J. Return On Equity ROE
Return On Equity ROE merupakan bagian dari rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
atau seberapa efektif pengelolaan perusahaan oleh manajemen Syahyunan, 2004:83. Semakin besar persentase ROE yang dimiliki perusahaan maka semakin
besar dan efektif kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba. ROE diukur dengan membandingkan antara laba bersih terhadap ekuitas yang dimiliki selama
periode yang ditentukan. Dapat dirumuskan dengan: Laba Bersih
Return On Equity ROE = X 100 Ekuitas
Sebagai contoh, PT. Trikomsel Oke Tbk dengan nilai laba bersih pada tahun 2008
sebesar Rp. 102.582.114.294 dan nilai ekuitas sebesar Rp.428.681.092.391, maka PT. Trikomsel Oke Tbk memiliki ROE sebesar:
Rp. 102.582.114.294 Return On Equity ROE = X 100
Rp.
428.681.092.391 Return On Equity ROE = 23,93
K. Ukuran Perusahaan Firm Size
Ukuran perusahaan firm size merupakan faktor yang juga mempengaruhi investor dalam mengambil keputusan pada saham yang IPO. Karena semakin
besar perusahaan dan semakin dikenal oleh masyarakat, maka semakin banyak informasi yang bisa diperoleh investor dan semakin kecil pula ketidakpastian yang
Universitas Sumatera Utara
dimiliki oleh investor. Ukuran perusahaan juga menunjukan banyak sedikitnya informasi yang dipublikasikan.
Semakin besar ukuran suatu perusahaan maka tingkat ketidakpastian perusahaan dimasa yang akan datang akan semakin kecil sehingga tingkat
underpricing akan semakin rendah. Perusahaan yang besar umumnya lebih dikenal masyarakat, sehingga informasi mengenai prospek perusahaan besar lebih
mudah di peroleh investor dari pada perusahaan kecil. Ukuran perusahaan diproksikan dengan menggunakan nilai total aktiva perusahaan pada periode
terakhir sebelum perusahaan melakukan IPO Sumarso, 2003
L. Umur Perusahaan Firm Age
Umur perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan dapat bertahan hidup dan menjalankan operasionalnya. Dalam kondisi normal, perusahaan yang
telah lama berdiri akan mempunyai publikasi perusahaan yang lebih banyak dibandingkan dengan perusahaan yang masih baru. Dengan demikian, calon
investor tidak perlu mengeluarkan biaya yang lebih banyak untuk memperoleh informasi tentang perusahaan yang melakukan IPO tersebut.
Perusahaan yang sudah lama berdiri, kemungkinan besar sudah memiliki banyak pengalaman yang diperoleh. Semakin lama umur perusahaan, semakin
banyak pula informasi yang diperoleh masyarakat mengenai perusahaan tersebut., maka dapat dijelaskan bahwa terjadinya underpricing salah satunya disebabkan
karena adanya asimetris antara emiten dan investor. Perhitungan dalam mengukur umur perusahaan yaitu dengan menghitung lamanya perusahaan itu berdiri
Universitas Sumatera Utara
berdasarkan akta pendirian sampai perusahaan tersebut melakukan penawaran saham di pasar bursa Ernyan dan Husnan, 2002.
Sebagai contoh PT. Limas Centric Indonesia, Tbk yang berdiri pada tanggal 21 Agustus 1996 dan melakukan IPO pada tanggal 28 Desember 2001,
maka umur perusahaan dapat dihitung sebagai berikut: Umur = Tahun perusahaan IPO – Tahun perusahaan berdiri
Umur = 2001 – 1996 Umur = 5 tahun.
Universitas Sumatera Utara
BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN