7 Aspek ekologis Memahami pemanfaatan elemen-elemen alam sekitar secara bijaksana.
8 Aspek nilai-nilaimoral
Menghayati nilai-nilai moral yang diwariskan dari generasi terdahulu kepada generasi selanjutnya.
24
3. Hakikat Permainan Tradisional Bebentengan a. Pengertian Permainan Tradisional Bebentengan
Bebentengan merupakan salah satu permainan tradisional yang dulu sangat diminati oleh anak-anak untuk mengisi waktu libur atau hanya sekadar
menghilangkan rasa penat. Bebentengan, di beberapa daerah sering kali dikenal sebagai rerebonan di daerah Jawa Barat, sedangkan di daerah lain juga dikenal
dengan nama prisprisan, omer, jek-jekan. Bebentengan sendiri berasal dari kata benteng atau pertahanan. Kata bebentengan adalah Dwipurwa pengulangan suku
kata pertama dengan memakai akhiran an yang artinya menyerupai atau berbuat seperti atau bukan sebenarnya. Permainan bebentengan mempunyai relevansi
dengan kehidupan masyarakat Indonesia pada zaman penjajahan Belanda dahulu. Pertahanan Indonesia terhadap Belanda menggunakan benteng yang akhirnya
benteng tersebut dianalogikan terhadap kehidupan anak-anak lalu lahirlah istilah bebentengan untuk sebutan permainan tradisional ini.
25
Menurut Yayat Sudaryat dalam artikel permainan tradisional warisan sejarah yang hampir punah, Guru Besar Sastra Universitas Pasundan Bandung
“Bebentengan sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda dahulu. Jika bebentengan pada zaman itu sebagai strategi pertahanan Indonesia terhadap
gempuran penjajah Belanda, maka pada zaman sekarang bebentengan sebagai permainan yang maksud permainannya tak jauh beda dengan zaman dahulu, yaitu
mempertahankan pertahanan dari serangan musuh,” jelas Yayat.
26
Menurut Sri Mulyani, “bebentengan merupakan permainan tradisional yang
memerlukan keterampilan, ketangkasan, kecepatan berlari, serta strategi yang jitu.
24
Ibid.
25
Ibid.
26
Ibid.
Inti dari permainan ini adalah menyerang dan mengambil alih benteng dari lawan.”
27
Dalam bermain permainan bebentengan, yang paling dibutuhkan ialah tempat atau perkarangan yang cukup luas. Perkarangan digunakan untuk berlari-
lari oleh anak-anak. Waktu dalam bermain permainan tradisional bebentengan bebas, boleh siang atau malam hari. Yang terpenting ialah penerangan yang
cukup.
28
Permainan tradisional bebentengan biasa dimainkan oleh dua kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari 4 sampai 8 orang, bahkan lebih. Kedua
kelompok akan memilih suatu tempat yang dijadikan sebagai markas. Markas biasanya sebuah tiang, batu, atau pilar, yang disebut sebagai benteng. Permainan
tradisional bebentengan sangat bagus dimainkan oleh anak-anak. Karena dengan bermain bebentengan, sama saja anak berolahraga.
29
b. Langkah-langkah Permainan Tradisional Bebentengan 1 Persiapan
Awal mula permainan ini ialah anak-anak yang akan ikut bermain berkumpul di lapangan atau tanah kosong yang cukup luas, kira-kira seluas
lapangan bulu tangkis. Kemudian anak-anak yang akan ikut bermain dibagi menjadi dua kelompok yang sama rata, bila kelompok pertama berjumlah empat
orang maka kelompok kedua juga berjumlah empat orang. Biasanya pembagian kelompoknya dibagi dengan cara suit atau pun hom pim pah.
30
2 Peralatan
Pada permainan bebentengan para pemain tidak memerlukan alat-alat khusus, cukup lahan kosong untuk menjadi pijakan dan batas antara kedua kubu
kelompok masing-masing. Kedua kelompok membuat markas bebentengannya
27
Sri Mulyani, 45 Permainan Tradisional Anak Indonesia, Yogyakarta: Langensari Publishing, 2013, h. 22.
28
Ibid.
29
Ibid., h. 23.
30
, Permainan
Tradisional Warisan
Sejarah yang
Hampir Punah,
http:www.sorgemagz.com?p=2921, diakses tanggal 27 Agustus 2014 jam 15.04.
saling berjauhan, biasanya di sudut lapangan. Misalnya kelompok pertama di sudut barat maka kelompok yang kedua di sudut timur.
