Multiple Intelligences berdasarkan Delapan Aspek Kecerdasan

Kecerdasan body-kinestetik memperoleh kategori sangat baik dengan presentase perolehan di atas 81.

B. Pembahasan

Multiple intelligences atau kecerdasan majemuk menurut Gardner merupakan “sebuah penilaian yang melihat secara deskriptif bagaimana individu menggunakan kecerdasannya untuk memecahkan masalah dan menghasilkan sesuatu ” Sujiono dan Sujiono, 2010, hlm. 49. Gardner menegaskan bahwa multiple intelligences adalah “kompetensi kognitif belajar, memahami manusia, lebih baik diuraikan dalam arti, kumpulan kemampuan, bakat, dan keterampilan mental, yang disebut kecerdasan. Semua individu normal memiliki masing-masing keterampilan ini sampai jumlah tertentu; hanya saja tiap individu memiliki perbedaan dalam derajat keterampilan dan dalam sifat kombinasinya ” Gardner, 2003, hlm. 33. Multiple intelligences memiliki delapan aspek kecerdasan yaitu kecerdasan logika matematis, kecerdasan visual-spasial, kecerdasan linguistik, kecerdasan body-kinestetik, kecerdasan musikal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan naturalis Armstrong, 2003, hlm. 2-4. Berdasarkan data presentase perolehan yang telah dipaparkan pada hasil penelitian akan dibahas lebih lanjut dari delapan aspek kecerdasan majemuk berikut ini.

1. Multiple Intelligences berdasarkan Delapan Aspek Kecerdasan

a. Kecerdasan Logika Matematis Kecerdasan logika matematis adalah “kemampuan untuk menangani bilangan dan perhitungan, pola dan pemikiran logis dan ilmiah. Hubungan antara matematika dan logika adalah bahwa keduanya secara ketat mengikuti hukum dasar ” Lwin, dkk, 2008, hlm. 43 Kecerdasan logika matematis memiliki sub indikator yaitu memiliki kepekaan pada pola dan hubungan logis, pernyataan dan dalil jika-maka, sebab-akibat, fungsi logis dan abstraksi-abstraksi lain; melakukan penalaran yang benar; serta proses yang digunakan adalah kategorisasi, klasifikasi, pengambilan kesimpulan, generalisasi, perhitungan, dan pengujian hipotesis Armstrong, 2003, hlm. 3. Pada umumnya pemikiran matematis logis dibatasi pada mata pelajaran matematika dan ilmu pasti. Namun, kecerdasan ini memiliki komponen yang dapat diterapkan di seluruh bagian kurikulum Armstrong, 2003, hlm. 105. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, untuk aspek kecerdasan logika matematis melalui angket memperoleh presentase sebesar 80 dengan kategori baik. Hal ini didukung dari hasil observasi yang memperoleh presentase sebesar 61 dengan kategori baik. Hasil dari kedua jenis instrumen yang digunakan menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda dan masuk dalam kategori yang sama ketika diterapkan model pembelajaran project based learning pada materi koloid. Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan Addiin, Redjeki, dan Ariani 2014, hlm. 7 bahwa penerapan model project based learning ditinjau dari prestasi belajar kognitif diperoleh rata-rata nilai sebesar 70,7 dengan rincian sebanyak 32 siswa tuntas. Penelitian lainnya dilakukan oleh Setiyowati, Sukisno, dan Mindyarto 2009, hlm. 20 bahwa hasil belajar dengan pendekatan multiple intelligences lebih tinggi dari pengajaran model konvensional. Ditinjau dari model pembelajaran yang digunakan yaitu project based learning, sangat memungkinkan untuk memunculkan kecerdasan logika matematis siswa. Pikiran logis dapat dirangsang jika informasi baik informasi linguistik, matematis-logis, spasial, atau jenis data yang lain