatakan . “ the mediocre teacher tells. The good teacher explains. The superior teacher demonstrates. The great teacher inspires.” Artinya “ Guru yang biasa-biasa saja, memberi tahu. Guru yang baik, menjelaskan. Guru yang sangat baik, mendemonstrasikan. Guru yang luar biasa, ialah guru yang 29 Ibid.hal. 85-88 membe ri inspirasi.” Guru inspiratiflah guru yang terbaik. 30 Guru sebagai social worker pekerja sosial.sangat dibutuhkan oleh masyarakat.namun,kebutuhan masyarakat akan guru belum seimbang dengan sikap sosial masyarakat terhadap profesi guru.rendahnya pengakuan masyarakat terhadap guru menurut Nana Sudjana, disebabkan oleh beberapa faktor yaitu : 31 1. Adanya pandangan sebagai masyarakat bahwa siapa pun dapat menjadi guru, asalkan ia berpengetahuan,walaupun tidak mengerti didaktif metodik. 2. Kekurangan tenaga guru didaerah terpencil memberikan peluang untuk mengangkat seseorang yang tidak mempunyai kewenangan profesiona untuk menjadi guru. 3. Banyak tenaga guru sendiri yang belum menghargai profesinya sendiri, apalagi mengembangkan profesi tersebut. Salah satu hal yang menarik pada ajaran Islam ialah penghargaan yang tinggi terhadap guru. Begitu tingginya penghargaan itu sehingga menetapkan kedudukan guru setingkat dibawah kedudukan Nabi dan Rosul. Karena guru adalah bapak ruhani spiritual father bagi anak didik yang memberi santapan jiwa dengan ilmu pengetahuan. Guru adalah sumber ilmu. Mereka dengan ikhlas mengajar dan mendidik. Mereka adalah pahlawan tanpa jasa. Tanpa mereka, engkau tidak akan menjadi apa- apa. Jasa mereka sungguh tiada tara. 32 Menurut Al-Ghazali menukil beberapa hadist Nabi tentang keutamaan seorang guru. Ia berkesimpulan bahwa guru disebut sebagai orang yang besar aktivitasnya dan lebih baik . Guru merupakan pelita segala zaman. Orang yang hidup bersamanya akan memperoleh pancaran nur keilmiahan. Andaikata dunia tidak ada guru, niscaya manusia seperti binatang, sebab guru berupaya mengeluarkan manusia dari sifat kebinatangan kepada sifat insaniyah. 30 Ibid. hal 96-97 31 Op.cit . Muhamad, Nurdin , hal 192 32 Akbar, Zainudin, Ketika Sukses Berawal dari Pesantren Bekasi : MJWBook , 2014 h.35 Pendidikan merupakan bagian terpenting dari kehidupan yang sekaligus membedakan manusia dengan hewan . Hewan juga “belajar”, tetapi lebih ditentukan oleh instink. Sedangkan bagi manusia, belajar berarti rangkaian kegiatan menuju “pendewasaan” guna menuju kehidupan yang lebih berarti. 33 Kedudukan guru dalam Islam dihargai tinggi bila orang itu mengamalkan ilmunya. Mengamalkan ilmu dengan cara mengajarkan ilmu kepada orang lain adalah suatu pengalaman yang paling dihargai dalam Islam.kedudukan guru dalam Islam memang berbeda dengan kedudukan guru di dunia barat.hubungan guru dengan anak didik juga berbeda.hubungannya hanya sebatas pemberi dan menerima saja. proses pendidikan yang berjalan selama ini. pada umumnya pendidikan sekarang orang menganggap bahwa anak dalam konsep diri masih tergantung, sedang orang dewasa itu sudah memiliki otonomi. Asumsi semacam ini membawa akibat bahwa pendidikan menjadi lebih berpusat pada guru. Dan keadaan semacam