d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Pada tahap ini guru
membantu peserta didik dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai.
e. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Pada tahap
ini guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan.
Langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam merancang program pembelajaran Problem Based Learning PBL sehingga proses
pembelajaran benar-benar menjadi berpusat pada siswa student center adalah sebagai berikut:
25
a. Fokuskan permasalahan, sekitar pembelajaran konsep-konsep sains
yang esensial dan strategis. b.
Berikan kesempatan kepada siswa untuk mengevaluasi gagasannya melalui eksperimen atau studi lapangan. Siswa akan menggali data-data
yang diperlukan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. c.
Berikan kesempatan kepada siswa untuk mengelola data yang mereka miliki yang merupakan proses latihan metakognisi.
d. Berikan kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan solusi-
solusi yang mereka kemukakan. Penyajiannya dapat dilakukan dalam bentuk seminar atau publikasi atau dalam bentuk penyajian poster.
5. Karakteristik pembelajaran Problem Based Learning PBL
PBL memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut:
26
a. Belajar dimulai dengan suatu masalah.
b. Memastikan bahwa masalah yang diberikan berhubungan dengan dunia
nyata siswa. c.
Mengorganisasikan pelajaran diseputar masalah, bukan diseputar disiplin ilmu.
25
I Wayan Sadia, Pengembangan Kemampuan Berpikir…, h. 6-7
26
I Wayan Sadia, Pengembangan Kemampuan Berpikir…, h. 3
15
d. Memberikan tanggung jawab yang besar kepada pembelajar dalam
membentuk dan menjalankan secara langsung proses belajar mereka sendiri.
e. Menggunakan kelompok kecil.
f. Menuntut siswa untuk mendemostrasikan apa yang telah mereka
pelajari dalam bentuk suatu produk atau kinerja. Sedangkan menurut Barrows 1996 karakteristik pembelajaran
Problem Based Learning PBL meliputi:
27
a. Metode pengajaran yang lebih berbasis siswa dibanding dengan
pengajaran tradisional satu arah. b.
Pembelajaran dilakukan dalam kelompok-kelompok kecil. c.
Guru berfungsi sebagai pengarah atau fasilitator. d.
Persoalan yang diberikan menjadi fokus dan stimulus pembelajaran. e.
Permasalahan yang diberikan menjadi sarana membangun kemampuan pemecahan masalah.
f. Informasi baru diperoleh melalui belajar mandiri.
6. Hasil belajar outcome dari pembelajaran Problem Based Learning
PBL
Lebih lanjut Arends 2004 menyatakan bahwa ada tiga hasil belajar outcome yang diperoleh pembelajar yang diajar dengan PBL
yaitu:
28
a. Inkuiri dan Keterampilan melakukan pemecahan masalah.
b. Belajar model peraturan orang dewasa adult role benaviors.
c. Keterampilan belajar mandiri.
27
Erkan Polatdemir, Pembelajaran dengan Permasalahan Problem Based Learning dan Fisika Kuantum, dalam Jurnal Republik Pusat Sain dan Matematika,
Kharismabangsa.or.idppterkan.ppt
28
I Wayan Dasna dan Sutrisno, Pembelajaran Berbasis Masalah…, h. 2
16
7. Lingkungan pembelajaran Problem Based Learning PBL
Pembelajaran PBL dapat diterapkan bila didukung lingkungan balajar yang konstruktivistik. Lingkungan belajar konstruktivistik
mencakup beberapa faktor yaitu:
29
a. Kasus-kasus berhubungan, membantu siswa untuk memahami pokok-
pokok permasalahan secara implisit. Kasus-kasus berhubungan dapat membantu siswa belajar mengidentifikasi akar masalah atau sumber
masalah utama yang berdampak pada munculnya masalah lain. Kegiatan belajar seperti itu dapat membantu pembelajar meningkatkan
kemampuan berpikir kritis yang sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari.