ditata dalam kerangka kerja rasional tertentu Armstrong, 2003, hlm. 106. Sebagai contoh pada tahapan project based learning yaitu tahap perencanaan proyek, pada tahapan tersebut guru memberikan pertanyaan kepada siswa tentang video pembuatan wheap cream dan hubungannya dengan materi koloid, ketika siswa menjawab pertanyaan tersebut, siswa melakukan penalaran logis dan kepekaan pada hubungan logis antara video pembuatan wheap cream dengan materi koloid yang telah diajarkan, sehingga dapat memunculkan kecerdasan logika matematis siswa. Menurut Armstrong 2003, hlm. 106 dengan memberikan perhatian pada angka dalam mata pelajaran non-matematis, guru dapat melibatkan siswa yang memiliki kecenderungan pada kecerdasan logika matematis, dan siswa lain dapat belajar memahami bahwa matematika tidak hanya ada dalam mata pelajaran matematika, tetapi juga dalam kehidupan. Hal tersebut penting karena tanpa kepekaan terhadap bilangan, seseorang kemungkinan dapat gagal dalam berbagai tugas yang memerlukan matematika praktis dalam pengambilan keputusan dalam kehidupan sehari-hari Lwin, dkk, 2008, hlm. 44. b. Kecerdasan Visual-Spasial Kecerdasan visual-spasial memiliki sub indikator yaitu memiliki kepekaan pada warna, garis, bentuk, ruang, dan hubungan antarunsur tersebut; memiliki kecerdasan ide secara visual atau spasial Armstrong, 2003, hlm. 3. Hasil penelitian yang diperoleh, untuk aspek kecerdasan visual-spasial melalui angket memperoleh presentase sebesar 59 dengan kategori cukup baik. Hal ini didukung oleh hasil observasi memperoleh presentase sebesar 80 dengan kategori baik. Kedua presentase kemunculan kecerdasan ini menujukkan hasil yang lebih tinggi pada observasi dibandingkan dengan angket. Pada pembelajaran materi koloid menggunakan project based learning, guru menampilkan video pembuatan wheap cream untuk memunculkan ide rancangan proyek dan menggambarkannya atau menuliskannya dalam LKS. Guru memberikan kebebasan kepada siswa untuk menggungkapkan ide rancangan melalui tulisan maupun gambar. Jika siswa menggungkapkan ide rancangan proyek dengan cara menggambarkannya, maka siswa tersebut memiliki kecenderungan kecerdasan visual-spasial yang cukup baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Armstrong 2003, hlm. 109 bahwa kecerdasan spasial berkaitan dengan gambar, baik itu berupa pencitraangambaran di dunia eksternal: foto, slide, film, gambar, simbol grafis, bahasa ideografis, dan lain-lain. c. Kecerdasan Linguistik Kecerdasan linguistik mengacu pada “kemampuan untuk menyusun pikiran dengan jelas dan mampu menggunakan kemampuan ini secara kompeten melalui kata-kata untuk mengungkapkan pikiran-pikiran tersebut dalam berbicara, membaca, dan menulis ” Lwin, dkk, 2008, hlm. 11. Kecerdasan linguistik memiliki sub indikator yaitu mampu menggunakan bahasa untuk mempengaruhi orang lain retorika, menggunakan bahasa untuk mengingat informasi mnemonikhafalan, menggunakan bahasa untuk memberi informasi menjelaskaneksplanasi, dan menggunakan bahasa untuk membahas bahasa itu sendiri metabahasa Armstrong, 2003, hlm. 2. Hasil penelitian dari dua jenis instrumen yang digunakan adalah sebesar 69 dengan kategori baik untuk instrumen angket, didukung dengan presentase kemunculan pada hasil observasi yakni sebesar 53 dengan kategori cukup. Presentasi kemunculan tertinggi terdapat pada kegiatan pameran. Setiap kelompok mempresentasikan produknya dan meminta setiap pengujung untuk memberi nilai pada produk yang