ini belajar menjadi pasif. Anak hanya menjadi peniru, penghafal, dan tukang pengingat yang tidak menyentuh lubuk hatinya. pendidikan semacam ini sebagai pendidikan yang menekan martabat manusia, pendidikan yang memperkuat sistem penindasan. Paulo Freire seorang tokoh pendidikan dari Brazil dalam bukunya yang termashur Peadagogy of the Opressed antara lain berpendapat bahwa hendaknya guru hanyalah membantu dalam anak menempuh proses belajar menemukan dirinya. Freire dengan keras mengkritik proses pendidikan yang berjalan selama ini. Menurutnya pada umumnya pendidikan sekarang orang menganggap bahwa anak dalam konsep diri mash tergantung, sedang orang dewasa itu sudah memiliki otonomi. Asumsi semacam ini membawa akibat bahwa pendidikan menjadi lebih berpusat pada guru. Dan keadaan semacam ini belajar menjadi pasif. Anak hanya menjadi peniru, penghafal, dan tukang pengingat yang tidak 33 Muslih,Usa, Pendidikan Islam Di Indonesia Antara Cita Dan Fakta Yogyakarta : PT Tiara Wacana Yogya h.27 menyentuh lubuk hatinya. Freire menganggap pendidikan semacam ini sebagai pendidikan yang menekan martabat manusia, pendidikan yang memperkuat sistem penindasan. Digambarkan lebih jauh olehnya, bahwa pendidikan yang sekarang ini pada umumnya bersifat : a Guru mengajar murid belajar. b Guru mengetahui segala sesuatu, murid tidak mengetahui apa-apa. c Guru berfikir, murid yang dipikirkan. d Guru berbicara, murid mendengarkan dengan tenang. e Guru mengatur , murid diatur. f Guru memilih dan memaksakan pilihan, murid hanya menyetujui g Guru berbuat, murid membayangkan dirinya berbuat melalui perbuatan gurunya. h Guru memilih bahan dan isi pelajaran, murid menyesuaikan diri dengan pelajaran . i Gurumencampuradukan kewenangan ilmu dan jabatan untuk menghalangi kebebasan murid. j Guru adalah subyek dalam proses belajar, murid adalah hanya obyek. 34 Dalam pengajaran atau proses belajar mengajar, guru memegang peranan sebagai sutradara sekaligus aktor artinya pada gurulah tugas dan tanggung jawab merencanakan dan melaksanakan pengajaran di sekolah. Guru adalah sebagai pembimbing untuk membawa anak kearah kedewasaan, pendidik tidak maha kuasa, tidak dapat membentuk anak menurut sekehendaknya. Disamping guru harus bisa ditiru, menjadi teladan bagi anak didiknya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat Al-Ahzab ayat 21 : Artinya : Sesungguhnya telah ada pada diri Rosulullah SAW itu suri 34 Muslih,Usa, Pendidikan Islam Di Indonesia Antara Cita Dan Fakta Yogyakarta : PT Tiara Wacana Yogya h.33 ا ًريِثَك َََّ ََرَكَذ َو ََرِخآا ََم ْوَيْلا َو وجْري اك ْ ل ٌةنسح ٌةوْسأ هَ وسر يف ْم ل اك ْدقل tauladan yang baik . ...Q.S. Al Ahzab : 21 35 Banyak ragam pendapat tentang posisi dan status guru dalam pendidikan. Bagi penulis sendiri, dari mana pun kita melihat, guru itu memang ada eksis, dan sekali lagi apakah ia sentral atau tidak dalam pendidikan, yang jelas guru merupakan salah satu faktor pendidikan. Tentu saja kita tetap berangkat dan asumsi bahwa pendidikan merupakan suatu sistem yang apabila kehilangan salah satu unsurnya ia akan pincang dalam mekanisme proses sistemik tersebut.