31
3 Peraturan
Setiap personil pada kedua kubu harus menyentuh benteng. Hal ini menandakan bahwa status personil tersebut adalah baru. Kalau dia agak lama
tidak menyentuh benteng, maka status personil tersebut akan disebut lamo. Personil yang berstatus lamo, dapat dikejar, diburu, dan ditawan oleh personil dari
benteng lawan yang berstatus baru. Jika seorang lamo sedang berada atau berlari di luar benteng dapat menjadi tawanan lawan jika disentuh oleh personil dari
benteng lawan yang berstatus baru. Personil yang menjadi tawanan akan berdiri bergandengan di dekat
benteng lawan yang menawannya. Para tawanan tidak dapat lagi bebas memburu atau menyerang sampai mereka dapat dibebaskan. Para tawanan dapat dibebaskan
oleh teman dari bentengnya dengan cara menyentuh teman-temannya yang menjadi tawanan tersebut.
32
4 Permainan
Awal mula permainan ini dimulai dengan majunya atau menyerangnya dari salah satu personil tiap kubu salah satu benteng untuk menantang musuh
permainannya. Personil dari lawan mainnya kemudian balik menyerang dan mengejar musuhnya. Dari sana para pemain yang maju saling mengejar dan
menghindar satu sama lainnya. Jika seorang lamo yang maju kemudian ditangkap atau disentuh oleh lawan mainnya maka dia menjadi tawanan musuhnya.
Seorang lamo berusaha mengejar dan menghindar dari lawan mainnya supaya tak jadi tawanan musuhnya dan para personil yang berada pada markas
bentengnya dapat bergantian secara bergiliran untuk maju menyerang musuhnya. Demikian seterusnya sehingga terjadi saling kejar mengejar antar personil kedua
benteng. Pada sela-sela permainan sering terjadi kehabisan personil karena ditawan
dan bentengnya dikepung oleh lawannya. Lawan pengepung ini dapat
31
Ibid.
32
Ibid.
membebaskan teman-temannya yang juga menjadi tawanan dan dijaga oleh personil di benteng lawannya. Setelah dibebaskan, para mantan tawanan ini dapat
turut mengepung benteng lawannya. Sisa personil dari benteng yang terkepung dapat mengejar para pengepung yang berstatus lamo untuk mempertahankan
bentengnya, atau balik mengirim penyerang ke benteng pengepung jika benteng para pengepung tidak menjaganya.
33
5 Akhir Permainan
Satu kelompok dapat memenangankan permainan jika salah satu personil mereka dapat menyentuh benteng lawan tanpa disentuh oleh lawan yang
mempertahankan benteng yang diserang tersebut. Setelah ada yang menang dan kalah, maka permainan selesai dan dapat dimulai kembali permainan bebentengan
tersebut dari awal.
34
Peraturan pertandingan menurut Wisnujadmika, sebagai berikut :
1. Permainan bebentengan Pemain bebentengan yang keluar dari basecamp dianggap menyerbu
terlebih dahulu. Pemain ini apabila dikejar oleh musuh dan tersentuh oleh tangan musuh dianggap tertangkap. Pemain yang tertangkap di tempatkan tawanan
tempat yang sudah ditentukan sebelum pertandingan dimulai, biasanya 2 meter sebelah kanan atau kiri dari basecamp.
35
33
Ibid.
34
Ibid.
35
, Permainan Bentengan, http:wisnujadmika.wordpress.com, diakses tanggal 6 April 2014 jam 09.00.
2. Pemain musuh mengejar penyerang Pemain ini dapat kembali mempertahankan bentengnya apabila telah
diselamatkan temannya, dengan cara menyentuh tangan atau bagian tubuhnya. Kelompok pemain dinyatakan mendapatkan nilai apabila dapat menyentuh
basecamp musuh. Berakhirnya pertandingan ditentukan oleh kesepakatan para pemain. Kelompok yang kalah akan mendapatkan hukuman, yaitu menggendong
kelompok yang menang dari benteng yang satu ke benteng lainnya, jumlah gendongan tergantung kesepakatan.
36
3. Pemain yang ditawan berada di tempat tawanan
Seorang pemain mendapatkan nilai dengan menyentuh basecamp musuh.
37
36
Ibid.
37
Ibid.
Sedangkan cara bermain permainan bebentengan menurut Sri mulyani ialah :
1. Permainan dimulai dengan membuat dua kelompok terlebih dahulu. 2. Setiap kelompok terdiri dari empat sampai delapan anak, baik putra
maupun putri. 3. Masing-masing kelompok memilih tiang, pilar, ataupun pohon yang
disebut sebagai benteng mereka. 4. Kedua kelompok harus saling menyerang atau mengambil alih benteng
lawan dengan menyentuh tiang atau pilar yang dipilih oleh lawan dan meneriakkan kata “benteng”.
5. Kemenangan juga bisa diraih dengan menawan seluruh anggota lawan dengan lari menyentuh tubuh mereka.
6. Untuk menentukkan siapa yang berhak menjadi penawan, ditentukan dari siapa yang paling akhir menyentuh benteng mereka.
38
4. Hakikat Belajar dan Hasil Belajar a. Pengertian Belajar