Pengaruh Pendekatan Deep Dialogue Critical Thinking Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi di SMA Negeri 6 Tangerang Selatan

(1)

di SMA Negeri 6 Tangerang Selatan.”

(Penelitian Quasi Eksperimen)

Disusun Oleh :

Cindy Febry Kostantia NIM 1110015000132

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Progam Studi Ekonomi Akuntansi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

2014


(2)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat Pengaruh antara Penggunaan Pendekatan Deep Dialogue Critical Thinking Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi di SMAN 6 Tangerang Selatan. Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 6 Tangerang Selatan pada bulan Juli 2014. Metode yang digunakan adalah quasi eksperimen atau eksperimen semu dengan rancangan penelitian pretest posttest control group design. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik simple random sampling. Sampel yang digunakan oleh peneliti berjumlah 39 orang dengan jumlah keseluruhan dalam satu kelas di kelas X IIS 3 mencapai 42 orang. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes dengan bentuk pilihan ganda yang terdiri dari lima alternatif jawaban A, B, C, D, dan E, wawancara dengan jumlah pertanyaan sebanyak lima buah pertanyaan yang diajukan kepada guru mata pelajaran ekonomi dan siswa, Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlaku. Dokumen biasanya bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang dan instrumen penelitian yang terakhir adalah melalui instrumen observasi sesuai dengan yang tercantum dalam RPP. Selain itu, teknik korelasi yang digunakan adalah product moment. Hasil penelitian yang ditemukan adalah bahwa terdapat pengaruh yang positif dari Pengaruh Penggunaan Pendekatan Deep Dialogue Critical Thinking Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi di SMAN 6 Tangerang Selatan. Peningkatan hasil nilai tersebut dapat dilihat dari perolehan nilai rata-rata pretest yakni sebesar 42,43, nilai rata-rata posttest sebesar 52,24 dan nilai N-Gain tertinggi dengan nilai 1. Hasil perhitungan dengan pengujian parametrik T-test dengan kriteria ≥ 0,05 berada pada kesimpulan H1 diterima dengan nilai Thitung yakni

8,374

dan Ttabel berada pada nilai 1,665. harga t ( 1 –α ) ( 1 – 0,05 = 0,975 ) untuk uji dua sisi pada distribusi student ( t ) dk = 76 dari hasil Nx1 + Nx2– 2 = 39 + 39 – 2. Yang dalam hal ini bila disimpulkan adalah : Terdapat pengaruh dari penggunaan pendekatan DD/CT terhadap hasil belajar siswa kelas X di SMAN 6 Tangerang Selatan

Kata Kunci : Deep Dialogue Critical Thinking, Hasil Belajar, Konsep Ilmu Ekonomi


(3)

The purpose of the research is to know whether Deep Dialogue Critical Thinking has influence on students leraning outcome on Economics in SMAN 6 South Tangerang. The used method in quasi experiment with pretest-posttest control group design. The technic used in taking samle is random sampling and the samples are 39 students of 42 students in X IIS 3. The instruments in the research are giving multiple choice tests with five alternative answers; A, B, C, D, and E, interviewing Economics teachers and the students, and documentating record. Documentation can be a writting, picture or someones monumental work. The last intrument used in the research is RPP observation. Beside that, product moment is also used as a correlation technique. Then, if is found that using Deep Dialogue Critical Thinking Approach has ifluence on outcome of students Economics learning in SMAN 6 South Tangerang. The raising outcome can be provided by the average pretest value 42,43, the average posttest value 52,24, and 1 as highest N-Gain. The result of parametric T-Test with >0,05 criteria is on H1 conclusion. It is accepled with T-Test 8,374 and T-Table 1,665. T ( 1 – α ) ( 1 – 0,05 = 0,975 ) for two side. Test on students distribution (t) dk =76 of Nx1 + Nx2– 2 = 39 + 39 – 2. In conclusion, DD/CT has influence on outcome of students Economics learning in X class in SMAN 6 South Tangerang.

Keywords: Deep Dialogue, Critical Thinking, Learning Outcomes, Concept, Economics


(4)

(5)

(6)

viii

menyelesaikan laporan akhir SKIPSI. Salawat serta salam semoga selalu Allah curahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, kepada para keluarga juga para sahabat-sahabat beliau dan mudah-mudahan termasuk pula kita selaku umat-Nya.

Dalam penyusunan laporan akhir skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan, masukan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Ibu Nurlena Rifa’i M.A, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,

2. Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial,

3. Bapak Drs. Syaripulloh, M.Si Selaku Sekertaris Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial,

4. Ibu Anissa Windarti, M.Sc., selaku dosen pembimbing,

5. Ibu Dr. Sita Ratnaningsih, M.Pd yang telah membantu dalam memecahkan kesulitan dalam mengolah data. I Love You Ibu Ku sayang...

6. Bapak Dr. Muhammad Arif, M.Pd selaku dosen penasihat akademik 7. Bapak Yusep K Sukma selaku guru pamong ekonomi yang telah

memberikan arahan dan saran-saran yang bermanfaat,

8. Bapak Drs. Agus Hendrawan, M.Pd., selaku Kepala Sekolah SMAN 6 Kota Tangerang Selatan yang telah memberikan izinnya untuk dapat melaksanakan kegiatan penelitian di Sekolah tersebut,

9. Guru-guru SMAN 6 Tangerang Selatan yang selalu memberikan pelajaran berharga dan telah memberikan arahan dan bimbingannya selama melakukan penelitian di Sekolah

10.Seluruh staf guru dan karyawan SMAN 6 Kota Tangerang Selatan yang, 11.Kedua orang tua ku tercinta (Mamah Santi) yang selalu memberikan


(7)

ix penyelesaian laporan skripsi ini.

13.Dan kedua adikku yang termanis yang selalu memberikan semangat dikala lelah mendera melalui canda tawanya

14.Murid-murid SMAN 6 Kota Tangerang Selatan terutama seluruh murid kelas X,

15.Teman-teman Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial/ Ekonomi angkatan 2010, terutama teman-teman “OTSE” (Chentauri Galih, Ms. Lola Lilian Paramitha, Mpok dille, Ms. Rempong Desde Monawita, Frisca Fauzia K, Kepala Suku Gina Rosdianti, Oma Dini Halimah) yang senantiasa berbagi dalam segala hal.

Semoga Allah SWT membalas amal kebaikan dari pihak-pihak yang telah membantu di dalam pembuatan dan penyusunan laporan ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan skripsi ini masih belum sempurna dan banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan untuk perbaikan penulisan selanjutnya. Akhirnya, penulis mengharapkan semoga laporan skripsi ini dapat bermanfaat penulis dan pembaca.

Jakarta, September 2014


(8)

x ABSTRAK

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Kegunaan Hasil Penelitian ... 7

BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Teori 1. Hakikat Pendekatan Pembekajaran ... 9

a. Pengertian Pendekatan Pembelajaran ... 9

b. Macam-macam Pendekatan Pembelajaran... 10

2. HakikatDeep Dialogue Dritical Thinking(DD/CT) sebagai Pendekatan Pembelajaran... 12

a. Pengertian Pendekatan DD/CT ... 12

b. Tahapan dalam penggunaan pendekatan (DD/CT) ... 12

c. Ciri-ciri pendekatan DD/CT... 14


(9)

e. Kekurangan penggunaan Pendekatan DD/CT ... 15

3. Hakikat Hasil Belajar ... 15

a. Pengertian Hasil Belajar... 15

b. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 18

4. Hakikat Pembelajaran... 19

a. Pengertian belajar ... 19

b. Tujuan Belajar ... 21

c. Unsur belajar ... 22

d. Prinsip umum belajar... 24

e. Tipe belajar ... 26

5. Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial ... 28

a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial ... 28

b. Pengertian Ilmu Ekonomi ... 28

c. Pembagian Ilmu Ekonomi... 29

d. Manfaat mempelajari ilmu ekonomi ... 29

e. Kegunaan Ilmu Ekonomi ... 30

f. Metodologi ilmu ekonomi... 30

g. Pernyataan positif dan pernyataan normatif dalam ekonomi . 31 h. prinsip, kegunaan, motif, dan politik ekonomi ... 32

B. Hasil Penelitian yang Relevan... 32

C. Kerangka Berfikir... 32

D. Hipotesis Penelitian... 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 35

B. Metode dan Desain Penelitian... 35

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 36

D. Teknik Pengumpulan Data... 37

E. Instrumen Pengumpulan Data ... 39


(10)

a) Uji Validitas ... 39

b) Uji Reliabilitas ... 40

c) Pengujian Taraf Kesukaran ... 41

d) Pengujian Daya Pembeda Soal... 42

G. Teknik Analisis Data... 42

a) Uji Normalitas... 42

b) Uji Homogenitas ... 43

c) Uji Linearitas... 44

d) N-Gain... 45

H. Hipotesis uji-t... 46

I. Hipotesis Statistik... 46

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum SMAN 6 Tangerang Selatan ... 48