B. Kemandirian

1. Pengertian Kemandirian

Ada pendapat yang mengatakan bahwa kebiasaan anak, karakter dan sifat-sifatnya bisa dibentuk oleh orang tuanya sendiri. Berbagai kebiasaan anak, karakter, sifat dan sebagainya tidak mutlak merupakan turunan dan orang tua. Meski pun ada pada sebagian anak lain. Didikan orang tua kepada anak sejak kecil amat berpengaruh besar sekali. Seorang filsuf yang bernarna John Locke pemah mengemukakan teorinya yang disebut tabularasa. Yaitu sebuah teori yang mengatakan bahwa segala pengalaman manusia itu sendiri setelah dewasa. 36 Anak merupakan kain putih bersih, yang akan diisi pengalaman pertama kali oleh orang tuanya sendiri. Dan berbagai pengalaman yang masuk pada anak itu senantiasa teringat. Seolah-oleh pengalaman masa kecil itu benar- benar terendap di dalam ingatannya. Sebagai catatan yang sulit luntur dan kelak setelah anak dewasa akan terekspresikan berbagai pengalaman masa kecilnya itu. Menumbuhkan kemandirian pada individu sejak usia dini sangat penting karena dengan memilki kemanandirian sejak dini, anak akan terbiasa mengerjakan kebutuhan sendiri. Menurut Yusuf : secara naluriah, anak mempunyai dorongan untuk berkembang dari posisi dependent ketergantungan keposisi independent bersikat mandiri . Anak yang 35 Departemen Agama RI Al – Hikmah Al-Qur’an dan Terjamah Bandung : Diponegoro, 2010 h. 420 36 Anita,Yus. Model Pendidikan Anak Usia Dini jakarta : kencana, 2011 h.2 mandiri akan bertindak dengan penuh rasa percaya diri dan tidak selalu mengandalkan bantuan orang dewasa dalam bertindak. Kemandirian di artikan sebagai suatu sikap yang ditandai dengan adanya kepercayaan diri dan terlepas dari ketergantungan, selanjutnya Benson dan Grove menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan kemandirian adalah kemampuan individu untuk memutuskan sendiri dan tidak terus menerus berada dibawah kontrol orang lain. 37 Kemandirian merupakan suatu sikap, dan sikap merupakan suatu yang dipelajari, sikap yang dalam bahasa Inggris disebut Attitude “Sebagai sikap dan kesedian bereaksi terhadap suatu hal”.kepribadian yang dipakai untuk menandakan penampilan seseorang yang sikap dan perbuatannya penuh dengan kemandirian. 38 Artinya bahwa kita tidak dilahirkan dengan dilengkapi sikap-sikap, tetapi sikap-sikap itu tumbuh bersama-sama dengan pengalaman yang kita peroleh. Jadi dapat disimpulkan bahwa kemandirian itu tidaklah terjadi dengan begitu saja, namun sikap ini tertanam pada seorang anak secara bertahap seirama dengan perkembangan dan lingkungannya. Dari beberapa definisi diatas, dapat penulis tarik kesimpulan bahwa anak yang kemandirian adalah anak yang mampu melakukan aktivitasnya sendiri tanpa banyak bergantung kepada orang lain.

2. Ciri-ciri Kemandirian

Seorang anak dikatakan mandiri bila ia memperlihatkan ciri –ciri, yaitu : a Percaya diri yang didasari oleh kepemilikan akan konsep diri yang positif.b Bertanggung jawab pada hal-hal yang dikerjakan dan hal ini dapat ditumbuhkan dengan memberikan kesempatan kepada anak untuk memegang tanggung jawab. c Mampu menemukan pilihan dan mengambil keputusan sendiri yang mana hal ini diperoleh dari adanya peluang untuk mengerjakan sesuatu dan d Mampu mengendalikan 37 Astati, Bahan Ajar Kemandirian , www.file.upi.edu. 26 mei 2016, dikutip pukul 14.00 hal. 1 38 Holstein, Herman, Murid Belajar Mandiri Situasi Belajar Mandiri Plajaran Sekolah Bandung : Remadja Karya hal.xiv emosi dengan adanya kesempatan untuk berbuat dengan tidak banyak mendapatkan larangan. 39

