12 3. Engagement Risk.
Yaitu risiko yang muncul dari perikatan antara klien dengan KAP. Upaya untuk menghambat risiko yang akan auditor hadapi dapat dilakukan pada
tahap perencanaan penugasan audit planning dimana dalam tahap ini KAP melakukan manajemen resiko pada tahap keputusan untuk menerima
atau menolak klien, sehingga auditor bisa menghindari kejadian-kejadian yang tidak diinginkan di kemudian hari yang berkaitan dengan klien.
Menurut Elfarini, 2007. tekanan dari klien dapat timbul pada situasi konflik antara auditor dengan klien. Situasi konflik terjadi ketika antara
auditor dengan manajemen atau klien tidak sependapat dengan beberapa aspek hasil pelaksanaan pengujian laporan keuangan atestasi. Tekanan dari klien
seperti tekanan personal, emosional atau keuangan dapat mengakibatkan independensi auditor berkurang dan dapat mempengaruhi kualitas audit.
Dengan menerima fee audit yang besar dan pemberian fasilitas dari klien, auditor dapat mengalami tekanan dari klien.Tekanan dari klien tersebut dapat
berupa tekanan untuk memberikan pernyataan wajar tanpa pengecualian pada laporan audit atas laporan keuangan yang disajikan oleh pihak manajemen.
B. Pengalaman Auditor
Knoers dan Haditono 1999 dalam Ananing 2006 mendefinisikan pengalaman
sebagai suatu
proses pembelajaran
dan pertambahan
perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun non formal atau bisa diartikan sebagai suatu proses yang membawa seseorang
kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi. Suatu pembelajaran juga
13 mencakup perubahaan yang relatif tepat dari perilaku yang diakibatkan
pengalaman, pemahaman dan praktek. Herman 2009 menyatakan bahwa pengalaman adalah keseluruhan
pelajaran yang dipetik oleh seseorang dari peristiwa-peristiwa yang dialami dalam perjalanan hidupnya. Pengalaman berdasarkan lama bekerja merupakan
pengalaman auditor yang dihitung berdasarkan suatu waktutahun. Sehingga auditor yang telah lama bekerja sebagai auditor dapat dikatakan auditor
bepengalaman. Karena semakin lama bekerja menjadi auditor, maka akan dapat menambah dan memperluas pengetahuan auditor dibidang akuntansi dan
auditing. Menurut Hasibuan 2010 pengalaman auditor merupakan tingkat
pengetahuan auditor yang diperoleh dari kurun waktu yang panjang dan menambah serta memperluas pengetahuannya dalam menghadapi hal yang
materlial. Pengalaman juga dapat dipetik dari pendidikkan formal maupun non-formal dalam menambah pengetahuan tentang akuntansi dan auditing.
Ananing 2006 memberikan kesimpulan bahwa seorang yang memiliki pengalaman kerja yang tinggi akan memiliki keunggulan dalam beberapa hal
diantaranya; 1. Mendeteksi kesalahan, 2. Memahami kesalahan, dan 3. Mencari penyebab munculnya kesalahan. Keunggulan tersebut bermanfaat
bagi pengembangan keahlian. Ananing 2006 menjelaskan berbagai macam pengalaman yang dimiliki individu akan mempengaruhi pelaksanakan suatu
tugas. Seseorang yang berpengalaman memiliki cara berpikir yang lebih
14 terperinci, lengkap dan sophisticated dibandingkan seseorang yang belum
berpengalaman. Pengalaman sebagai salah satu variabel yang banyak digunakan dalam
berbagai penelitian. Herliansyah dan Meifida 2006 menyatakan bahwa secara spesifik pengalaman dapat diukur dengan rentang waktu yang telah
digunakan terhadap suatu pekerjaan atau tugas. Penggunaan pengalaman didasarkan pada asumsi bahwa tugas yang dilakukan secara berulang-ulang
memberikan peluang untuk belajar melakukannya dengan yang terbaik. Lebih jauh Herliansyah dan Meifida 2006, dalam risetnya menunjukkan bagaimana
pengalaman dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja pengambilan keputusan.
Selain itu, beberapa badan menghubungkan antara pengalaman dan profesionalitas sebagai hal yang sangat penting didalam menjalankan profesi
akuntan publik. AICPA AU section 100-110 dalam Herman 2009 mengkaitkan profesional dan pengalaman dalam kinerja auditor :
“The professional qualifications required of the independend auditor are those of person with the education and experience to practice as such.
They do not include those of person trained for qualified to engage in another profession or
accupation”. Menurut The Institute of Chartered Accountant in Australia 1997:28
dalam Herman 2009: Membership of profession means commitment to asset of value that serve
to define that professional as specific “moral community”. Tobe a good accounta
nt one not only needs to have insight into one’s profession, but to have accepted and internalized those values. Professional value clarification
is an activity both of individual accountants, in identifying and gaining critical insight into the meaning and application of those values, and activity of
professional it self.