1) SejarahSingkatSekolah... 48

2) Visi, MisidanTujuan... 51

3) Sarana dan prasarana... 52

4) Pendiri SMAN 6 Tangerang Selatan... 55

5) Tenaga Pendidik... 55

6) Kondisi Ideal ... 61

7) Potensi yang dimiliki satuan pendidikan ... 62

8) Program Kerja ... 63

9) Kegiatan Pengembangan Diri ... 64

B. Hasil Penelitian... 66

1. Data Hasil Belajar... 66

a) Uji Validitas ... 66

b) Uji Reliabilitas... 69

c) Daya Tingkat Kesukaran Soal... 70

d) Daya Pembeda Soal... 71


(11)

f) Uji Homogenitas ... 73

g) Uji Linearitas... 73

h) Data HasilPretestX IIS 3... 75

i) Data HasilPosttestX IIS 3... 77

j) N-Gain ... 79

k) Uji Prasyarat : ... 81

1) Uji Hipotesis ... 81

2. Pembahasan ... 97

BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan... 103

B. Implikasi... 104

C. Saran... 104

DAFTAR PUSTAKA 105


(12)

xiv

3.1 Desain Penelitian ... 36

3.2 Sampel Kelas X IIS 3 ... 37

3.3 NilaiN-Gain Score ... 46

4.1 Status Pemilikan dan Penggunaan Lahan... 53

4.2 Peralatan Penunjang Pembelajaran ... 53

4.3 Perlengkapan Administrasi ... 54

4.4 Pendiri SMAN 6 Tangerang Selatan ... 55

4.5 Tenaga Pendidik SMAN 6 Tangerang Selatan... 55

4.6 Tenaga Kependidikan SMAN 6 Tangerang Selatan ... 58

4.7 Input dan Output Peserta didik... 61

4.8 Kondisi Ideal... 61

4.9 Prestasi yang pernah diraih dalam berbagai bidang dan tingkat 63 4.10 Program Pembiasaan yang ada di SMA Negeri 6 Tangerang Selatan... 66

4.11Hasil Validitas Instrumen Kelas XI MIA 4 ... 67

4.12 Hasil Perhitungan Reliabilitas Kelas XI MIA 4 ... 69

4.13 Daftar Nilai Taraf Kesukaran X IIS 3 ... 70


(13)

4.15 Hasil Pengujian Normalitas ... 72

4.16 Hasil Pengujian Homogenitas ... 73

4.17 Anava Regresi untukŶ = 3,56 + 1,14X ... 73

4.18 Data HasilPretestKelas X IIS 3 ... 74

4.19 Urutan NilaiPretestterendah ke tertinggi X IIS 3 ... 74

4.20 Data HasilPosttestKelas X IIS 3 ... 76

4.21 Urutan NilaiPosttestterendah ke tertinggi X IIS 3... 77

4.22 Daftar Hasil NilaiN-GainKelas X IIS 3... 78

4.23 Rekapitulasi Statistik Hasil Perbedaan Rata-rata melalui Uji Parametrik T-Test ... 81

4.24 Rekapitulasi Statistik Hasil PengujianPretest, Posttest, N-Gain, Normalitas, Homogenitas, Lineritas ... 82

4.25 Hasil Wawancara Siswa Terhadap Penggunaan DD/CT ... 85

4.26 Perolehan Skor Rata-rata Hasil Observasi Guru Terhadap Siswa Kelas X IIS 3 ... 87

4.27 Wawancara Guru Mengenai Penggunaan Pendekatan DD/CT 90 4.28 Perolehan Skor Rata-rata Hasil Observasi Guru Ekonomi Kepada Peneliti ... 92


(14)

xvi

4.1 Gambar Grafik Histogram Nilai Pretest X IIS 3 ... 76


(15)

1

Menurut Taufiq Amir Pendidikan memiliki peran penting dalam kemajuan suatu bangsa. Suatu bangsa dianggap maju ketika pendidikan di dalamnya berjalan dengan baik. Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting karena dengan pendidikan diharapkan mampu membentuk sumber daya manusia yang terampil, kreatif, dan inovatif. Negara dengan sumber daya alam yang melimpah tanpa diimbangi dengan keberadaan sumber daya manusia yang kompeten akan terasa kurang dalam mengelola kekayaan alam yang ada. Peran pendidikan akan sangat berpengaruh dalam meningkatkan sumber daya manusia yang kaya akan ilmu pengetahuan.

Modal pengetahuan harus ditempatkan lebih penting dari modal fisik lainnya. Tidak sedikit bukti menunjukkan bahwa negara yang menyadari akan hal ini, semakin berhasil memakmurkan rakyatnya. Perekonomian mereka maju, kesejahteraan rakyat meningkat, pendidikan diperhatikan, dan kesuksesan ini terus menggelinding menuju kemajuan berikutnya. Padahal, mungkin dari segi kondisi sumber daya alam, jumlah penduduk, wilayah demografis, dan berbagai “modal fisik” lainnya, relatif tidak menguntungkan. Sebaliknya ada banyak bangsa yang tidak begitu sukses, atau kurang maksimal kesuksesannya, sementara modal fisiknya berlimpah ruah.1

Manusia harus melalui proses belajar untuk memperoleh pengetahuan. Belajar membantu manusia menyesuaikan diri dengan lingkungan sehingga mampu bertahan hidup. Menurut Winkel dalam Yatim Riyanto, mendefiniskan belajar adalah suatu aktivitas mental dan psikis yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat adanya interaksi antar individu dengan individu dengan lingkungan.2

1

Taufiq Amir,InovasiPendidikanMelalui Problem Based Learning, (Jakarta, Kencana, 2010), cetakan ke-2, h. 2

2

Yatim.Riyanto.Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta: Predana Media Group, 2009),


(16)

Pembelajaran merupakan suatu sistem yang membantu individu belajar dan berinteraksi dengan sumber belajar dan lingkungan. Sistem dapat diartikan satu kesatuan komponen yang satu sama lain saling berhubungan untuk mencapai tujuan tertentu. Ada tiga ciri utama sistem. Pertama, suatu sistem memiliki tujuan tertentu; kedua, untuk mencapai tujuan sebuah sistem memiliki fungsi-fungsi tertentu; ketiga, untuk menggerakkan fungsi, sistem harus ditunjang oleh berbagai komponen.3Setiap pembelajaran memiliki tujuan dan fungsi tertentu. Untuk mencapai semua itu perlu adanya model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan dari pembelajaran itu sendiri.

Menurut Wina Sanjaya, “Proses pembelajaran merupakan sebuah proses komunikasi antara guru dengan siswa melalui bahasa verbalis sebagai media primer dalam penyampaian materi pelajaran.”4 Dalam proses belajar mengajar, guru merupakan faktor yang sangat dominan dan paling penting. Sebab guru masih dianggap sebagai unsur penentu dalam meningkatkan prestasi atau hasil belajar yang maksimal. Peranan guru, selain mengajar, mendidik, dan melatih siswa, guru hendaknya mampu memberikan motivasi belajar siswa. Di antara usaha munculnya motivasi pada diri siswa banyak dipengaruhi oleh guru dan media pendukung apa yang digunakan dalam pembelajaran.

Proses belajar mengajar di dalam kelas sangat bergantung dengan bagaimana guru menyajikan pembelajaran tersebut kepada siswa. Jika seorang guru hanya berdiri di depan kelas dengan menyampaikan materi secara verbal tanpa dibantu dengan media pembelajaran yang mampu memvisualisasikan apa yang sebenarnya ingin disampaikan, maka sangat dimungkinkan siswa akan merasa bosan dan sulit untuk memahami materi dengan baik.

Standar Nasional Pendidikan menjelaskan, terdapat standar proses yang menjadi kegiatan utama dalam meraih ilmu di sekolah. Proses

3

Wina.Sanjaya.Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2011),

h. 2

4


(17)

pembelajaran diselenggarakan secara interaktif, menyenangkan, memotivasi peserta didik untuk giat, serta memberikan ruang yang cukup bagi peserta didik dalam menyalurkan bakat, minat dan potensi. Proses tersebut menentukan hasil pembelajaran peserta didik.

Selain standar proses, adapula standar tenaga pendidikan. Tenaga pendidik atau guru, merupakan salah satu kunci kesuksesan dalam proses pembelajaran. Guru menjadi agen perubahan dalam pendidikan khususnya di Indonesia. Guru juga yang menjadi kunci keberhasilan bagi peserta didik dan institusi yang menaungi jabatan atau profesinya.

Keberhasilan belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah yakni faktor dari dalam diri siswa (intern) dan faktor dari luar diri siswa (ekstern). Faktor dari dalam diri siswa diantaranya adalah: kecerdasan, bakat, minat, motivasi diri, disiplin diri dan kemandirian. Sedangkan faktor dari luar diri siswa adalah dapat berupa lingkungan alam, kondisi sosial, ekonomi, lingkungan sekolah, guru, kurikulum dan sebagainya. Jadi, dalam hal ini rendahnya prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor yang telah disebutkan di atas. Dari faktor-faktor tersebut yang paling menentukan adalah faktor dari dalam diri siswa itu sendiri untuk menentukan keberhasilan dalam belajar. Sebab dalam proses belajar adalah siswa tersebut sebagai subyek belajar

Dalam hal ini faktor eksternal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar ekonomi siswa adalah penggunaan sumber belajar di sekolah, hal ini meliputi sumber belajar tercetak, non cetak, fasilitas belajar ataupun lingkungan sekolah. Selain itu untuk memperoleh pengalaman dan untuk latihan yang baik diperlukan adanya sumber belajar yang baik. Sumber belajar merupakan sesuatu yang penting karena dapat turut memperlancar proses belajar mengajar (PBM). Guru bukanlah satu-satunya penentu keberhasilan siswa. Tanpa disadari faktor penentu keberhasilan dalam proses belajar mengajar adalah siswa sebagai pelaku dalam kegiatan belajar. Tanpa kesadaran , kemauan, dan keterlibatan siswa, maka proses belajar mengajar tidak akan berhasil. Dengan demikian dalam proses


(18)

belajar mengajar siswa ditutut memiliki sikap mandiri, artinya siswa perlu memiliki kesadaran, kemauan, dan motivasi dari dalam diri siswa bukan semata-mata tekanan guru maupun pihak lain.