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemandirian

Pada garis besarnya, faktor-faktor yang mempengaruhi kemadirian belajar dapat dikelompokkan menjadi dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. a. Faktor internal Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri anak, faktor ini meliputi : 1. Minat Minat interest berati kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber 1988, minat tidak termasuk istilah populer dalam psikologi karena ketergantunagannya yang banyak faktor-faktornya internal lainnya seperti : pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan. 40 Hilgard memberikan rumusan tentang minat sebagaimana di kutip oleh Drs. Slamento “ interest is persisting tendency to pay attention to and enjoy some activity or content “ Artinya : minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan menyenangi beberapa kegiatan atau isi kegiatan. ” Minat besar sekali pengaruhnya terhadap terciptanya kemandirian belajar anak. Kegiatan yang diminati seseorang akan diperhatikan terus yang disertai dengan rasa senang, sehingga dengan adanya minat yang besar ini akan menimbulkan dorongan untuk lebih 39 Op.cit.h. 1 40 Syah, Muhibbin, Psikologi Belajar, Jakarta : Logoshal.136 mengenal dan mendalam tanpa harus diperintahkan oleh orang lain. 2. Motif Motif ialah segala sesuatu yang mendorong manusia untuk berfikir,merasa,dan bertindak sesuatu.motivasi atau “dorongan” pada umumnya mengarah pada suatu tingkah laku yang berupa tujuan atau perangsangan. Perangsangan merupakan fakta yang menarik seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif berfungsi mendorong manusia untuk bertindak menentukan arah perbuatan, dan penyeleksi perbuatan. 41 Menurut Sumadi Suryabrata, “Motif adalah keadaan pribadi orang yang mendorong individu untuk melakukan aktifitas- aktifitas tertentu guna mencapai suatu tujuan”. Jadi dapat dikatakan bahwa motif merupakan dasar yang sangat esensial bagi seluruh tingkah laku manusia. Dalam hal ini Dr. W.A Gerungan menegaskan “Tanpa motifasi orang tidak berbuat apa- apa, tidak akan bergerak”. Dengan demikian menjadi cukup jelas bahwa motifasi siswa dalam belajar mempuyai pengaruh yang besar terhadap kegiatan belajarnya. Siswa yang mempuyai motifasi kuat, dimungkinkan akan lebih tekun, rajin, dan mandiri dalam belajar. 3. Bakat Menurut Hilgard, sebagaimana dikutip oleh Slameto, bakat atau aptitude adalah : “ The capacity to learn “. Dengan kata lain Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar berlatih. Apabila bahan pelajaran yang dipelajari peserta didik sesuai bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik karena ia senang 41 Barnawi Mohammad Arifin, Etika profesi kependidikan jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2012 hal.83 belajar dan pastilah selanjutnya ia lebih giat lagi dalam belajarnya itu. 42 Bakat sangat mempengaruhi belajar. Jika bahan pelajaran yang dipelajari sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik karena ia senang belajar dan pastilah selanjutnya ia lebih giat dalam belajarnya. Dan ini akan menjadikan anak lebih mandiri dalam belajar. 4. Kematangan Kematangan. Seperti yang telah disinggung sebelumnya bahwa kematangan berkaitan erat dengan umur. Kematangan adalah “suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru”. Kematangan belum berarti anak dapat melaksanakan secara terus menerus, untuk itu diperlukan latihan-latihan dan pelajaran. Dengan kata lain, anak yang sudah siap atau matang belum dapat melaksanakan kecakapanya sebelum belajar. Belajarnya akan lebih berhasil jika anak sudah matang atau siap. 5. Konsep diri Konsep diri adalah persepsi keseluruhan yang dimiliki seseorang mengenahi diri sendiri . Menurut Burn, sebagaimana dikutip oleh Drs. Slameto menjelaskan bahwa “The self concept refers to conection of ettitudes and beliefs we hold abaut ourselves”.Artinya: Konsep diri adalah hubungan antara sikap dan keyakinan tentang diri kita sendiri . Definisi tersebut jika dihubungkan dengan masalah kemandirian belajar, memberikan pengertian suatu pengertian bahwa sikap dan pandangan positif individu terhadap kemampuan dirinya akan meningkatkan 42 Ibid. h. 83 kemandiriannya. b. Faktor Eksternal 1. Faktor Keluarga Faktor ekstern yang paling dekat dengan peserta didik ialah faktor keluarga. Peserta didik yang belajar akan memperoleh pengaruh dari keluarga yang berupa cara orang tua dalam mendidik, suasana rumah dan latar belakang budaya. 43 Keluarga merupakan suatu unit sosial yang terdiri dari seorang suami dan seorang istri atau dengan kata lain keluarga adalah “orang yang mempuyai kekerabatan yang sangat mendasar dalam masyarakat”. orang tua juga berkewajiban untuk memberikan contoh yang baik dan tauladan yang saleh atas segala yang diajarkannya. Dengan demikian kelurga merupakan lingkungan pertama yang dijumpai seorang anak, serta suatu lembaga yang pertama membentuk sikap, watak, pikiran, dan prilaku anak. Dalam lingkungan kelurga ini anak-anak memperoleh didikan dan bimbingan serta contoh-contoh yang dapat membentuk keperibadiannya dikemudian hari. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa latar belakang keluarga yang baik, tentunya akan dapat mengarahkan dan membina anak untuk dapat belajar dengan baik. Termasuk mengarahkan anak kepada sikap mandiri dalam belajar. 2. Faktor Sekolah Faktor sekolah adalah faktor luar yang memrngaruhi belajar peserta didik yang mencangkup guru, proses pembelajaran, sarana dan prasarana, kurikulum, hubungan antarwarga sekolah, dan tanggung jawab warga sekolah. Setelah anak di didik di dalam lingkungan keluarga 43 Ibid. hal. 85 oleh orang tuanya dan mungkin oleh anggota keluarga yang lain, maka seiring dengan usia yang makin bertambah selanjutnya anak akan memasuki Sekolah yang mempuyai pengertian sebagai bangunan atau lembaga untuk belajar dan memberi pelajaran. Sekolah merupakan pendidikan yang kedua dalam kehidupan seseorang setelah keluarga. Dengan demikian sekolah mempunyai pengaruh yang basar terhadap terbentuknya kemandirian siswa khususnya dalam belajar. . Jadi jelas bahwa sekolah dan segala perlengkapannya berpengaruh dan berperan vital dalam menumbuh kembangkan keperibadian anak, termasuk terhadap terbentuknya sikap mandiri anak dalam belajar. 3. Faktor Masyarakat Faktor masyarakat adalah faktor ekstern yang ikut memengaruhi belajar peserta didik. Faktor masyarakat meliputi pergaulan peserta didik, aktivitas dalam masyarakat, media massa, dan kehidupan masyarakat sekitar. Masyarakat juga merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kemandirian belajar siswa, karena masyarak at adalah “pergaulan hidup manusia sehimpunan manusia yang hidup di suatu tempat dengan ikatan-ikatan yang tertentu “. Pengaruh itu terjadi karena anak itu berada dalam lingkungan masyarakat. Dengan demikian pengaruh lingkungan masyarakat terhadap pembentukan pribadi individu termasuk di dalamnya pembentukan sikap mandiri pada diri seseorang. Jadi jelas bahwa lingkungan masyarakat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap mandiri pada diri seseorang khususnya anak didik.