15 Menurut Herliansyah dan Meifida 2006 memperlihatkan bahwa
seseorang dengan lebih banyak pengalaman dalam suatu bidang memiliki lebih banyak hal yang tersimpan dalam ingatannya dan dapat mengembangkan
suatu pemahaman yang baik mengenai peristiwa-peristiwa. Maka dengan adanya pengalaman kerja yang semakin lama diharapkan auditor dapat
semakin baik dalam pendeteksian kecurangan yang terjadi dalam perusahaan klien. Dengan bertambahnya pengalaman auditing, jumlah kecurangan yang
diketahui oleh auditor diharapkan akan bertambah. Pada saat yang sama, hal ini menjadi lebih mudah untuk membedakan hal-hal yang termasuk dalam
kategori yang berbeda. Bertambahnya pengalaman menghasilkan struktur kategori yang lebih tepat akurat dan lebih komplek. Oleh karena itu, konsep
kecurangan yang dimiliki auditor kemungkinan menjadi lebih dapat ditegaskan dan kemampuan untuk menentukan apakah kecurangan tertentu
yang terjadi pada suatu siklus transaksi tertentu kemungkinan akan meningkat dengan bertambahnya pengalaman. Perubahan-perubahan dalam pengetahuan
auditor berkenaan dengan kecurangan kemungkinan terjadi bersama perubahan pengalaman.
Herliansyah dan Meifida 2006, mengungkapkan bahwa akuntan pemeriksa yang berpengalaman membuat judgment lebih baik dalam tugas-
tugas profesional ketimbang akuntan pemeriksa yang belum berpengalaman. Hal ini dipertegas oleh Haynes dkk., 1998 dalam Herliansyah dan Meifida
2006 yang menemukan bahwa pengalaman audit yang dipunyai auditor ikut berperan dalam menentukan pertimbangan yang diambil.
16 Menurut Ananing 2006 pengalaman kerja seseorang menunjukkan
jenis-jenis pekerjaan yang pernah dilakukan seseorang dan memberikan peluang yang besar bagi seseorang untuk melakukan pekerjaan yang lebih
baik. Semakin luas pengalaman kerja seseorang, semakin trampil melakukan pekerjaan dan semakin sempurna pola berpikir dan sikap dalam bertindak
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam Ananing 2006 pengalaman kerja dapat memperdalam dan
memperluas kemampuan kerja. Semakin sering seseorang melakukan pekerjaan yang sama, semakin terampil dan semakin cepat dia menyelesaikan
pekerjaan tersebut. Semakin banyak macam pekerjaan yang dilakukan seseorang, pengalaman kerjanya semakin kaya dan luas, dan memungkinkan
peningkatan kinerja. Seperti dikatakan Boner Walker 1994 dalam Ananing 2006 bahwa
peningkatan pengetahuan yang muncul dari penambahan pelatihan formal sama bagusnya dengan yang didapat dari pengalaman khusus dalam rangka
memenuhi persyaratan sebagai seorang professional. Auditor harus menjalani pelatihan yang cukup. Pelatihan disini dapat berupa kegiatan-kegiatan seperi
seminar, simposium, lokakarya, dan kegiatan penunjang ketrampilan lainnya. Selain kegiatan-kegiatan tersebut, pengarahan yang diberikan oleh auditor
senior kepada auditor pemula junior juga bisa dianggap sebagai salah satu bentuk pelatihan karena kegiatan ini dapat meningkatkan kerja auditor,
melalui program pelatihan dan praktek-praktek audit yang dilakukan para auditor juga mengalami proses sosialisasi agar dapat menyesuaikan diri
17 dengan perubahan situasi yang akan ia temui, struktur pengetahuan auditor
yang berkenaan dengan kekeliruan mungkin akan berkembang dengan adanya program pelatihan auditor ataupun dengan bertambahnya pengalaman
auditor. Pengalaman yang lebih akan menghasilkan pengetahuan yang lebih
menurut Christ 1993 dalam Ananing 2006. Seseorang yang melakukan pekerjaan sesuai pengetahuan yang dimilikinya akan memberikan hasil yang
lebih baik daripada mereka yang tidak mempunyai pengetahuan cukup akan tugasnya. Kenyataan menunjukkan semakin lama seseorang bekerja maka,
semakin banyak pengalaman kerja yang dimiliki oleh pekerja tersebut. Sebaliknya, semakin singkat masa kerja seseorang biasanya semakin sedikit
pula pengalaman yang diperolehnya. Pengalaman bekerja memberikan keahlian dan keterampilan dalam kerja sedangkan, keterbatasan pengalaman
kerja mengakibatkan tingkat keterampilan dan keahlian yang dimiliki semakin rendah. Ini biasanya terbukti dari kesalahan yang dilakukan dalam bekerja dan
hasil kerja yang belum maksimal. Trotman dan Arnold Wright 1996 dalam Ananing 2006 memberikan
bukti empiris bahwa dampak auditor akan signifikan ketika kompleksitas tugas dipertimbangkan. Pengalaman akan berpengaruh signifikan ketika tugas
yang dilakukan semakin kompleks. Seorang yang memiliki pengetahuan tentang kompleksitas tugas akan lebih ahli dalam melaksanakan tugas-tugas
pemeriksaan, sehingga
memperkecil tingkat
kesalahan, kekeliruan,
ketidakberesan, dan pelanggaran dalam melaksanakan tugas.
18 Tentang dampak pengalaman dalam kompleksitas tugas, tugas spesifik
dan gaya pengambilan keputusan, memberikan kesimpulan bahwa kompleksitas tugas merupakan faktor terpenting yang harus dipertimbangkan
dalam pertambahan pengalaman. Auditor junior biasanya memperoleh pengetahuan dan pengalamannya terbatas dari buku teks sedangkan auditor
senior mengembangkan pengetahuan dan pengalaman lewat pelatihan dan pengembangan lebih lanjut dari kesalahan-kesalahan yang dilakukan.
C. Profesionalisme Auditor