telah dibuat. Pada kegiatan tersebut, setiap siswa dapat memaksimalkan kecerdasan linguistik mereka terutama siswa mampu menggunakan bahasa untuk mempengaruhi orang lain retorika, dan menggunakan bahasa untuk memberi informasi menjelaskaneksplanasi Armstrong, 2003, hlm. 2. Seseorang dengan kecerdasan verbal yang tinggi tidak hanya akan memperlihatkan suatu penguasaan bahasa yang sesuai, tetapi juga dapat menceritakan kisah, berdebat, berdiskusi, menafsirkan, menyampaikan laporan, dan melaksanakan berbagai tugas lain yang berkaitan dengan berbicara dan menulis Lwin, dkk, 2008, hlm. 11. Hasil observasi kecerdasan linguistik paling dominan terjadi pada kegiatan mengajukan pertanyaan yang akan dibuat di pertemuan pertama serta kegiatan meminta pengunjung memberikan nilai pada produk yang dibuat. Kegiatan ini dapat memunculkan kecerdasan linguistik karena kegiatan ini menstimulus siswa untuk mengasah kemampuan linguistik siswa terutama kemampuan retorika yaitu menggunakan bahasa untuk mempengaruhi orang lain Armstrong, 2003, hlm. 2. Selama proses pembelajaran materi koloid menggunakan model pembelajaran project based learning, siswa diminta untuk menjawab pertanyaan, berdiskusi dalam penentuan ide rancangan proyek, hingga siswa melakukan presentasi pada pameran produk yang telah dibuat. Kegiatan tersebut dapat memunculkan kecerdasan linguistik siswa. Hal ini sejalan dengan Chatib 2011, hlm. 136 mengatakan bahwa kemampuan membaca, menulis, berdiskusi, berargumentasi, berdebat dapat dimunculkan secara optimal dengan cara menstimulus area otak bagian lobus temporal kiri dan lobus frontal bronca dan wenicke. d. Kecerdasan Body-Kinestetik Kecerdasan body-kinestetik memiliki sub indikator yaitu memiliki keahlian menggunakan seluruh tubuh untuk mengekspresikan ide dan perasaan; memiliki keterampilan menggunakan tangan untuk menciptakan atau mengubah sesuatu; kecerdasan ini meliputi kemampuan fisik spesifik seperti koordinasi, keseimbangan, keterampilan, kekuatan, kelenturan, kecepatan, dan kemampuan menerima rangsang Armstrong, 2003, hlm. 3 Hasil penelitian dari dua jenis instrumen yang digunakan adalah sebesar 79 dengan kategori baik untuk instrumen angket. Hasil tersebut didukung oleh data observasi yang memperoleh presentase sebesar 83 dengan kategori sangat baik pada kegiatan membuat produk koloid serta kegiaan mempersiapkan produk untuk kegiatan pameran di pertemuan kedua. Kegiatan tersebut dapat menstimulus kecerdasan body- kinestetik siswa karena pada kegiatan tersebut siswa dapat mengoptimalkan seluruh tubuhnya untuk mengekspresikan ide dan perasaan serta menggunakan tangan untuk menciptakan atau mengubah sesuatu. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian Addiin, Redjeki, dan Ariani 2014, hlm 7 bahwa pembelajaran dengan model project based learning ditinjau dari kualitas hasil belajar psikomotorik diketahui 94 siswa tuntas dan 6 belum tuntas. Artinya pembelajaran dengan menggunakan model project based learning dapat meningkatkan hasil belajar ranah psikomotor siswa dan hal tersebut sejalan dengan presentase kemunculan kecerdasan body-kinestetik siswa yang memperoleh hasil baik ketika diterapkan model yang sama. Ditinjau dari kegiatan pembelajaran materi koloid menggunakan model pembelajaran project based learning terdapat kegiatan pembuatan produk koloid berupa kue berbahan dasar wheap cream. Pada kegiatan pembuatan produk tersebut dapat menstimulus munculnya kecerdasan