C. Hasil Penelitian yang Relevan

Pada penelitian sebelumnya penulis memperoleh dua judul penelitian yang terkait dengan judul penulis. Adapun penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian ini, diantaranya adalah:

1. Udi Nuri Astuti 06230017 Fakultas Dakwah Universitas Islam

Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Mengenai “ Usaha Peningkatan Kemandirian Anak Tunarungu Di Sekolah Luar Biasa Wijata Dharma 1 Tempel ”. Penilitian tersebut bertujuan untuk mengetahui keterampilan- keterampilan yang diberikan Sekolah Luar Biasa Wiyata Dharma1 Tempel dalam usaha meningkatkan kemandirian ekonomi siswa tuna rungu dan mengetahui keberhasilan usaha-usaha meningkatkan kemandirian ekonomi siswa tuna rungu di Sekolah Luar Biasa Wiyata Dharma1 Tempel. Hasil penelitiannya pendidikan keterampilan yang di ajarkan di sekolah Luar Biasa Wiyata Dharma 1 Tempel adalah keterampilan menjahit, boga, potong rambut, dan perkayuan. Namun keterampilan yang banyak diminati oleh siswa adalah keterampilan menjahitdan sebagian keterampilan memasak atau boga. Karena alat yang digunakan untuk pembelajaran sudah ada di SLB. Sedangkan peralatan lainnya tidak memadai. Usaha untuk meningkatkan kemandirian siswa dilakukan SLB sudah maksimal karena selain memberikan keterampilan menjahit dan boga pada waktu siswa masih sekolah, SLB juga memberikan waktu magang selama 1 tahun kepada siswa. Siswa juga mendapatkan sertifikat sehingga setelah lulus mereka bisa membuka usaha dirumah atau berkerja ditempat lain sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