b. Fleksibel kognisi, yaitu mempresentasi materi pokok dalam upaya
memahamikompleksitas yang berkaitan dengan domain pengetahuan. Fleksibilitas kognisi dapat ditingkatkan dengan memberikan
kesempatan bagi siswa untuk memberikan ide-idenya, yang menggambarkan pemahamannya terhadap permasalahan. Fleksibilitas
kognisi dapat menumbuhkan kreativitas berpikir divergen di dalam mempresentasikan masalah. Dari masalah yang siswa terapkan, mereka
dapat mengembangkan langkah-langkah pemecahan masalah, mereka dapat mengemukakan ide pemecahan yang logis. Ide-ide tersebut dapat
didiskusikan dahulu dalam kelompok kecil sebelum dilaksanakan. c.
Sumber-sumber informasi, bermanfaat bagi siswa dalam menyelidiki permasalahan. Informasi dikonstruksi dalam model mental dan
perumusan hipotesis yang menjadi titik tolak dalam memanipulasi ruang permasalahan. Dalam konteks belajar sains kimia, pengetahuan
sains yang dimiliki siswa terhadap masalah yang dipecahkan dapat digunakan sebagai acuan awal dan dalam penelusuran bahan pustaka
sesuai dengan masalah yang mereka pecahakan.
29
I Wayan Dasna dan Sutrisno, Pembelajaran Berbasis Masalah…, h. 4
17
d. Cognitive tools, merupakan bantuan bagi siswa pelajar untuk
meningkatakan kemampuan menyelesaikan tugas-tugasnya. Cognitive tools membantu pembelajar untuk mempresentasikan apa yang
diketahuinya atau apa yang dipelajarinya, atau melakukan aktivitas berpikir melalui pemberian tugas-tugas.
e. Pemodelan yang dinamis, adalah pengetahuan yang memberikan cara-
cara berpikir dan menganalisis, mengorganisasi, dan memberikan cara untuk mengungkapkan pemahaman mereka terhadap suatu penomena.
Pemodelan membantu siswa untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan, ”apa yang saya ketahui” dan ”apa artinya”.
f. Percakapan dan kolaborasi, dilakukan dengan diskusi dalam proses
pemecahan masalah. Diskusi secara tidak resmi dapat menumbuhkan suasana kolaborasi. Diskusi yang intensif dimana terjadi proses
menjelaskan dan memperhatikan penjelasan peserta diskusi dapat membantu siswa mengembangkan komunikasi ilmiah, argumentasi
yang logis, dan sikap ilmiah. g.
Dukungan sosial dan kontekstual, berhubungan dengan bagaimana masalah yang menjadi fokus pembelajaran dapat membuat siswa
termotivasi untuk memecahkannya. Dukungan sosial dalam kelompok, adanya kondisi yang paling termotivasi antar pembelajar dapat
menumbuhkan kondisi ini. Suasana kompetitif antar kelompok juga dapat mendukung kinerja kelompok. Dukungan sosial dan kontekstual
hendaknya dapat diakomodasi oleh para guru untuk mensukseskan pelaksanaan pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa pembelajaran PBL sebaiknya digunakan dalam pembelajaran karena:
30
a. Dengan pembelajaran PBL akan terjadi pembelajaran bermakna. Siswa
yang belajar memecahkan suatu masalah maka mereka akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui
30
I Wayan Dasna dan Sutrisno, Pembelajaran Berbasis Masalah…, h. 5
18
pengetahuan yang diperlukan. Artinya belajar tersebut ada pada konteks aplikasi konsep. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas
ketika siswa berhadapan dengan situasi di mana konsep diterapkan. b.
Dalam situasi pembelajaran PBL, siswa mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam
konteks yang relevan. Artinya, apa yang mereka lakukan sesuai dengan keadaan nyata bukan lagi teoritis sehingga masalah-masalah dalam
aplikasi suatu konsep atau teori mereka akan tenukan sekaligus selama pembelajaran berlangsung.
c. Pembelajaran PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis,
menumbuhkan inisiatif siswa dalam bekrja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam
bekerja kelompok.
8. Kelebihan pembelajaran Problem Based Learning PBL