body-kinestetik siswa. Sehingga dapat mengoptimalkan kemampuan gerak motorik dan keseimbangan siswa. Hal ini sesuai dengan Chatib 2011, hlm. 137 yang mengatakan bahwa area otak serebelum, basal ganglia, dan motor korteks terdapat kepekaan mengontrol gerak tubuh dan kemahiran mengelola objek, respons, dan refleks. Apabila area ini diberikan stimulus yang sesuai, akan muncul kompetensi gerak motorik dan keseimbangan. Selain itu, tujuan mengembangkan kecerdasan kinestetik dalam proses pembelajaran yaitu dapat membantu siswa mengintegrasikan proses belajar sampai pada level “mendalam” sehingga dapat meningkatkan memori dan pemahaman mereka Armstrong, 2003, hlm. 113. e. Kecerdasan Musikal Kecerdasan musikal memiliki sub indikator yaitu mempersepsi misalnya sebagai penikmat musik dan mengekspresikan misalnya sebagai penyanyi Armstrong, 2003, hlm. 3-4. Hasil penelitian dari jenis instrumen angket diperoleh presentase sebesar 37 dengan kategori kurang baik. Namun berdasarkan hasil observasi memperoleh presentase sebesar 76,67 dengan kategori baik pada kegiatan membuat produk dan memvideokan proses pembuatan produk. Perbedaan ini dapat terjadi kerena terdapat kelemahan dan kelebihan pada masing- masing instrumen yang digunakan. Sehingga hasil yang diperoleh pun juga memiliki perbedaan yang signifikan. Dilihat dari kegiatan pembelajaran materi koloid menggunakan model pembelajaran project based learning terdapat kegiatan membuat video selama proses pembuatan produk. Selama proses pembuatan video sampai hasil akhir video yang dibuat, dapat menstimulus kecerdasan musikal siswa. Selain itu kecerdasan musikal siswa dapat pula digali dari hasil angket yang menanyakan kebiasaan siswa selama proses pembelajaran seperti siswa yang sering tanpa sadar menyanyikan jingle televisi. Menurut Armstrong 2003, hlm. 117 pada abad ke-20, para pembuat iklan menemukan bahwa jingle membantu orang mengingat produk klien mereka. Namun, para pendidik lebih lambat menyadari manfaat musik dalam proses belajar. Akibatnya, sebagian besar dari kita memiliki ribuan jingle komersial dalam memori jangka panjang, tetapi hanya memiliki relatif sedikit memori tentang potongan-potongan lagu yang berkaitan dengan sekolah. Oleh karena itu, jika pendidik mampu mengintegrasikan musik kedalam proses pembelajaran, maka siswa akan lebih mudah menyerap materi pembelajaran. Selain itu, kecerdasan musikal ini dapat distimulus jika pendidik dapat memfasilitasi dengan model pembelajaran yang sesuai. Hal ini sejalan dengan pemikiran Chatib 2003, hlm. 136 bahwa area otak lobus temporal kanan memiliki kepekaan menciptakan dan mengapresiasi irama, pola titi nada, dan warna nada, serta apresiasi bentuk-bentuk ekspresi emosi musikal. Apabila pada area ini diberi stimulus yang sesuai, maka akan muncul kemampuan menciptakan lagu, membentuk irama, mendengar nada dari sumber bunyi atau alat-alat musik. f. Kecerdasan Interpersonal Kecerdasan interpersonal memiliki beberapa sub indikator sebagai berikut: memahami dan membuat perbedaan suasana hati, maksud atau tujuan, motivasi, dan perasaan orang lain; memiliki kepekaan terhadap ekspresi wajah, suara, dan gerak tubuh; Kemampuan merespon secara efektif terhadap isyarat dalam beberapa cara pragmatis kemampuan mempengaruhi sekelompok orang untuk mengikuti tindakan tertentu; dan memiliki kapasitas untuk membedakan antar berbagai jenis isyarat antarpribadi Armstrong, 2003, hlm. 4. Hasil penelitian dari jenis instrumen