2. Musrifah 1022006 Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Universitas Islam Negeri Sunan Klijaga Yogyakarta Mengenai “Metode Bimbingan Kemandirian Pada Tunadaksa Di SLB G Daya Ananda Purwomartani Kalasan Sleman”. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui bentuk metode bimbingan kemandirian pada anak tunadaksa di Sekolah Luar Biasa SLB G Daya Ananda. Hasil penelitiannya bahwa metode metode bimbingan kemandirian pada anak tunadaksa di Sekolah Luar Biasa SLB G Daya Ananda adalah : Pertama metode demokrasi, metode ini mengajarkan atau menyampaikan materi dengan cara mempraktekannya secara langsung, tujuannya agar anak-anak lebih mengerti dan memahami cara mempraktekannya materi yang disampaikan oleh pembimbing, krena anak-anak tidak mengerti sebelum melihat secara langsung. Adapun faktor pendukung dari penggunaan metode ini antara lain : kestabilan emosi pembimbing, kesediaan fasilitas yang memadai, adanya interaksi yang akrab antara pembimbing dan anak tunadaksa, keahlian pembimbing, program-program sekolah, sedangkan faktor penghambat dari metode ini antara lain : metode yang kurang variatif, waktu yang sangat terbatas. Kedua metode eksperimen, metode ini menitik beratkan pada kegiatan anak-anak setelah mereka melihat apa yang telah disampaikan oleh pembimbing selanjutnya mempraktekan sesuai dengan contoh yang disampaikan oleh pembimbing, dengan metode ini diharapkan anak-anak dapat menambah ketrampilannya.

3. Priskila Hesti Anomsari Jurusan Bimbingan dan Konseling

Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang Mengenai “Upaya Meningkatkan Nilai Kemandirian Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Pada Siswa Kelas VIIIA SMP Negeri 3 Kembang ”. Penelitian tersebut bertujuan adalah untuk memperoleh informasi atau temuan empiris tentang meningkatkan nilai kemandirian siswa melalui layanan bimbingan kelompok. Hasil dari penelitian ini adalah tingkat kemandirian siswa sebelum bimbingan kelompok 63,18 berada pada kategori sedang, tingkat kemandirian siswa sesudah bimbingan kelompok 73,67 berada pada kategori tinggi, dan peningkatan kemandirian siswa sebelum dan sesudah bimbingan kelompok 10,49. Hasil uji wilxocon menunjukkan Z hitung = 78, Z tabel = 14 sehingga Z hitung Z tabel. Ha diterima dan Ho ditolak. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat peningkatan kemandirian siswa sesudah pemberian layanan bimbingan kelompok. Berdasarkan kesimpulan tersebut, diharapkan guru bimbingan dan konseling dapat menggunakan layanan bimbingan kelompok dalam membant siswa meningkatkan kemandirian.

4. Nova Fahradina Program Studi Magister Pendidikan Matematika

Universitas Syiah Kuala Mengenai “Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP dengan Menggunakan Model Investigasi Kelompok”. Hasil penelitian diperoleh bahwa peningkatan kemampuan komunikasi matematis dan kemandirian belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran investigasi kelompok lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional baik secara keseluruhan maupun berdasarkan level siswa. Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran dengan level siswa tinggi, sedang, rendah terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematis dan kemandirian belajar siswa. Terdapat hubungankorelasi yang positif antara kemampuan komunikasi matematis siswa dan kemandirian belajar siswa. Dari empat penelitian terdahulu belum membahas bagaimana upaya guru dalam membina kemandirian siswa. Oleh karena itu penulis bermaksud meneliti upaya guru dalam membina kemandirian siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya yang di lakukan guru dalam memahami kemandirian siswa dan Untuk mengetahui kendala-kendala yang di hadapi guru dalam membina kemandirian siswa di SMA Mulia Buana Parung Panjang . Yang objek penelitiannya SMA Mulia Buana Parung Panjang Bogor Jawa Barat