Adanya inovasi-inovasi di bidang pendidikan ini akan memberikan harapan besar bagi peningkatan mutu lulusan pendidikan. Untuk itu dengan adanya inovasi pembelajaran yang berbasisDeep Dialog/Critical Thinkingini diharapkan mampu meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di Indonesia sehingga mampu mengangkat nama Indonesia dan membawa Indonesia menjadi negara yang lebih maju.

Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu.5 Pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (Student centered approach) dan pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (Teacher centered approach). Pendekatan dengan berbasisDeep Dialog/Critical Thinkingmampu menjadi penggerak yang unggul untuk membantu peserta didik belajar karenaDeep Dialogue/Critical Thinking(DD/CT) menggunakan semua metode pembelajaran yang telah digunakan sebelumnya sepertimultiple intelligences, belajar aktif, keterampilan proses ataupun Partnership Learning Methode. Dengan begitu, maka guru dapat memberikan variasi dalam pembelajaran sehingga peserta didik tidak merasa bosan dan monoton.

Pembelajaran Deep Dialogue/Critical Thinking(DD/CT) dapat melatih peserta didik untuk mampu berpikir kritis dan imajinatif, menggunakan logika, menganalisis fakta-fakta dan melahirkan imajinatif atas ide-ide lokal dan tradisional, sehingga dapat meningkatkan peserta didik untuk berfikir mandiri.Deep Dialogue/Critical Thinking (DD/CT)

5


(19)

menekankan pada nilai, sikap, kepribadian, mental, emosional dan spiritual sehingga peserta didik belajar dengan menyenangkan dan bergairah.

Standar kompetensi dan kompetensi dasar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) meliputi bahan kajian: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi. Bahan kajian itu menjadi mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Menurut Nursid Sumaatmaja

Mata pelajaran IPS bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah soial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa kehidupan masyarakat.6

Salah satu mata pelajaran yang diberikan di SMA adalah mata pelajaran ekonomi. Mata pelajaran ekonomi diberikan sebagai program pengajaran umum di kelas dengan tujunnya adalah agar siswa dapat mengerti permasalahan yang ada disekitarnya serta dampak yang ditimbulkan akibat masalah tersebut. Mata pelajaran ekonomi berangkat dai fakta atau gejala yang nyata sehingga siswa diharapkan mempunyai kemandirian dalam pemanfaatan sumber belajar yang berkaitan dengan mata pelajaran ekonomi. Prestasi belajar ekonomi yang dicapai kelas X di SMAN 6 Tangerang Selatan Tahun ajaran 2013-2014 dari hasil ulangan kenaikan kelas rata-ratanya adalah 74 dengan rentang nilai terendahnya adalah 65 dan nilai tertingginya adalah 90 (sumber daftar nilai ulangan kenaikan kelas guru mata pelajaran ekonomi).

Keberhasilan pengajaran tiak hanya dilihat dari hasil belajar yang dicapai oleh siswa, tetapi juga dari segi prosesnya. Hasil belajar pada dasarnya merupakan akibat dari suatu proses belajar. Tujuan penilaian proses belajar-mengajar pada hakikatnya adalah untuk mengetahui

6

Tim BPSDMPK dan PMP.Modul Ilmu Pengetahuan Sosial: Fakta, konsep, generalisasi


(20)

kegiatan belajar-mengajar, terutama efeisensi, keefektifitasan, dan produktivitasnya dalam mencapai tujuan pengajaran.

Berdasarkan uraian di atas untuk mengetahui masalah yang berkaitan dengan sumber belajar, pendekatan yang digunakan, kemandirian, prestasi belajar maka peneliti akan mengambil judul penelitian yakni “PENGARUH PENDEKATAN DEEP DIALOGUE

CRITICAL THINKING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

PADA MATA PELAJARAN EKONOMI di SMAN 6 TANGERANG

SELATAN”

B. Identifikasi Masalah

Ada beberapa identifikasi masalah yang akan peneliti angkat berkaitan dengan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran ekonomi untuk siswa kelas X IIS 3 di SMA Negeri 6 Tangerang Selatan. Identifikasi masalah tersebut akan dikaitkan dengan penggunaan pendekatan DD/CT, kurangnya minat membaca buku panduan mata pelajaran ekonomi yang dimiliki oleh peserta didik, ketidakfahaman siswa dalam hal mengisi jawaban pada lembar kerja siswa (LKS).

C. Pembatasan Masalah

Karena adanya keterbatasan waktu, dana, teori-teori, dan agar penelitian ini dapat dilakukan secara lebih mendalam, maka tidak semua masalah yang diidentifikasikan akan kami teliti. Untuk itu, peneliti memberi batasan variabel apa saja yang akan diteliti serta bagaimana hubungan variabel satu dengan yang lainnya. Dalam penelitian pendidikan ini peneliti akan memfokuskan pada pendekatan Deep Dialogue/Critical Thinking yang dilakukan oleh guru sebagai pendekatan mengajar yang dilakukan di dalam kelas dengan melihat pada hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi kelas kelas X IIS 3 di SMA Negeri 6 Tangerang Selatan.


(21)

D. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, maka peniliti akan merumuskan permasalahan yang ingin diteliti, diantaranya:

Adakah pengaruh antara pendekatan Deep Dialogue/Critical Thinking

yang dilakukan oleh guru dengan hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi kelas X di SMA Negeri 6 Tangerang Selatan?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah yang telah diuraikan di atas maka kami akan merumuskan tujuan dari penelitian yang akan kami teliti pada kesempatan kali ini, diantaranya adalah:

Untuk mengetahui adakah pengaruh antara pendekatan Deep Dialogue/Critical Thinking yang dilakukan oleh guru dengan hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi kelas X di SMA Negeri 6 Tangerang Selatan.

F. Kegunaan Hasil penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian yang telah peneliti lakukan khususnya bagi guru, sekolah, dan khususnya bagi peneliti sendiri adalah:

1. Bagi Siswa : Bahwa dengan penelitian yang dilakukan ini akan berpengaruh pada peningkatan hasil belajar untuk mata pelajaran ekonomi 2. Bagi Guru : Pendekatan DD/CT ini akan dapat digunakan dalam

kegiatan belajar mengajar selanjutnya

3. Bagi Sekolah : Salah satu rujukan untuk dapat menggunakan berbagai macam pendekatan dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar dengan merujuk pada pendekatan DD/CT


(22)

4. Bagi Peneliti : Dapat menjadi salah satu acuan untuk menjadikan pendekatan DD/CT ini sebagai pendekatan dalam kegiatan belajar pada konsep materi ekonomi selanjutnya


(23)

9

1. Pendekatan Pembelajaran a. Pengertian Pendekatan

Secara harfiah, istilah pendekatan menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia berarti “proses, perbuatan, cara mendekati”

Dalam konteks pembelajaran. Menurut T. Raka Joni, pendekatan diartikan sebagai cara umum dalam memandang permasalahan atau obyek kajian, sehingga berdampak ibarat seseorang menggunakan kacamata dengan warna tertentu didalam memandang alam. Kacamata berwarna hijau akan menyebabkan dunia kelihatan kehijaua-hijauan, kacamata berwarna coklat akan membuat dunia kelihatan kecoklat-coklatan, dan seterusnya“. Jadi, pendekatan digunakan apabila bersangkut paut dengan cara-cara umum dan atau asumsi dalam menyikapi sesuatu masalah ke arah pemecahannya. Demikian misalnya, pendekatan sistem menyebabkan dipersepsinya hubungan kait-mengait antara sejumlah unsur yang dianggap memiliki hubungan yang sistemik.1 Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach). Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam strategi pembelajaran. Newman dan Logan (dalam Abin Syamsuddin Makmun) mengemukakan empat unsur pendekatan dari setiap usaha, yaitu :


(24)

1. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (output) dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya.

2. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif untuk mencapai sasaran.

3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.

4. Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha.

Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah:

1) Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik.

2) Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang paling efektif.

3) Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan teknik pembelajaran.

4) Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan.

b. Macam-macam Pendekatan Pembelajaran

1. Pendekatan Expository

Pendekatan Expository menekankan pada penyampaian informasi yang disampaikan sumber belajar kepada warga belajar. Melalui pendekatan ini sumber belajar dapat menyampaikan materi sampai tuntas. Pendekatan Expository lebih tepat digunakan apabila jenis bahan belajar yang bersifat informatif yaitu berupa konsep-konsep dan prinsip dasar yang perlu difahami warga belajar secara pasti. Pendekatan ini juga tepat


(25)

digunakan apabila jumlah warga belajar dalam kegiatan belajar itu relatif banyak. Pendekatan expository dalam pembelajaran cenderung berpusat pada sumber belajar, dengan memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) adanya dominasi sumber belajar dalam pembelajaran, 2) bahan belajar terdiri dari konsep-konsep dasar atau materi yang baru bagi warga belajar, 3) materi lebih cenderung bersifat informasi, 4) terbatasnya sarana pembelajaran. 2. Pendekatan Inquiry

Istilah Inquiry mempunyai kesamaan konsep dengan istilah lain seperti Discovery, Problem solving dan Reflektif Thinking. Semua istilah ini sama dalam penerapannya yaitu berusaha untuk memberikan kesempatan kepada warga belajar untuk dapat belajar melalui kegiatan pengajuan berbagai permasalahan secara sistimatis, sehingga dalam pembelajaran lebih berpusat pada keaktifan warga belajar. Dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Inquiry, sumber belajar menyajikan bahan tidak sampai tuntas, tetapi memberi peluang kepada warga belajar untuk mencari dan menemukannya sendiri dengan menggunakan berbagai cara pendekatan masalah. Sebagaimana dikemukakan oleh Bruner bahwa landasan yang mendasari pendekatan inquiry ini adalah hasil belajar dengan cara ini lebih mudah diingat, mudah ditransfer oleh warga belajar. Pengetahuan dan kecakapan warga belajar yang bersangkutan dapat menumbuhkan motif intrinsik karena warga belajar merasa puas atas penemuannya sendiri.