angket diperoleh presentase sebesar 84 dengan kategori sangat baik dan didukung oleh hasil observasi dengan hasil perolehan sebesar 65.33 dengan kategori baik. Sama halnya dengan penelitian Addiin, Redjeki, dan Ariani 2014, hlm. 7 yang memperoleh hasil belajar afektif sebesar 6 untuk siswa mempunyai prestasi belajar afektif sangat baik, 85 siswa baik, dan 9 siswa kurang baik. Selain itu penilitian lain yang telah dilakukan mengungkapkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pada kelompok eksperimen yang menggunakan pendekatan multiple intelligences menujukkan sikap siswa lebih unggul terhadap pelajaran bahasa inggris dibandingkan dengan kelompok kontrol Soleimani, dkk, 2012, hlm. 45. Pada kegiatan pembelajaran menggunakan project based learning, kecerdasan interpersonal dapat muncul pada tahap perencanaan proyek yang banyak melakukan kegiatan diskusi. Selain itu, kecerdasan interpersonal dapat muncul pada tahap pembuatan proyek serta penyelidikan terbimbing. Hasil peneitian dari kedua jenis instrumen yang digunakan menunjukkan kecerdasan interpersonal siswa secara umum masuk dalam kategori baik. Hasil tersebut sejalan dengan hasil penelitian Bas dan Beyhan 2010, hlm. 335 yang menunjukkan bahwa pendekatan kecerdasan majemuk multiple intelligences lebih efektif dalam perkembangan sikap siswa. Selain itu Bas dan Bayhan mengungkapkan juga bahwa siswa yang dididik berdasarkan pendekatan kecerdasan majemuk didukung pembelajaran berbasis proyek project based learning lebih sukses dan memiliki tingkat motivasi yang lebih tinggi daripada siswa yang dididik oleh metode pembelajaran tradisional. Kecerdasan interpersonal dapat muncul secara optimal jika distimulus dalam proses pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran yang sesuai juga berpengaruh pada optimalisasi aspek kecerdasan ini. Menurut Chatib 2010, hlm. 137 kecerdasan interpersonal dapat distimulus pada area lobus frontal, lobus temporal, hemisfer kanan, dan sistem limbik karena pada area tersebut terdapat kepekaan mencerna dan merespons secara tepat suasana hati, temperamen, motivasi, dan keinginan orang lain. Sehingga apabila pada area ini diberi stimulus, akan muncul kemampuan bergaul dengan orang lain, memimpin, kepekaan sosial yang tinggi, negosiasi, bekerjasama, dan mempunyai empati tinggi. g. Kecerdasan Intrapersonal Kecerdasan intrapersonal memiliki beberapa sub indikator sebagai berikut: kemampuan memahami diri sendiri dan bertindak berdasarkan pemahaman tersebut; kemampuan memahami diri yang akurat kekuatan dan keterbatasan diri, kesadaran akan suasana hati, maksud, motivasi, temperamen, dan keinginan diri sendiri; dan kemampuan berdisiplin diri, memahami dan menghargai diri sendiri Armstrong, 2003, hlm. 4. Hasil penelitian dari jenis instrumen angket diperoleh presentase sebesar 79 dengan kategori baik. Hasil tersebut didukung pula oleh hasil observasi dengan perolehan sebesar 67.50 dengan kategori baik pada kegiatan diskusi LKS bersama anggota kelompoknya. Kecerdasan intrapersonal dapat distimulus melalui pembelajaran project based learning pada maeri koloid, salah satunya pada kegiatan diskusi penentuan ide rancangan proyek. Kecerdasan intrapersonal dapat pula dilihat dari kegiatan pembagian tugas pada setiap anggota kelompok. Selama proses pembagian tugas tersebut, siswa dapat mengetahui kemampuan maupun kelemahan diri dari setiap tugas yang telah dibagikan. Untuk memunculkan kecerdasan intrapersonal perlu diberikan stimulus. Area otak lobus frontal, lobus pariental, dan sistem limbik terdapat kepekaan memahami perasaan sendiri dan kemampuan membedakan emosi, pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan diri. Apabila pada area ini diberikan stimulus yang sesuai, maka akan muncul kemampuan mengenali diri sendiri secara mendalam, kemampuan intuitif dan motivasi diri, penyendiri, sensitif terhadap nilai diri dan tujuan hidup Chatib. 