perhitungan Consistency Ratio CR. Apabila CR10, dapat dianggap bahwa konsistensi responden dalam memberikan penilaian bersifat valid.
4.4. Perancangan Kuesioner
Variabel dan indikator yang berhasil disepakati dari proses tahap 3, kemudian disusun dalam bentuk kuesioner pengukuran kinerja yang akan digunakan dalam uji
coba pengukuran infrastruktur yang akan digunakan dalam model rating daerah otonom kabupaten-kota pada tahap 5. Sebelum masuk ke tahap 4 rancangan
kuesioner diuji kelayakannya melalui Indepth Interview dengan cara menjemput bola kepada para stakeholder, dengan format yang sama yang dilakukan pada tahap 2.
4.5 Uji Coba Pengukuran Infrastruktur
Distribusi kuesioner dilakukan setelah uji coba dan perbaikan kuesioner, dengan tujuan untuk mengevaluasi hasil kesepakatan terutama dari segi ketersediaan data di
lapangan dan untuk mengidentifikasi kondisi kinerja infrastruktur.karena terdapat
standar penyediaan data di institusi penyedia data publik seperti kantor statistik.
Proses pengisian kuesioner dilengkapi pula dengan melakukan komunikasi melalui alat komunikasi jarak jauh, seperti telepon, e-mail, faksimili. Komunikasi
dilakukan sesuai keperluan dengan tujuan untuk mengontrol kualitas data yang diperoleh.
4.6. Penyempurnaan Indeks Infrastruktur
Data yang terkumpul pada tahap 4 diolah untuk memperoleh gambaran rating kotakabupaten di seluruh Sumatera Utara. Hasil pengolahan data tersebut dibawa ke
Iryanto : Penentuan Rating Kabupaten-Kota dengan AHP untuk Mendukung Pengembangan Wilayah Berdasarkan Nilai Infrastruktur di Wilayah Sumatera Utara.
USU e-Repository © 2008.
Focused Group Discussion FGD masih dengan format yang sama seperti di tahap 2 dan 3. Tujuan FGD II ini adalah untuk merumuskan skala tolok ukur masing-
masing indikator. Hasil FGD II ini disusun menjadi rumusan rating daerah otonom kabupaten-kota berdasarkan infrastruktur wilayah di Sumatera Utara.
Sistem penilaian yang dikembangkan tidak terlalu berorientasi kepada hasil pemotretan terhadap kondisi infrastruktur daerah kabupaten-kota melainkan kepada
perumusan kriteria yang dihasilkan dari FGD dengan para stakeholder pembangunan dan penelitian ini lebih memberikan arahan ke depan dari hasil formulasi model
sistem penilaian dan penentuan peringkat kabupaten–kota berdasarkan infrastruktur wilayah tersebut. Dalam penelitian ini urutan rating yang dihasilkan dibagi ke
dalam dua kelompok besar, yaitu urutan daerah kabupaten dan urutan daerah kota. Hal ini dilakukan mengingat perbedaan karakteristik antara daerah kota dan
kabupaten terutama dalam intensitas kegiatan yang bersifat non-pertanian, persentase lahan terbangun terhadap luas wilayah, serta fungsi dan peran daerah kabupaten dan
kota itu sendiri. Model sistem penelitian dimaksud adalah model sistem penilaian dan penentuan
peringkat kota dan kabupaten berdasarkan nilai infrastruktur wilayah di provinsi Sumatera Utara.
4.7. Lokasi, Populasi, Sampel dan Asumsi Model Penelitian