Pendekatan Inquiry ditujukan kepada cara belajar yang menggunakan cara penelaahan atau pencarian terhadap sesuatu objek secara kritis dan analitis, sehingga dapat membentuk pengalaman belajar yang bermakna. Warga belajar dituntut untuk dapat mengungkapkan sejumlah pertanyaan secara sistimatis terhadap objek yang dipelajarinya sehingga ia dapat mengambil kesimpulan dari hasil informasi yang diperolehnya. Peran sumber belajar dalam penggunaan pendekatan Inquiry ini adalah sebagai pembimbing/fasilitator yang dapat mengarahkan warga belajar dalam kegiatan pembelajarannya secara efektif dan efisien.


(26)

3. PendekatanDeep Dialogue Critical Thinking(DD/CT)

Menurut Ketut. P Arthana Deep dialogue (dialog mendalam) dapat diartikan sebagai percakapan antara orang-orang (dialog) yang diwujudkan dalam hubungan interpersonal, saling ada keterbukaan, jujur dan mengandalkan kebaikan. Sedangkan Critical Thinking

(berfikir kritis) adalah kegiatan berfikir yang dilakukan dengan mengoperasikan potensi intelektual untuk menganalisis, membuat pertimbangan dan mengambil keputusan secara tepat serta melaksanakannya secara benar.2

Dari beberapa pengertian tentang pendekatan pembelajaran maka dapat kita simpulkan bahwa pendekatan pembelajaran adalah cara umum dalam memandang permasalahan atau obyek kajian yang bertitik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.

2. PendekatanDeep Dialogue/Critical Thinking(DD/CT) a. Pengertian Pendekatan DD/CT

Deep dialogue(dialog mendalam) dapat diartikan sebagai percakapan antara orang-orang (dialog) yang diwujudkan dalam hubungan interpersonal, saling ada keterbukaan, jujur dan mengandalkan kebaikan. SedangkanCritical Thinking(berfikir kritis) adalah kegiatan berfikir yang dilakukan dengan mengoperasikan potensi intelektual untuk menganalisis, membuat pertimbangan dan mengambil keputusan secara tepat serta melaksanakannya secara benar.

Beberapa prinsip yang harus ada dalam DD/CT antara lain adalah: adanya komunikasi dua arah dan prinsip saling memberikan yang terbaik, menjalin hubungan kesederajatan dan keberadaan serta empasitas yang tinggi. Fokus dalam kajian pendekatan DD/CT dalam pembelajaran dikonsentrasikan dalam mendapatkan pengetahuan, pengalaman, melalui dialog serta secara mendalam dan berfikir kritis tidak saja keaktifan

2Ketut. PArthana. “Pembelajaran Inovatif BerbasisDeep Dialogue/Critical Thinking”,


(27)

peserta didik pada aspek fisik, akan tetapi juga aspek intelektual, sosial, mental, emosional, dan spiritual.

b. Tahapan penggunaan pendekatan Deep Dialogue Critical Thinking

Menurut Ketut P. Arthana, Tahapan pendekatan Deep Dialogue Critical Thinking terdiri dari enam fase. Secara ringkas peneliti akan menjabarkan yang menjadi tahapan selama proses pembelajaran dengan menggunakanDeep Dialogue Critical Thinkingadalah sebagai berikut:

Tabel 2.1

Tahapan Pembelajaran PendekatanDeep Dialogue Critical Thinking

Fase Perilaku Guru

1. Keterbukaan Guru memberikan kesempatan peserta didik untuk bertanya mengenai bahan pelajaran yang belum dikuasai dari pelajaran yang sudah dibelajarkan.

2. Bersikap Jujur Guru mengajukan pertanyaan pada peserta didik mengenai bahan yang telah dibelajarkan.

3. Kerjasama Guru memilih pokok-pokok permasalahan

yang memberikan satu dasar yang sama. Selanjutnya guru bersama siswa bersama mencari hipotesis atas permasalahan.

4. Menjunjung nilai-nilai moral,

deep dialogue/critical thinking

Guru melakukan dialog dengan

menjunjung final nilai-nilai moral, etis atau santun, saling menghargai, demokratis

5. Saling mengakui keunggulan Guru merespon dialog yang dilakukan oleh peserta didik secara baik

6. Membangun empati Guru memberikan tindak lanjut untuk mengetahui keberhasilan dari pendekatan yang dilakukan selama proses belajar


(28)

mengajar berlangsung dengan membuat kesimpulan akhir dari tahapan tersebut.

c. Ciri-ciri pendekatan DD/CT

Untuk keperluan pendekatan pembelajaran, Global Dilaogue Institute

mengidentifikasi ciri-ciri pembelajaran yang menggunakan DD/CT, diantaranya adalah:

1. Peserta didik dan guru tampak aktif

2. Mengoptimalisasi potensi intelegensi peserta didik 3. Berfokus pada mental, emosional, dan spiritual

4. Menggunakan pendekatan dialog pendekatan mendalam dan berfikir kritis

5. Peserta didik dan guru dapat menjadi pendengar dan pemikir yang baik

6. Dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari 7. Lebih menekankan pada nilai, sikap dan kepribadian3

d. Kelebihan penggunaan Pendekatan DD/CT

Pembelajaran berbasis Deep Dialogue Critical Thinking memiliki berbagai kelebihan sebagai berikut:

1) DD/CT dapat digunakan melatih peserta didik untuk mampu berfikir kritis dan imajinatif, menggunakan logika, menganalisis fakta-fakta dan melahirkan imajinatif atas ide-ide lokal dan tradisional. Sehingga peserta didik dapat membedakan mana yang disebut berfikir baik dan tidak baik, mana yang benar dan tidak benar

2) DD/CT merupakan pendekatan yang dapat dikolaborasikan dengan berbagai metode yang telah ada dan telah digunakan oleh guru selama ini.

3) DD/CT merupakan dua sisi mata uang dan merupakan hal yang inherent dalam kehidupan peserta didik, oleh karena itu dalam


(29)

kegiatan pembelajaran berbasis DD/CT selalu berkaitan dengan kehidupan nyata sehingga memudahkan peserta didik mengerti dan memahami manfaat dan isi pembelajaran.

4) DD/CT menekankan pada nilai, sikap, kepribadian, mental emosional, dan spiritual sehingga peserta didik belajar dengan menyenangkan dan bergairah

5) Melalui pembelajaran berbasis DD/CT, baik guru ataupun peserta didik akan dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman, karena dengan dialog mendalam dan berfikir kritis mampu memasuki ranah intelektual, fisikal, sosial, mental dan emosional.

e. Kekurangan penggunaan Pendekatan DD/CT

Menurut Martinis Yamin, Kekurangan dari penggunaan pendekatan

Deep Dialogue Critical Thinking secara umum adalah pada tahap persiapan awalnya karena pada tahap persiapan awal akan digunakannya pendekatan ini karena seorang guru harus mempersiapkan dengan persiapan yang lebih matang sehingga siswa mampu menerapkan pendekatan Deep Dialogue Critical Thinking ini. selain itu mempersyaratkan siswa memiliki latar belakang yang cukup tentang topik atau masalah yang didiskusikan, apatis bagi siswa yang tidak terbiasa berbicara dalam forum selain itu juga akan menyita waktu lama dan juga kurang tepat jika digunakan pada tahap awal proses belajar bila siswa baru diperkenalkan kepada bahan pembelajaran baru.4

3. Pengertian Hasil

a. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Ahmad Sofyan, Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh pembelajar. Ada tiga aspek kompetensi yang harus dinilai untuk mengetahui seberapa besar capaian kompetensi tersebut, yakni penilaian terhadap: 1) penguasaan materi akademik (kognitif), 2) hasil belajar yang bersifat normatif (afektif), dan 3) aplikatif dan produktif (psikomotorik).5

4

Martinis. Yamin. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Gaung

Perada), h.70

5 Ahmad. Sofyan. Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN


(30)

Secara eksplisit ketiga domain ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Ketiga ranah tersebut adalah sebagai berikut:

