Bab VIII: Meneladani Kehidupan Nabi Muhammad saw.
97
Soal Latihan
Untuk memahami lebih jauh mengenai kondisi dunia saat Nabi Muhammad saw. lahir, carilah informasi di media massa, ensiklopedi, internet, dan sebagainya mengenai
kondisi kehidupan dan akhlak manusia pada masa itu tahun 570 M. Carilah informasi mengenai kehidupan bangsa Yunani, Romawi, Persia, India, China, Yahudi, Arab, dan
kalangan Nasrani pada masa itu. Melalui penelusuran ini kamu akan memahami bahwa pada saat Nabi Muhammad saw. diutus, kehidupan akhlak manusia di seluruh dunia
berada dalam keadaan yang sangat memprihatinkan. Catatlah hasil penelusuranmu dalam bentuk laporan, dan serahkan kepada guru
2. Masa Remaja
Saat berusia dua belas tahun, Muhammad menemani Abu T alib melakukan perjalanan dagang ke Syam. Ketika sampai di Busra, rombongan tersebut
bertemu seorang rahib yang mengetahui tanda-tanda kenabian Muhammad. Rahib itu menasihati Abu T alib agar merahasiakan hal ini dari orang-orang
Yahudi. Menurutnya, sebaiknya Muhammad tidak memasuki Syam terlalu jauh sebab dapat mengancam keselamatannya dari perbuatan jahat orang-
orang Yahudi. Abu T alib pun segera mengajak rombongannya untuk menjauh dari tempat itu.
Selain berdagang, Muhammad juga bekerja giat untuk memenuhi kebu- tuhan hidup sebagai penggembala kambing. Gembala kambing mungkin
dipandang sebagai pekerjaan rendah dan hina. Namun pernahkah kamu mengira bahwa pekerjaan itu dapat mendatangkan pelajaran berharga? Dengan
menggembala kambing, Muhammad kecil dapat melatih kesabaran, tumbuh rasa sayang terhadap seluruh makhluk hidup dan lingkungan, dan tabah.
Nabi Muhammad saw. juga merupakan tipe orang yang gemar merenungkan rahasia penciptaan alam. Ia pun sering memikirkan kondisi masyarakat yang
kacau balau ketika itu.
Pada suatu ketika seorang saudagar terkaya di Mekah, Khadijah, sedang mencari pegawai untuk menjalankan perniagaannya. Ia adalah seorang
janda berusia 40 tahun. Kabar tersebut terdengar oleh Abu T alib, dan me- nyampaikannya kepada Muhammad. Beliau pun bersedia menjadi pegawai
Khadijah. Karena sifat beliau yang lembut, halus tutur katanya, baik budi, dan pekerja keras, Khadijah bersedia mengupah dua kali lipat dari biasanya, yaitu
dengan dua ekor anak onta.
Berangkatlah rombongan kafilah pimpinan Muhammad menuju Syam untuk menjalankan usaha Khadijah. Dalam perjalanan tersebut Muhammad
menjumpai berbagai kepercayaan dan ritual peribadatan di Syam seperti Nasrani dan Yahudi. Bahkan Muhammad sering berdebat dengan para rahib
dan pendeta Nasrani, dan rahib Nestorian.
Berbekal kejujuran dan kemampuannya dalam berdagang, Muhammad mampu menghasilkan keuntungan besar. Khadijah benar-benar salut terhadap
Pendidikan Agama Islam VII
98
kepribadian dan kemampuan Muhammad. Maka, diutuslah saudaranya yang bernama Nufaisa binti Munya, untuk menjajagi dan menanyakan kesanggupan
Muhammad menikah dengannya. Muhammad pun bersedia menikah dengan Khadijah.
Setelah pernikahan itu, usaha dagang yang mereka jalankan bertambah maju. Pasangan suami istri itu hidup dengan bahagia. Allah menganugerahkan
kepada mereka enam orang anak, namun kedua putranya al-Qasim dan Abdullah at-Tahir meninggal dunia lebih dini. Tinggallah empat orang putri,
yaitu Zainab, Ruqayya, Ummu Kulshum, dan Fatimah.
Aktivitas
Setelah mengetahui riwayat masa kecil dan sifat-sifat Rasulullah saw. pada masa kanak-kanak, cobalah meneladani sifat-sifat beliau sebagai berikut
1. Bersifat tabah dan sabar menghadapi berbagai kesulitan. 2. Bekerja keras dan berusaha sungguh-sungguh dalam bidang yang dikerjakan.