2011, hlm. 137 h. Kecerdasan Naturalis Kecerdasan intrapersonal memiliki beberapa sub indikator yaitu keahlian mengkategorikan spesies dilingkungan sekitar; kepekaan terhadap fenomena alam; kemampuan membedakan benda tak hidup Armstrong, 2003, hlm. 4. Hasil penelitian dari jenis instrumen angket diperoleh presentase sebesar 73 dengan kategori baik. Perolehan hasil angket tesebut didukung pula oleh hasil perolehan observasi pada kegiatan siswa yaitu mencari informasi alternatif untuk melakukan prosedur kerja dalam pembuatan proyek dengan presentase sebesar 63,30 dengan kategori baik. Kecerdasan naturalis dapat dilihat dari kemampuan siswa membedakan dan mengklasifikasikan suatu sistem koloid melalui fasa terdispersi dan fasa pendispersinya pada kegiatan tanya jawab. Selain itu siswa dapat mengenali alat dan bahan apa yang dapat digunakan dalam pembuatan produk koloid. Kecerdasan naturalis dapat distimulus dengan cara memfasilitasi siswa dengan baik, seperti memberi kebebasan kepada siswa untuk mencari informasi alternatif di internet maupun dibuku bacaan lain. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan stimulus pada area otak bagian lobus pariental kiri untuk mengasah kepekaan membedakan spesies, mengenali eksistensi spesies lain, dan memetakan hubungan antarbeberapa spesies. Jika stimulus yang diberikan optimal, maka dapat memunculkan kemampuan meneliti gejala-gejala alam, mengklasifikasikan, dan mengidentifikasi sebagai kompetensi dari kecerdasan naturalis Chatib, 2011, hlm. 137. 56

BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aspek-aspek multiple intelligences siswa yang muncul ketika diterapkan model pembelajaran project based learning pada materi koloid di kelas XI IPA 1 MAN 3 Tangerang. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa semua aspek multiple intellegences siswa muncul. Namun, kemunculan dari setiap aspek tersebut memiliki kualitas yang berbeda-beda. Kualitas masing-masing aspek diuraikan sebagai berikut: 1. Aspek kecerdasan interpersonal memperoleh kategori sangat baik dan mendapat perolehan presentase tertinggi pada instrumen angket, sedangkan kecerdasan body-kinestetik memperoleh kategori sangat baik pada instrumen observasi. 2. Lima dari delapan aspek lainnya berada pada kategori baik, yaitu kecerdasan logika matematis, kecerdasan linguistik, kecerdasan body-kinestetik, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan naturalis dari hasil angket. Sedangkan enam dari delapan aspek kecerdasan berada pada kategori baik dari hasil observasi yaitu kecerdasan logika matematis, kecerdasan visual-spasial, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan musikal, dan kecerdasan naturalis. 3. Aspek kecerdasan visual-spasial memperoleh kategori cukup baik dari hasil angket. Sedangkan kecerdasan linguistik memperoleh kategori cukup baik pada instrumen observasi. 4. Aspek kecerdasan musikal berada pada kategori kurang baik dan memperoleh presentase terendah dari semua aspek kecerdasan pada instrumen angket.