1. Penilaian Aspek Kognitif

Aspek kognitif berhubungan dengan kemampuan berpikir termasuk didalamnya kemampuan memahami, menghafal, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis dan evaluasi. Menurut Benyamin S. Bloom, taksonomi untuk domain kognitif adalah metode untuk membuat urutan pemikiran dari tahap dasar ke arah yang lebih tinggi dari kegiatan mental yang terdiri dari pengetahuan (knowledge) yaitu kemampuan untuk menghafal, mengingat atau mengulangi informasi yang pernah diberikan. Kedua pemahaman (comprehension) ialah kemampun untuk menginterpretasi atau mengulang informasi dengan menggunakan bahasa sendiri. Ketiga, aplikasi (application) yaitu kemampun menggunakan informasi, teori dan aturan pada situasi baru. Keempat, analisis (analysis) ialah kemampuan menguraikan pemikiran yang kompleks dan mengenai bagian-bagian serta hubungannya. Kelima, sintesis (synthesis) merupakan kemampuan mengumpulkan komponen yang sama guna membentuka pola pemikiran yang baru. Dan keenam, evaluasi (evaluation) ialah kemampuan membuat pemikiran berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan.6

Kemampuan-kemampuan yang termasuk domain kognitif oleh Bloom dkk dikategorikan lebih terinci secara hierarkis ke dalam enam jenjang kemampuan, yakni:

a) hafalan atau ingatan (C1) b) pemahaman (C2)

c) penerapan (C3) d) analisis (C4) e) sintesis (C5) f) evaluasi (C6)7

2. Penilaian Aspek Psikomotor

Ryan dalam Mimin Haryati mengungkapkan bahwa penilaian hasil belajar psikomotor dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu, pertama melalui

6Djaali,Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h. 77 7Ahmad. Sofyan.op.cit., h. 15


(31)

pengamatan langsung serta penilaian tingkah laku siswa selama proses belajar mengajar (praktek berlangsung). Kedua, setelah proses belajar berlangsung yaitu dengan cara memberikan tes kepada siswa untuk mengukur pengetahuan, ketrampilan dan sikap. Ketiga, beberapa waktu setelah belajar selesai dan kelak dalam lingkungan kerjanya. Sedangkan menurut Leighbody, dalam melakukan penilaian hasil belajar ketrampilan sebaiknya mencakup: pertama, kemampuan siswa dalam menggunakan alat dan sikap kerja. Kedua, kemampuan siswa menganalisis suatu pekerjaan dan menyusun urutan pekerjaan. Ketiga, kecepatan siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan kepadanya. Keempat, kemampuan siswa dalam membaca gambar atau simbol. Kelima, keserasian bentuk yang diharapkan atau ukuran yang telah ditentukan. Ranah afektif dirinci oleh Krathwol dkk, menjadi lima jenjang:8 a) perhatian atau penerimaan(receiving),

b) tanggapan(responding),

c) penilaian atau penghargaan(valving),

d) pengorganisasian(organization),

e) karakterisasi terhadap suatu atau berbagai nilai (characterization by a value or value complex).

3. Penilaian Aspek Afektif

Menurut Krathwohl dalam buku Mimin HaryatiLife skillsmerupakan bagian dari kompetensi lulusan sebagai hasil proses pembelajaran. Bila ditelusuri hampir semua tujuan kognitif mempunyai komponen afektif. Peringkat ranah afektif menurut Krathwohl ada lima, yaitu receiving

(menerima), responding (tanggapan), valuing (menilai), organization

(organisasi) dan characterization (karakterisasi). Penilain pada aspek afektif dapat dilakukan dengan menggunakan angket atau kuesioner, inventori dan pengamatan atau observasi.9 Ranah psikomotorik dibagi menjadi tujuh tingkatan, yakni:

a) persepsi(perception),

b) kesiapan(set),

c) gerakan terbimbing(guided response),

d) gerakan terbiasa(mechanism),

8Ibid., h. 20

9 Mimin. Haryati. Model & Tehnik Penilaian pada Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta:


(32)

e) gerakan kompleks(complex overt response), f) penyesuaian pola gerakan(adaptation),

g) kreatifitas atau keaslian(creativity/origination).10

Sedangkan menurut Gagne dan Briggs menyatakan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan internal yang meliputi pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang telah menjadi milik pribadi seseorang dan memungkinkan orang itu melakukan sesuatu.11

Hasil belajar merupakan perubahan atau dampak terhadap peserta didik setelah dikakukannya pembelajaran. Perubahan itu berupa kemampuan kognitif, afektif, maupun psikomotoriknya.

b. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar anak didik, tetapi disini peneliti hanya menggolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern merupakan faktor yang dipengaruhi dari dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang dipengaruhi dari luar diri individu.12 Faktor Intern, yang memperngaruhi proses belajar terbagi menjadi tiga faktor, yaitu:

a) Faktor jasmaniah, faktor ini berkaitan dengan keadaan fisik diantaranya kesehatan peserta didik dan juga cacat tubuh.

b) Faktor psikologis, terdapat tujuh faktor yang tergolong dalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar, faktor-faktor itu adalah: intelegensi, perhatian,minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan. c) Faktor kelelahan, kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk

dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani yang dapat terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecerundungan untuk membaringkan tubuh. Sedangkan kelelahan rohani

10

Ahmad. Sofyan.op.cit., h. 23

11Haryati,op.cit.,h. 22-38

12 Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya.(Jakarta: Rineka Cipta,


(33)

dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang.

Sedangkan faktor ekstern yang memperngaruhi proses belajar terbagi menjadi tiga faktor, yaitu:

a. Faktor keluarga, siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana keluarga dan keadaan ekonomi keluarga, pengertian orangtua, dan latar belakang kebudayaan.

b. Faktor masyarakat, masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh tersebut terjadi karena keberadaannya siswa di dalam masyarakat. Hal- hal yang mempengaruhi belajar siswa yang dilihat dari lingkungan masyarakat diantaranya, kegiatan siswa di dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan dalam masyarakat.

c. Faktor sekolah, faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar, kurikulum, hubungan guru dengan siswa, hubungan siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung sekolah, dan tugas-tugas yang diberikan guru kepada siswa.

4. Pengertian Pembelajaran a. Pengertian Belajar

Pembelajaran merupakan sebuah kegiatan yang wajib dilakukan oleh peserta didik karena belajar itu merupakan kunci sukses untuk meraih masa depan yang cerah. Untuk itu kita perlu mempersiapkan generasi bangsa dengan wawasan ilmu pengetahuan yang tinggi maka diperlukan suatu kegiatan belajar-mengajar yang efektif dan efesien dengan harapan kegiatan belajar mengajar tersebut menjadi menyenangkan dan tidak membosankan agar pendidikan itu dapat tercapai sesuai dengan harapan.

Pendidikan merupakan suatu upaya mempersiapkan individu melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan bagi perannya dimasa yang akan datang. Para ahli telah banyak mengemukakan pendapat tentang


(34)

pendidikan salah satunya adalah menurut Trianto yang mengatakan bahwa pendidikan tidak hanya mempersiapkan para siswa untuk sesuatu profesi atau jabatan, tetapi untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari. Permendiknas No. 41 tahun 2007 tentang standar proses satuan pendidikan dasar dan menengah.

“proses pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan menengah harus

interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswanya untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembanganfisik serta psikologis peserta didik”

Menurut Winarno Surakma, Belajar dapat dipandang sebagai hasil dimana guru terutama melihat bentuk terakhir dari berbagai pengalaman interaksi edukatif. yang diperhatikan adalah menampaknya sifat dan tanda-tanda tingkah laku yang dipelajari. Namun, belajar dapat pula dipandang sebagai proses dimana guru terutama melihat apa yang terjadi selama murid menjalani pengalaman-pengalaman edukatif unuk mencapai sesuatu tujuan. Belajar dapat pula dipandang sebagai fungsi. Di dalam hal ini, perhatian ditujukan pada aspek-aspek yang menentukan atau yang memungkinkan terjadinya perubahan tingkah laku manusia di dalam pengalaman edukatif.13

Menurut Witherington seperti yang dikutip oleh Sukmadinata menyatakan bahwa, “pembelajaran adalah perubahan dalam kepribadian, yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respon yang baru yang berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan, dan kecakapan.” 14 Namun, pendapat yang hampir sama juga dinyatakan oleh Crow and Crow dan juga

Hilgrad. Menurut Crow and Crow dalam Sukmadinata Belajar dapat dikatakan berhasil jika sesorang mampu mengulang kembali materi yang telah dipelajarinya.

Aliran behavioristik yang dikutip dalam Buku Asri Budiningsih memaparkan gambarannya tentang pengertian belajar itu sendiri yakni,

13

Winarno. Surakma.Metodologi pengajaran Nasional. Bandung: Jemmars. h. 58

14 Suyono dan Hariyanto. Belajar dan Pembelajaran (teori dan Konsep). Bandung: PT.


(35)

“belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon.”15 Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Menurut teori ini yang terpenting adalah masukan atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa respons. Dalam teori behavioristik, apa yang terjadi di antara stimulus dan respon dianggap tidak penting diperhatikan karena tidak dapat diamati dan diukur. Yang dapat diamati hanyalah stimulus dan respons. Oleh sebab itu, apa saja yang diberikan guru (Stimulus), dan apa saja yang dihasilkan siswa (respons), semuanya harus dapat diamati dan dapat diukur. Karena, teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal yang penting untuk melihat terjadi tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.