D. Kerangka Berfikir

INPUT PROSES OUTPUT Untuk membentuk sebuah kepribadian mandiri, kita memerlukan kedua komponen produktivitas dan kreatifitas ini, supaya dapat mengurus kepentingan diri sendiri. Misalnya menyelesaikan sebuah urusan secara mandiri, mulai dari membuat analisa masalah atau urusan, membuat neraca kelemahan dan kekuatan, membuat skala prioritas. Bila dalam langkah-langkah tersebut diperlukan bantuan orang lain, kita pergi minta bantuan tersebut. Andaikata gagal, kita cari jalan lain agar urusan dapat selesai walau tanpa bantuan orang yang gagal. REALITA 1 1. Masih kurangnya upaya guru dalam memahami kepribadian siswa 2. Masih terdapatnya kendala-kendala yang dihadapi guru dalam membina kemandirian siswa. 3. Masih kurangnya upaya guru dalam membina kemandirin siswa. STRATEGI 3 1. menyelesaikan sebuah urusan secara mandiri 2. memberikan arahan dan motivasi untuk membina kemandirian 3. cara menanamkan sikap mandiri kepada siswa disekolah PERMASALAHAN 2 Masih kurangnya upaya guru dalam membina kemandirian yang dilaksanakan oleh guru di SMA Mulia Buana HASIL 4 Keberhasilan guru dalam membina kemandirian adalah sebagai suatu kondisi di mana seseorang tidak tergantung kepada orang lain dalam menentukan keputusan dan adanya sikap percaya diri Sebuah kepribadian yang mandiri bukanlah kepribadian yang terjadi atau tumbuh otomatis. Kepribadian mandiri atau kemandirian terjadi karena berbagai faktor dalam atau di sekitar seseorang, baik alamiah maupun karena campur tangan manusia lain. Kemandirian sesungguhnya sebuah karya seni pribadi. 46 BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian yang dilakasanakan oleh peneliti yakni di SMA Mulia Buana yang mana madrasah ini berada dibawah naungan Yayasan Mulia Buana Parung Panjang Bogor Jawa Barat . Pembangunan Madrasah ini dibangun pada tahun 20012002 dengan No NSS30.2.02.20.097NPSN202232369. adapun alamatnya yakni berada di Jln.Pesantren No. 23 Desa Kabasiran Kecamatan Parungpanjang Kabupaten Bogor. Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian No Kegiatan Waktu Pelaksanaan April Mei Juni Juli 1 Pengajuan surat penelitian 2 Observasi Lingkungan 3 Wawancara 4 Hasil Penelitian

B. Metode penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. 1 Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitattif merupakan pilihan dalam menjelaskan makna atau hakikat dari pembahasan masalah yang di teliti. Oleh karena itu dalam pendekatan kualitatif penelitian di 1 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan RD Bandung : Alfabet, 2009 h. 2 tuntut memiliki ketajaman dan kecermatan mengamati, mencatat, suatu proses dan aktivitas yang nampak dalam kenyataan, serta menganalisis dalam suatu kesatuan yang bermakna. Penelitian ini menggunakaan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Deskriptif karena penelitian ini bertujuan mendesktipsikan atau menggambarkan, memaparkan, dan mengungkapkan hasil penelitian mengenai upaya guru dalam membina kemandirian siswa di SMA Mulia Buana Parung Panjang. Penelitian deskriptif biasanya tidak diarahkan untuk menguji hipotesis,melainkan untuk mencari informasi untuk mengambil keputusan atau kesimpulan.

C. Tehnik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang akurat dalam menyusun laporan penelitian ini,peneliti menggunakan beberapa teknik pengambilan data primer data asli antara lain : 1. Observasi Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Dalam metode observasi ini, peneliti menggunaka nobservasi non partisipan. Yaitu pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan, dia hanya berperan mengamati kegiatan, tidak ikut dalam kegiatan. 2 Observasi adalah sebuah pengamatan secara langsung pada tempat penelitian untuk mendapatkan data-data yang di butuhkan dalam penelitian.Observasi pada penelitian ini di gunakan untuk mengamati tentang upaya guru dalam membina kemandirian siswa di SMA Mulia Buana Parung panjang. 2. Wawancara Wawancara merupakan percakapan yang dilakukan dua pihak yaitu 2 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Rosda Karya, 2010, cet.7, h. 220 pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan dari pewawancara dengan maksud tertentu. 3 Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data untuk menentukan permasalahan yang di teliti dan mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam. 4 Teknik wawancara ini di gunakan untuk memperoleh data, informasi dan fakta guna mengungkap dan menjelaskan pandangan guru terhadap tugas dan peran yang harus di jalankan. Objek dalam wawancara ini adalah guru untuk mendapatkan informasi tentang upaya guru dalam membina kemandirian siswa di SMA Mulia Buana Parung. 3. Dokumentasi Studi Dokumen merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar, maupun elektronik. Dokumen-dokumen yang dihimpun dipilih yang sesuai dengan tujuan dan fokus masalah. 5 Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik studi dokumen dengan maksud dapat mengumpulkan data yang berkaitan dengan data- data yang dibutuhkan seperti profil sekolah, daftar hadir guru, daftar hadir siswa dan lain-lain yang dianggap penting dan memiliki keterkaitan terhadap data yang diperlukan dalam penelitian.

