Learning PBL. Dengan pembelajaran PBL siswa mampu menyelesaikan masalah-masalah dalam belajar, berinteraksi dengan
baik sesama teman kelompoknya, berani mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, dan akhirnya siswa dapat meningkatkan
kemampuan kognitifnya. Nilai rata-rata untuk tes kemampuan kognitif pada siklus II
adalah 76,89. nilai rata-rata tersebut lebih baik dari siklus I. Hal tersebut dapat diketahui bahwa siswa yang mendapatkan nilai 60
sebesar 32 orang atau sidah mencapai 86,49 , berarti siklus dapat dihentikan karena sudah mencapai indikator pencapaian hasil belajar
siswa
.
f. Keputusan
Berdasarkan hasil refleksi siklus II diperoleh dari hasil belajar dan aktifitas belajar siswa, juga respon siswa yang positif tentang
model pembelajaran yang digunakan yakni model pembelajaran Problem Based Learning PBL, hal ini menunjukan bahwa
pemahaman siswa dalam memehami kesetimbangan kimia sudah mencapai kriteria yang diharapkan. Oleh karena itu tidak perlu
dilanjutkan lagi ke tindakan pembelajaran pada siklus III.
B. Pemeriksaan Keabsahan Data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi, tes kognitif, pedoman wawancara, dan catatan harian peneliti. Hasil
lembar observasi didiskusikan dengan guru pamong. Pengecekan terhadap hasil observasi dilakukan secara berulang-ulang oleh peneliti. Selain itu,
peneliti membandingkan hasil lembar observasi dengan hasil catatan harian peneliti. Setiap akhir siklus I dan II dilakukan akumulasi hasil lembar
observasi, peneliti membandingkan dan menganalisis hasil observasi siklus I dan II.
59
Tes hasil belajar siswa pertama kali pada tanggal 20 November 2009. Setiap hasil tes siswa dilakukan pengecekan secara berulang-ulang oleh
peneliti untuk menghindari kesalahan hasil tes tersebut. Hasil tes diuji validitas dan reliabilitasnya dengan menggunakan Microsoft Excel. Soal tes
siklus I berupa soal essay yang terdiri dari 10 soal. Tingkat reliabilitas skala sebesar 1,87 dan termasuk kedalam kategori reliabilitas tinggi. Pada siklus II,
tes hasil belajar diuji validitas dan reliabilitas melalui judgement. Validasi judgement dilakukan oleh dosen pembimbing I dan II serta guru pamong. Soal
tes siklus II berupa essay yang terdiri dari 10 soal. Hasil wawancara ditulis secara rinci sehingga memudahkan peneliti
dalam menganalisis hasil wawancara. Hasil wawancara dibaca secara berulang-ulang oleh peneliti untuk menghindari kesalahan dalam menganalisis
hasil wawancara. Setiap hasil wawancara dibandingkan dengan hasil observasi dan catatan harian peneliti untuk memperkuat data tentang aktifitas siswa.
Peneliti mendiskusikan hasil wawancara siswa kepada guru pamong. Selain itu, dilakukan juga pemeriksaan terhadap pedoman wawancara yang telah
dibuat peneliti. Hasil catatan harian peneliti dilakukan pengecekan secara berulang-
ulang. Peneliti membandingkan hasil catatan harian dengan hasil lembar observasi, tes hasil belajar, dan wawancara. Setelah itu mendiskusikan hasil
catatan harian peneliti dengan guru pamong.
C. Analisis Data
Tahap analisis dimulai dengan membaca keseluruhan data yang ada dari berbagai sumber. Diantaranya sebagai berikut:
Tes Hasil Belajar
Tes hasil belajar diberikan kepada siswa sebanyak dua kali yaitu pada akhir siklus I dan akhir siklus II. Soal terdiri dari 10 soal untuk siklus I dan
siklus II. Nilai skor ditentukan sesuai tingkat kesulitan soal. Hasil dari tes siklus I dan II disajikan dalam tabel berikut:
60
Tabel 4.12 Hasil Tes Belajar Siklus I dan II No.
Statistik Deskriptif Siklus I
Siklus II
1. Nilai Tertinggi
90 100
2. Nilai Terendah
30 55
3. Rata-rata 61,19
76,89 4.
Jumlah siswa yang belum tuntas belajar
18 5
5. Jumlah siswa yang tuntas
belajar 19 32
6. Persentase Ketuntasan
51,35 86,49
7. Nilai KKM
60 60
Dari tabel tersebut, terlihat bahwa hasil tes belajar kimia siswa mengalami peningkatan pada siklus II. Rata-rata nilai siswa meningkat 15,7
pada siklus II. Sebanyak 32 siswa 86,49 telah melampaui nilai KKM yaitu 60. Peningkatan ini menunjukkan bahwa tingkat hasil belajar kimia siswa
mulai meningkat, karena siswa semakin paham dengan materi dan dapat mengerjakan soal tes dengan mudah.
Berdasarkan hasil tersebut, penelitian ini dihentikan pada siklus II dan terbukti bahwa pembelajaran menggunakan metode Problem Based Learning
PBL dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa.
D. Interpretasi Hasil Analisis