Dari beberapa pengertian belajar diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman, yang tidak selalu berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan dapat diukur. Selain itu, setiap orang telah memiliki pengetahuan dan pengalaman yang telah tertata dalam bentuk struktur kognitif yang dimilikinya. Apilikasi teori ini dalam pembelajaran, bahwa kegiatan belajar ini menekankan pada aktifitas “mimetic”yang menuntut siswa untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari. Penyajian materi pelajaran mengikuti urutan dari bagian-bagian ke keseluruhan. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil, dan evaluasi menuntut pada satu jawaban benar. Jawaban yang benar menunjukan bahwa siswa telah menyelesaikan tugas belajarnya.

b. Tujuan belajar

Menurut Surakma Winarno, “seorang ahli pendidikan lebih mengutamakan metode serta kondisi yang mempertinggi efesiensi belajar. Beberapa tujuan belajar diantaranya adalah”16:

15 Asri .Budiningsih. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Cet.2., h. 20,

April. 2012.

16


(36)

1) Pengumpulan pengetahuan 2) Penanaman konsep dan kecekatan 3) Pembentukan sikap dan perbuatan

c. Unsur Belajar

Menurut Suyono dan Hariyanto, “Unsur-unsur belajar adalah faktor-faktor yang menjadi indikator keberlangsungan proses belajar.”17 Setiap ahli pendidikan sesuai dengan aliran teori belajar yang dianutnya memberikan aksentuasi sendiri tentang hal-hal apa yang penting dipahami dan dilakukan agar belajar benar-benar belajar. Cronbach sebagai penganut aliran behaviorisme menyatakan dalam Sukmadinata adanya tujuh unsur utama dalam proses belajar, yang meliputi:

1. Tujuan.

Belajar dimulai karena adanya suatu tujuan yang ingin dicapai. Tujuan ini muncul karena adanya sesuatu kebutuhan. Perbuatan belajar atau pengalaman belajar akan efektif apabila diarahkan kepada tujuan yang jelas dan bermakna bagi bagi individu.

2. Kesiapan.

Agar mampu melaksanakan perbuatan belajar dengan baik, anak perlu memiliki kesiapan, baik kesiapan fisik, psikis, maupun kesiapan yang berupa kematangan untuk melakukan sesuatu yang terkait dengan pengalaman belajar.

3. Situasi.

Kegiatan belajar berlangsung dalam situasi belajar. Adapun yang di maksud dalam situasi belajar ini adalah tempat, lingkungan sekitar, alat dan bahan yang dipelajari, guru, kepala sekolah, pegawai administrasi, dan seluruh warga sekolah yang lain.

4. Interpretasi.

Di sini anak melakukan interpretasi yaitu melihat hubungan di antara komponen-komponen situasi belajar, melihat makna dari hubungan

17


(37)

tersebut dan menghubungkannya dengan kemungkinan pencapaian tujuan.

5. Respon.

Berlandaskan hasil interpretasi tentang kemungkinannya dalam mencapai tujuan belajar, maka anak tersebut membuat respon. Respon ini dapat berupa usaha yang terencana dan sistematis, baik juga berupa usaha coba-coba (trial and error).

6. Konsekuensi.

Berupa hasil, dapat hasil positif (keberhasilan) maupun hasil negatif (kegagalan) sebagai konsekuensi respon yang dipilih siswa.

7. Reaksi terhadap kegagalan.

Kegagalan dapat menurunkan semangat, motivasi, memperkecil usaha-usaha belajar selanjutnya. Namun, dapat juga membangkitkan siswa karena dia mau belajar dari kegagalannya.

Sementara itu para konstruktivis memaknai unsur-unsur belajar sebagai berikut.

1) Tujuan belajar

Tujuan belajar yaitu membentuk suatu makna. Makna diciptakan para pembelajar dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan, dan alami. Konstruksi makna dipengaruhi oleh pengertian terdahulu yang telah dimiliki siswa.

2) Proses belajar

Proses belajar adalah proses konstruksi makna yang berlangsung teru menerus setiap kali berhadapan dengan fenomena atau pengalaman baru diadakan rekonstruksi baik secara kuat atau lemah. Proses belajar bukanlah mengumpulkan fakta, melainkan lebih sebagai pemikiran dengan membuat pengertian yang baru. Belajar bukanlah hasil perkembangan, melainkan perkembangan itu sendiri. Oleh sebab itu, proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skema seseorang dalam keraguan (disonansi kognitif) yang merangsang pemikiran lebih


(38)

lanjut. Situasi tidak keseimbangan (diskuilibrium) adalah situasi yang baik untuk memacu belajar.

3) Hasil belajar

Pada dasarnya hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman pelajar sebagai hasil interaksi dengan dunia fisik dan lingkungannya. Hasil belajar seseorang tergantung kepada apa yang mempengaruhi interaksi dengan bahan yang dipelajari.

Dalam kaitannya dengan implementasi empat pilar pembelajaran UNESCO pada praktik pendidikan, Zhou Nanzhao menyarankan penguasaan sejumlah kompetensi-kompetensi yang harus dikuasai siswa dalam belajar baik tentang apa saja, dimana saja dengan siapa saja antara lain adalah:

b. Kompetensi dalam mengumpulkan, memilih, mengolah dan mengelola informasi

c. Kometensi dalam menguasai peralatan sebagai sarana untuk mengetahui dan memahami

d. Kompetensi dalam berkomunikasi dengan orang lain secara efektif e. Kompetensi untuk beradaptasi diri menghadapi perubahan kehidupan f. Kompetensi untuk bekerja sama dengan orang lain dalam suatu tim g. Kompetensi dalam menyelesaikan konflik melalui dialog dan negosiasi

yang damai.

d. Prinsip umum belajar

Sebagai simpulannya terhadap berbagai prinsip belajar baik menurut konsep behavioristik, kognitivisme maupun konstruktivisme dalam sukmadinata disampaikan beberapa prinsip umum belajar diantaranya adalah:

1. Belajar merupakan bagian dari perkembangan

Belajar dan berkembang merupakan dua hal yang berbeda, tetapi erat hubungannya. Dalam perkembangan dituntut belajar, sedangkan melalui belajar terjadi perkembangan individu yang pesat


(39)

Dalam hal ini sesuai dengan prinsip pembelajaran sepanjang hayat (life long learning)

3. Keberhasilan belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor bawaan, lingkungan, kematangan serta usaha dari individu secara aktif

4. Belajar mencakup semua aspek kehidupan

Dalam belajar harus mengembangkan aspek kognitif, afektif, psikomotor dan keterampilan (life skill). Menurut Ki Hajar Dewantara belajar harus mengembangkan cipta (kognitif), rasa (afektif), karsa (motivasi) dan karya (psikomotor)

5. Kegiatan belajar berlangsung disembarang tempat dan waktu

Kegiatan belajar dapat berlangsung di sekolah (kelas dan halaman sekolah), di rumah, di masyarakat, di tempat rekreasi, di alam sekitar, dalam bengkel kerja, di dunia industri dan sebagainya

6. Belajar berlangsung dengan guru maupun tanpa guru

Belajar berlangsung dalam situasi formal, informal dan nonformal 7. Belajar yang terencana dan disengaja menutut motivasi yang tinggi

Biasanya terkait dengan pemenuhan tujuan yang kompleks, diarahkan kepada penguasaan, pemecahan masalah atau pencapaian sesuatu yang bernilai tinggi. Ini harus terencana, memerlukan waktu dan dengan upaya yang sungguh-sungguh.

8. Perbuatan belajar bervariasi dari apa yang sederhana sampai dengan yang amat kompleks

9. Dalam belajar dapat terjadi hambatan-hambatan

Hambatan dapat terjadi karena belum adanya penyesuaian individu dengan tugasnya. Adanya hambatan dari lingkungan, kurangnya motivasi, kelelahan atau kejenuhan belajar

10. Dalam hal tertentu belajar memerlukan adanya bantuan dan bimbingan dari orang lain

Orang lain dapat berupa guru, orang tua, teman sebaya yang kompeten dan lainnya


(40)

e. Tipe Belajar

Seperti yang telah diutarakan diatas bahwa belajar merupakan bagian dari neuropsikologi, psikologi pendidikan, teori belajar dan paedagogi. Belajar dapat terjadi karena pembiasaan (habituasi) seperti dalam pengkondisian klasik terutama terjadi pada spesies-spesies binatang atau sebagai hasil dari aktivitas yang kompleks.

Jenis-jenis belajar yang dikembangkan oleh para ahli pendidikan dan psikologicukup banyak diantaranya adalah belajar sederhana tanpa asosiasi, belajar melalui pemberian kesan (imprinting), belajar observasional, belajar bermain, enkulturisasi, belajar dengan multimedia,

e-learning, belajar dengan menghafal (rote learning), belajar informal, belajar formal, belajar nonformal, belajar nonformal yang dikombinasi, serta belajar melalui dialog. Sejauh ini diidentifikasi minimal ada 15 (lima belas) jenis belajar diantaranya adalah:

1. Belajar berlandaskan behaviorisme

Paham behaviorisme memabagi tipe belajar dalam beberapa bagian diantaranya adalah:

a) Belajar Asosiasi

Belajar asosiasi adalah suatu proses dimana suatu materi pembelajaran dipelajari melalui asosiasi dengan bahan-bahan pembelajaran yang terpisah yang sudah dipelajari sebelumnya. Belajar asosiasi akan lebih mudah jika ada keterkaitan antara materi pembelajaran yang baru dengan yang sebelumnya. b) Belajar melalui kesan (imprinting)

Istilah imprinting biasa digunakan dalam psikologi untuk menggambarkan tahap-tahap sensitif dari belajar pada usia tertentu atau fase kehidupan tertentu.

c) Belajar pengamatan (observational learning)

Ditengarai oleh adanya proses peniruan (imitasi) setelah mengamati sesuatu. d) Belajar Tuntas (Mastery Learning)