D. Teknik Analisis Data

Setelah data-data yang diperlukan diperoleh, penulis melakukan analisis data dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Reduksi Data Data Reduction. Mereduksi data dengan memfokuskan pada hal yang penting, dan membuat kategori berdasarkan macam atau jenisnya dan membuat data yang tidak diperlukan. Dengan demikian data yang telah direduksi akan 3 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Rosda Karya, 1995, cet. 6, h. 186. 4 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan RD Bandung : Alfabet, 2009 h. 137. 5 Nana Syaodih, Op.cit., 222. memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data. 2. Penyajian data Data Display. Setelah mereduksi data, langkah selanjutnya yaitu mendisplay data. Dalam langkah ini dilakukan penyajian dengan memisahkan pola yang berbeda sesuai jenis dan macamnya sehingga strukturnya mudah dipahami. 3. Penarikan Kesimpulan dan Verification Conclusion Drawing and Virification. Langkah ketiga dalam analisis kualitatif ini adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat. Tetapi jika didukung dengan bukti yang valid, maka menjadi kesimpulan yang kredibel. 6

E. Kisi-Kisi Instrumen Wawancara

Dalam penelitian kualitatif, peneliti merupakan instrumen utama dalam mengumpulkan data dan menginterpretasikan data dengan dibimbing oleh pedoman wawancara, pedoman observasi dan dokumentasi, agar dapat memahami dan mengetahui upaya guru dalam membina kemandirian siswa di mts darunnajah cipining bogor jawa barat. Agar penelitan lebih terarah, peneliti terlebih dahulu menyusun kisi-kisi pedoman wawancara untuk mendapatkan data-data primer terkait dengan “Upaya Guru Dalam Membina Kemandirian Siswa Di SMA Mulia Buana Parung Panjang Bogor Jawa Barat ”. Adapun kisi-kisinya sebagai berikut: 6 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan RD, Bandung: Alfabeta, 2011, cet. 14, h. 252. Tabel 3.2 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara UPAYA GURU DALAM MEMBINA KEMANDIRIAN SISWA No Variabel Aspek Variabel 1 Guru dan kompetensi Guru a. Peran guru dan fungsi guru di sekolah b. Strategi peningkatan kinerja pendidik c. Melibatkan seluruh staf wakil kepala sekolah untuk kegiatan sekolah 2 Kemandirian siswa a. Strategi guru dalam membina kemandirian siswa untuk para tenaga pendidik b. Menekankan pada pengajaran berkualitas sesuai dengan kemandirian siswa c. Media dan alat penunjang dalam proses pembelajaran d. Kendala serta solusi dalam membina kemandirian siswa e. Harapan adanya perubahan sikap kemandirian siswa 51 BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Sejarah Singkat SMA Mulia Buana Parung Panjang

SMA Mulia Buana Parung panjang berada di bawah naungan Yayasan Pendidikan Mulia Buana YPMB Kecamatan Parung panjang Kabupaten Bogor. Berdiri sejak tahun 2002 dan merupakan sekolah swasta satu-satunya yang ada di Kecamatan Parung panjang yang di bangun atas saran serta gagasan masyarakat Parung panjang, karena pada waktu itu di Parung panjang belum ada Sekolah Menengah Atas SMA swasta. Adapun tujuan utamanya adalah untuk menambah kualitas sumber daya manusianya untuk lebih maju. Maka gagasan-gagasan tersebut terwujud dengan berdirinya SMA Mulia Buana. SMA Mulia Buana Secara umum didirikan untuk masyarakat Parung panjang dan sekitarnya, oleh karena itu secara khusus untuk mencerdaskan pelajar-pelajar Mulia Buana yang berpotensi ke arah masa depan, SMA Mulia Buana baru di akui dengan surat keputusan pendirian sekolah dari Bupati Kabupaten Bogor dengan no 420328KptsHuk2003 secara resmi berstatus terdaftar dan pada tahun 2006 SMA Mulia Buana berubah status menjadi terakreditasi. SMA Mulia Buana Parung panjang sampai saat ini telah berhasil meluluskan siswa-siswinya kurang lebih berjumlah 300 lulusan, yang tersebar khususnya di kecamatan Parung panjang dan umumnya di Kabupaten Bogor, serta daerah sekitarnya seperti Kabupaten Tanggerang dan DKI Jakarta. Para lulusan SMA Mulia Buana ada yang melanjutkan ke perguruan tinggi dan ada pula yang langsung bekerja pada salah satu perusahaan swata. Pada umumnya lulusan yang melanjutkan keperguruan