Kasus konfirmasi Adalah kasus suspek atau kasus probable didukung salah satu hasil B

125

4. B

A TU K virus influenza A H5N1, misalnya tes HI yang menggunakan antigen H5N1. c. Dalam waktu singkat, gejala berlanjut menjadi pneumonia atau gagal napas meninggal dan terbukti tidak terdapat penyebab yang lain.

3. Kasus konfirmasi Adalah kasus suspek atau kasus probable didukung salah satu hasil

pemeriksaan laboratorium di bawah ini: - IsolasiBiakan virus influenza AH5N1 positif - PCR influenza A H5 positif - Peningkatan titer antibodi netralisasi sebesar 4 kali dari spesimen serum konvalesen dibandingkan dengan spesimen serum akut diambil 7 hari setelah muncul gejala penyakit dan titer antibodi konvalesen harus 180 - Titer antibodi mikronetralisasi untuk H5N1 180 pada spesimen serum yang diambil pada hari ke 14 atau lebih setelah muncul gejala penyakit, disertai hasil positif uji serologi lain, misal titer HI sel darah merah kuda 1160 atau western blot spesifik H5 positif. Tatalaksana Umum Isolasi pasien dalam ruang tersendiri. Bila tidak tersedia ruang untuk satu pasien, dapat menempatkan beberapa tempat tidur yang masing-masing berjarak 1 meter dan dibatasi sekat pemisah. Penekanan akan Standar Kewaspadaan Universal. Pergunakan Alat Pelindung Pribadi APP yang sesuai: masker, gaun proteksi, googlepelindung muka, sarung tangan. Pembatasan jumlah tenaga kebersihan, laboratorium dan perawat yang menangani pasien. Perawat tidak boleh menangani pasien lainnya. Tenaga kesehatan harus sudah mendapat pelatihan kewaspadaan pengendalian infeksi. Pembatasan pengunjung dan harus menggunakan APP. Pemantauan saturasi oksigen dilakukan bila memungkinkan secara rutin dan berikan suplementasi oksigen untuk memperbaiki keadaan hipok- semia. Spesimen darah dan usap hidung-tenggorok diambil serial. Foto dada dilakukan serial. 126

4. B

A TU K Antiviral Oseltamivir dan zanamivir aktif melawan virus influenza A dan B termasuk virus AI. Rekomendasi Terapi Menurut WHO yaitu: Oseltamivir Tamiflu® merupakan obat pilihan utama • Cara kerja: Inhibitor neuraminidase NA • Diberikan dalam 36-48 jam setelah awitan gejala • Dosis: 2 mgkg dosis maksimum 75 mg  2 kali sehari selama 5 hari • Dosis alternatif WHO: ≤ 15 kg : 30 mg 2 x sehari 15-23 kg : 45 mg 2 x sehari 23-40 kg : 60 mg 2 x sehari 40 kg : 75 mg 2 x sehari Anak usia ≥ 13 th dan dewasa: 75 mg 2 x sehari Modifikasi rejimen antiviral, termasuk dosis ganda, harus dipertimbang- kan kasus demi kasus, terutama pada kasus yang progresif dan disertai dengan pneumonia. Kortikosteroid tidak digunakan secara rutin, namun dipertimbangkan pada keadaan seperti syok septik atau pada keadaan insufisiensi adrenal yang membutuhkan vasopresor. Kortikosteroid jangka panjang dan dosis tinggi dapat menimbulkan efek samping yang serius, termasuk risiko adanya infeksi oportunistik. Meskipun badai sitokin diduga bertanggung jawab dalam mekanisme patogenesis pneumonia akibat AH5N1, bukti terkini belum mendukung penggunaan kortikosteroid atau imunomodulator lainnya dalam penanganan infeksi AH5N1 yang berat. Antibiotika kemoprofilaksis tidak harus dipergunakan. Pertimbangkan pemberian antibiotika bila diperlukan yaitu jenis antibiotik untuk commu- nity acquired pneumonia CAP yang sesuai sambil menunggu hasil biakan darah. Hindarkan pemberian salisilat aspirin pada anak 18 tahun karena berisiko terjadinya sindrom Reye. Untuk penurun panas, berikan para- setamol secara oral atau supositoria. Kriteria Pemulangan Pasien Pasien anak dirawat selama 21 hari dihitung dari awitan gejala penyakit, karena anak 12 tahun masih dapat mengeluarkan virus shedding hingga 21 hari setelah awitan penyakit. Apabila tidak memungkinkan, keluarga harus 127

4. B