Belajar tuntas adalah suatu upaya belajar dengan penekanan siswa harus menguasai seluruh bahan ajar. Biasanya setiap mata pelajaran menetapkan


(41)

tingkat ketuntasan yang berbeda-beda sesuai dengan persepsi tingkat kesukaran mata pelajaran tersebut. prinsip belajar tuntas yang harus dilaksanakan oleh guru diantaranya:

(1) Sebagian besar siswa dalam situasi dan kondisi belajar yang normal sehingga dapat menguasai sebagian besar bahan yang diajarkan

(2) Guru menyusun strategi pembelajaran tuntas dengan menetapkan tujuan-tujuan khusus yanh hendaknya dikuasai oleh siswa. Guru juga harus menetapkan KKM yang harus dicapai oleh siswa

(3) Guru merinci bahan ajar menjadi satuan-satuan pembelajaran kecil-kecil yang mendukung pencapaian tujuan khusus tersebut

(4) Selain disediakan bahan ajar (modul) untuk kegiatan belajar utama, juga disusun bahan ajaran untuk kegiatan perbaikan (remidi) dan pengayaan (5) Asesmen (penilaian) hasil belajar tidak menggunakan penilaian acuan

normal (PAN) tetapi menggunakan penilaian acuan kriteria /patokan (PAK)

(6) Konsep belajar tuntas juga memperhatikan adanya perbedaan-perbedaan individual

2. Belajar yang dilandasi kognitivisme dan konstruktivisme

Dalam hal ini memang agak sulit membedakan secara jelas antara praktik belajar dan pembelajaran yang dilandasi paham kognitivisme dengan konstrutivisme karena kesinambungan kedua paham tersebut. beberapa bentuk atau tipe belajar menurut paham konstruktivisme diantaranya: (1) Belajar melalui pembudayaan (Enculturation)

Pembudayaan adalah suatu proses dimana seseorang belajar tentang sesuatu yang diperlukan oleh budaya yang mengelilingi keidupannya, sehingga dia memperoleh nilai-nilai dan perilaku yang sesuai dan diperlukan budaya semacam itu.

(2) Belajar menerima (Reception Learning)

Belajar semacam ini lebih berpusat kepada guru. Siswa tinggal menerima, pasif,copy pasteterhadap apa yang disampaikan oleh guru. Dalam hal ini kreasi dan kebebasan murid tidak berkembang


(42)

(3) Belajar menghafal

Belajar menghafal adalah suatu teknik pembelajaran yang mengabaikan pemahaman yang mendalam dan kompleks serta inferensi dari subjek yang dipelajari. Belajar semacam ini lebih difokuskan kepada aktifitas menghafal, mengulang-ulang terhadap apa yang dibaca atau didengarnya (4) Belajar menemukan (Discovery Learning)

Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan terjemahan dari apa yang di dunia pendidikan dasar dan lanjutan Amerika Serikat dinamakan Social Studies. Dengan demikian sesuai dengan isinya IPS boleh saja diartikan penelahaan masyarakat. Secara umum kita mungkin hanya tahu bahwa ilmu pengetahuan itu hanya dibedakan menjadi dua atau tiga kelompok yakni ilmu-ilmu alam, ilmu-ilmu sosial dan ilmu-ilmu humaniora.18

b. Pengertian Ilmu Ekonomi

Ilmu ekonomi merupakan seni tertua di dunia. Istilah ekonomi itu sendiri berasal dari bahasa yunani yaitu Oikosdan Nomos, yang berarti tata laksana rumah tangga atau pemilikan. Tokoh pertama yang menulis permasalahan ekonomi adalah Aristoteles dari Yunani sehingga orang menyebutnya sebagai ahli ekonomi pertama.

Menurut Rosyidi Suherman, “Ilmu ekonomi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan yang berdaya upaya untuk memberikan pengetahuan dan pengertian tentang gejala-gejala masyarakat yang timbul karena perbuatan manusia dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhan atau untuk mencapai kemakmuran.”19 Dalam hal ini seorang Prof. Paul Anthony seorang ahli ekonomi memberikan penjabarannya berupa pengertian ekonomi itu sendiri. Menurutnya ekonomi adalah suatu studi mengenai bagaimana manusia

18

---, Modul Ilmu Pengetahuan Sosial Fakta, Konsep, Generalisasi dalam Pembelajaran IPS. Jakarta: Badan PSDMK dan PMP. Juni 2012

19

Rosyid. Suherman. Pengantar Teori Ekonomi Pendekatan Kepada Teori Ekonomi Mikro


(43)

bertingkah pekerti untuk mengorganisasi kegiatan-kegiatan konsumsi dan produksinya. Selain itu ilmu ekonomi juga merupakan sustu studi mengenai bagaimana orang menjatuhkan pilihan yag tepat untuk memanfaatkan sumber-sumber produktif.

Jadi, dapat kita tarik kesimpulan bahwa ilmu ekonomi adalah studi tentang manusia dalam kegiatan hidup sehari-hari menganai cara-cara yang ditempuh oleh masyarakat untuk menggunakan sumber daya yang langka guna memproduksi komoditas baru atau barang-barang yang bermanfaat serta mendisribusikan kepada semua orang.

c. Pembagian Ilmu Ekonomi

Menurut Kinanti Geminastiti, “Setiap ilmu memiliki beberapa cabang yang menganalisis permasalahan lebih komperhensif, termasuk juga ilmu ekonomi. Ilmu ekonomi dibagi ke dalam 3 kajian ilmu, yaitu:”

1) Ilmu ekonomi Teori: Ilmu yang mengkaji masalah-masalah ekonomi, menganalisis, dan membuat kesimpulan. Dalam hal ini ilmu ekonomi teori dibagi menjadi dua yaitu: ilmu ekonomi mikro dan ilmu ekonomi makro

2) Ilmu Ekonomi Terapan: Penerapan ilmu ekonomi teori untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang timbul dalam suatu perekonomian

3) Ilmu ekonomi deskriptif: Ilmu ekonomi yang menggambarkan masalah ekonomi suatu negara secara khusus. Contoh: kondisi perekonomian negara spanyol yang belum membaik.20

d. Manfaat mempelajari ilmu ekonomi

Setiap ilmu memiliki manfaat, sama halnya dengan ilmu ekonomi yang sedang dipelajari. Berikut ini adalah beberapa manfaat dari mempelajari ilmu ekonomi diantaranya adalah:

1) Dapat membantu individu maupun perusahaan dalam membentuk prioritas kebutuhan yang ingin dipenuhi

20

Kinanti. Geminastiti dan Nella Nurlita. Ekonomi untuk SMA/MA kelas X Peminatan kurikulum 2013. (Bandung: Yrama Widya, 2013. h. 8)


(44)

2) Dapat membantu mempelajari perilaku manusia dalam memanfaatkan sumber daya untuk memenuhi kebutuhan

3) Dapat membantu memilih alat pemuas kebutuhan yang efektif dan efisien

e. Kegunaan Ilmu Ekonomi

Ada empat kegunaan utama ilmu ekonomi , yakni sebagai berikut: 1) Menggunakan cara berfikir yang tepat dalam mengambil keputusan 2) Memahai masyarakat dengan lebih baik berkaitan dengan kegiatan

ekonomi mereka

3) Memahami persoalan ekonomi global

4) Menjadi pemilih yang kompeten karena kita memahami persoalan-persoalan ekonomi masyarakat21

f. Metodologi ilmu ekonomi

Para ekonom menggunakan teori dan observasi seperti ilmuawan lainnya dalam menyelesaikan masalah ekonomi diantaranya:

1) Metode induktif: Cara berfikir yang berpangkal pada kenyataan atau fakta khusus kemudian berusaha menarik kesimpulan umum. Contoh: harga emas naik maka permintaannya malah naik, begitu pula harga berlian. Dapat kita simpulkan bahwa barang mewah memiliki kurva permintaan dengan kemiringan positif

2) Metode Deduktif: Cara berfikir yang berpangkal kepada pengetahuan atau prinsip yang bersifat umum lalu diterapkan pada hal khusus 3) Cateris Paribus: faktor-faktor lain dianggap tetap. Contoh: jika harga

kereta api naik maka permintaan tiket kereta api turun dengan asumsi harga tiket bus tidak berubah

4) Fallacy Of Compposition: apa yang baik dalam skala kecil belum tentu baik dalam skala besar. Contoh: hidup hemat bagi individu tetapi secara makroekonomi jika seluruh individu hidup hemat akan menurunkan pertumbuhan

5) Model diagram Aliran Sirkuler adalah adalah suatu model visual perekonomian, yang memperlihatkan bagaimana aliran uang melalui pasar antara rumah tangga dan perusahaan22

21

Alam. Mandiri (Mengasah Kemampuan Sendiri Ekonomi untuk SMA/MA Kelas X).

Jakarta: Erlangga, 2013. h. 5

22

Muhammad. Doddy AB dan Sriyanto. Menguasai IPS Sistem Kebut Semalam.


(45)

g. Pernyataan

1. Pernyataan P sebagaima

a. dise 2. Pernyataan N

dunia seha a. dise

h. prinsip, ke

1) prinsip ekonom memaksim lain ada mengahasi 2) kegiatan e perekonom ini dapat konsumsi 3) motif ekonom

untuk mel

23

Alam.Loc.