3. Berpikir dan merenung untuk mencari kebenaran. 4. Tidak ikut-ikutan dalam setiap perbuatan buruk yang dilakukan oleh orang-orang
di sekelilingnya. Setelah hidup berkecukupan bersama Khadijah, Muhammad tetap hidup
sederhana sehingga masyarakat Mekah pun menaruh hormat kepada beliau. Selain hidup sederhana, Muhammad juga dikenal sebagai pribadi yang santun,
jujur, dan bijak.
3. Masa Kerasulan
Sifat bijaksana dalam diri Muhammad telah diakui masyarakat Mekah setelah melihat sosok Muhammad yang mampu menyelesaikan perselisihan
antarkabilah. Suatu ketika, setelah banjir besar melanda sebagian kota Mekah, dinding-dinding Kakbah pun retak. Seluruh penghuni kota kemudian
bergotong-royong memperbaikinya, termasuk Muhammad.
Ketika bangunan Kakbah mencapai setinggi orang dewasa, Hajar Aswad batu hitam pun akan kembali diletakkan ke tempat semula di sudut timur.
Persoalan pun muncul: siapa yang seharusnya meletakkan kembali batu suci itu? Merupakan suatu kehormatan di kalangan Quraisy bagi kabilah yang
mendapat kesempatan tersebut. Semua Kabilah berebut ingin mengangkat dan memasang kembali Hajar Aswad. Hampir saja pertumpahan darah terjadi
akibat masalah itu.
Orang yang tertua dan paling disegani ketika itu, Abu Umayya bin al- Mughira dari Bani Makhzum, akhirnya mengutarakan idenya terkait per-
masalahan itu. Ia berkata: “Serahkan keputusan kamu ini di tangan orang yang pertama memasuki pintu Safa.” Ternyata, Muhammad yang pertama memasuki
pintu Safa. Akhirnya ia ditunjuk untuk merumuskan solusi terbaik.
Bab VIII: Meneladani Kehidupan Nabi Muhammad saw.
99
Muhammad pun berkata, “Ambilkan sehelai kain”. Setelah kain diambil dan dibentangkan, Muhammad lalu meletakkan Hajar Aswad di atas hamparan
kain lalu beliau berkata lagi, “Silakan setiap ketua kabilah memegang ujung kain ini.” Secara bersama-sama, mereka lalu memegang ujung helai kain untuk
membawa Hajar Aswad menuju tempatnya semula. Setelah sampai di tempat tersebut, Muhammad lalu mengambil batu itu dan meletakkannya di tempat
semula. Dengan pendapatnya yang bijaksana, perselisihan dapat diakhiri. Setelah peristiwa itu Muhammad diberi gelar al-Amin, artinya ‘orang yang
dapat dipercaya.’
Setelah Kakbah selesai dibangun setinggi 11 meter dan diberi kain penutup, berhala-berhala Quraisy diletakkan di dalamnya beserta barang-barang ber-
harga lainnya. Peribadatan kaum Quraisy masih sama dengan sebelumnya, yaitu menyembah berhala. Sementara itu, umat Nasrani dan Yahudi terus
mencerca perilaku Quraisy tersebut.
Kondisi ini membuat Muhammad semakin berpikir keras, merenung, dan menyendiri untuk mencari petunjuk Tuhan. Beliau mencari cara mengentaskan
masyarakat yang telah jatuh ke dalam lembah kesesatan. Setiap Ramadan, beliau berkunjung ke gua Hira’ untuk berkontemplasi. Pada malam ketujuh
belas Ramadan tahun 610 M, Allah SWT. mengutus Malaikat Jibril untuk menyampaikan wahyu pertama dengan mendekap keras seraya berkata:
ê Ù
_
fQ
o
i
l
ä
B
m
v
ã
_f5
ê Ù
_f5
|
;
e
ã
c
æ k
A
ä
æ
ü
=
]
ã
ê Ú
k
f
R
}
k
e
ä
i l
ä
B
m
v
ã
k fQ
ê Ø
k
f”
e
ä
æ
k fQ
|
;
e
ã
ê Ø
h=”
a
v
ã
c
æ
p
ü
=
]
ã
Iqra’ bismi rabbikal-lażī khalaqa. Khalaqal-insāna min
À
alaqin. Iqra’ wa rabbukal-akramu. Allażī
À
allama bil-qalami.
À
Allamal-insāna mā lam ya
À
lam. Artinya:
Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang
Mahamulia. Yang mengajar manusia dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.
QS. al-‘Alaq [96] : 1-5
sumber: http:takafulsmartmedic.files.wordpress.com200909gua_hira2.jpg
Gambar 8.3. Gua Hira, tempat diturunkannya wahyu pertama.