Gambar 2.1

Tabel Diagram Aliran Sirkulasi

yataan positif dan pernyataan normatif dalam e

aan Positif adalah pernyataan yang mencoba m mana adanya.

disebut analisis deskriptif

aan Normatif adalah pernyataan yang mencoba m harusnya.

disebut analisis preskriptif23

, kegunaan, motif, dan politik ekonomi

p ekonomi adalah dasar berfikir yang digunak ksimumkan suatu tujuan melalui pengobanan ter adalah dengan melakukan pengorbanan hasilkan atau memperoleh hasil sebesar-besarny n ekonomi adalah setiap langkah yang dilakuka konomian tertentu untuk memenuhi kebutuhan hi

pat dikelompokkan menjadi tiga yakni: produksi si

konomi adalah alasan atau dorongan dari da elakukan kegiatan ekonomi

23

oc. Cit. h. 3

am ekonomi

menjelaskan dunia

oba menunjukkan

unakan manusia untuk tertentu. Dengan kata nan tertentu untuk

nya

kukan manusia dalam n hidupnya. Kegiatan oduksi, distribusi, dan dalam diri manusia


(46)

4) politik ekonomi adalah suatu paket tindakan biasanya dilakukan oleh pemerintah yang bertujuan untuk memperbaiki perekonomian24

4. Hasil Penelitian yang Relevan

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Asri Budiningsih dalam Jurnalnya pada tahun 2010 dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan nyata pemahaman materi pada mata kuliah Teori belajar dan pembelajaran antara mahasiswa yang menggunakan strategi pembelajaran

Deep Dialogue/CT dengan mahasiswa yang belajar dengan strategi pembelajaran ceramah, presentasi dan tanya jawab.25

5. Kerangka Berfikir

Belajar merupakan suatu proses. Hasil nyata yang diperoleh dari belajar yaitu berupa perubahan-perubahan baik dalam pengetahuan, sikap, kebiasaan, dan tingkah laku. Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).

Pendekatan dengan berbasisDeep Dialog/Critical Thinkingmampu menjadi penggerak yang unggul untuk membantu peserta didik belajar karenaDeep Dialogue/Critical Thinking(DD/CT) menggunakan semua metode pembelajaran yang telah digunakan sebelumnya sepertimultiple intelligences, belajar aktif, keterampilan proses ataupunPartnership Learning Methode. Dengan begitu, maka guru dapat memberikan variasi dalam pembelajaran sehingga peserta didik tidak merasa bosan dan monoton.

24

Alam.Ibid. h. 5

25

Asri. Budiningsih. “Pengaruh Strategi Pembelajaran Deep Dialoguedan Kemampuan Awal terhadap Pemahaman Materi Kuliah Teori Belajar dan Pembelajaran”, Jurnal Penelitian Ilmu Pendidikan, Vol. 03, 2010, h. 17


(47)

Dari penggunaan pendekatan pembelajaran Deep Dialogue/Critical Thinking(DD/CT) dapat melatih peserta didik untuk mampu berpikir kritis dan imajinatif, menggunakan logika, menganalisis fakta-fakta dan melahirkan imajinatif atas ide-ide lokal dan tradisional, sehingga dapat meningkatkan peserta didik untuk berfikir mandiri.Deep Dialogue/Critical Thinking(DD/CT) menekankan pada nilai, sikap, kepribadian, mental, emosional dan spiritual sehingga peserta didik belajar dengan menyenangkan dan bergairah. Sehingga diharapkan dengan menggunakan pendekatan DD/CT akan meningkatkan peningkatan hasil belajar pada mata pelajaran ekonomi materi konsep ilmu ekonomi. Diharapkan dengan menggunakan pendekatan ini akan berdampak positif pada hasil belajar siswa tersebut.

Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan, seseorang telah belajar jika telah terjadi perubahan tingkah laku dalam diri dalam diri seorang tersebut atau dalam hal ini siswa, perubahan tersebut terjadi sebagai akibat interaksi dengan lingkungan, bukan arena proses pertumbuhan fisik atau kedewasaan dimana perubahan tersebut bersifat permanen atau tetap tidak berlangsung sesaat saja.

Guru bukan satu-satunya sumber belajar, namun guru memiliki peran penting dalam proses pembelajaran yang tengah berlangsung atau telah usai. Apalagi dengan kemajuan dan teknologi yang tengah berlangsung dan juga dunia pendidikan, guru hendaknya mampu menyesuaikan kebutuhan peserta didik dengan keadaan yang berbeda-beda.

Penggunaan pendekatan dalam suatu pembelajaran merupakan suatu hal yang sangat penting. Karena, pendekatan memiliki fungsi untuk mengoptimalisasi fungsi juga intelegensi pada setiap peserta didik. Dengan menggunakan pendekatan yang menarik diharapkan akan meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam belajar sehingga akan berdampak baik pada hasil belajar siswa tersebut.


(48)

6. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan teori dan juga kerangka berfikir yang telah dipaparkan diatas, maka hipotesis penelitian adalah terdapat pengaruh yang positif dari penggunaan pendekatan DD/CT terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi materi konsep ilmu ekonomi.

H0 : Tidak terdapat pengaruh dari penggunaan pendekatan DD/CT terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi materi konsep ilmu ekonomi.

H1 : Terdapat pengaruh positif dari penggunaan pendekatan DD/CT terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi materi konsep ilmu ekonomi.


(49)

35

Komplek Pamulang Permai I, Pamulang Tangerang Selatan. Waktu Penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2014/2015 yaitu dari bulan Juli 2014.

B. Metode dan Desain Penelitian

Metode yang peneliti gunakan dalam penelitian adalah metode eksperimen. Menurut Sugiyono, “metode eksperimen yaitu metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan.”1 Adapun eksperimen yang digunakan adalah quasi eksperimen atau eksperimen pura-pura, metode itu tidak memungkinkan peneliti melakukan pengontrolan secara penuh terhadap variabel dan kondisi eksperimen. Dalam penelitian ini, peneliti ikut serta dalam penelitian, yaitu dengan mengajar di sekolah tersebut. Pada kelas eksperimen, pembelajarannya menggunakan pendekatan DD/CT.

Penelitian ini menggunakan teknik pretest dan posttest grup desain. Pada teknik ini terdapat satu kelompok yang masing-masing diberipretest

untuk mengetahui keadaan awal dan posttest untuk mengetahui keadaan akhir.2Peneliti melakukan prestest danposttest terhadap satu kelas. Kelas yang peneliti gunakan adalah kelas yang peneliti ambil sebagai kelas eksperimen.

Pada saat pretest, kelas eksperimen diberi perlakuan dengan memberi latihan soal kepada siswa dalam bentuk pemahaman dari konsep ilmu

1

Sugiyono,Metode Penelitian Pendidikan (Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Afabeta, 2013), h. 107.

2


(50)

ekonomi. Selanjutnya pada saat posttest siswa diberikan perlakuan pada kelas eksperimen dengan menggunakan pendekatan DD/CT berupa diskusi berkelompok, lalu siswa secara individu mengerjakan soal sesuai dengan hasil pembahasan dari diskusi kelompok dengan menggunakan pendekatan DD/CT yang telah digunakan.

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Kelas Pretest Variabel bebas Posttest

(R)E X1 X X2

Keterangan:

(R)E : Kelas eksperimen

X : Variabel Bebas atau kelas yang menggunakan pendekatan DD/CT X1 : Hasilprestestkelas eksperimen

X2 : Hasilposttestkelas eksperimen

C. Populasi dan Sampel Penelitian a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian.3 atau populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek dan subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti dan kemudian ditarik kesimpulannya.4Pada penelitian ini yang menjadi populasi penelitian adalah siswa kelas X IIS 3 SMA Negeri 6 Tangerang Selatan

3

Suharsimi. Arikunto ,Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010), h. 173.

4

Sugiyono,Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D), (Bandung: Alfabeta Bandung: 2013), h. 117.


(51)

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.5 Cara pengambilan sampel (teknik sampling) dengan probability sampling (pengambilan sampling berdasarkan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Dalam probability sampling peneliti menggunakan simple random sampling yaitu pengambilan anggota sampel dari populasi yang dilakukan secara acak atau random tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi. Dalam pemilihan kelas peneliti memilih karena sesuai dengan kelas yang diajar oleh peneliti. Jadi, Sampel yang diambil dari populasi penelitian yaitu siswa kelas X IIS 3 sebagai kelas eksperimen. Berikut rinciannya:

Tabel 3.2 Sampel kelas X IIS 3

No. Kelas Jumlah siswa Sampel

1 X IIS 3 42 39

Jumlah 42 39

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, digunakan beberapa teknik yang akan digunakan untuk mengumpulkan data. Adapun teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara:

a. Pengamatan (Observasi)

Pengamatan dilakukan pada saat siswa melakukan proses pembelajaran ekonomi dengan mengamati kejadian, gerak, atau proses. Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendekatan DD/CT terhadap pembelajaran konsep dasar ilmu ekonomi di kelas X IIS 3 SMA Negeri 6 Tangerang Selatan tahun ajaran 2014/2015. Observasi yang digunakan adalah observasi sistematik, yaitu observasi dimana

faktor-5


(52)

faktor yang diamati sudah di daftar secara sistematis dan sudah diatur menurut kategotinya. Peran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai pengamat sekaligus sebagai guru yang mengajar.

b. Metode Tes

Menurut Iskandarwassid dan Dadang Sunendar, “Tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematika dan objektif untuk memperoleh data atau keterangan yang diinginkan tentang seseorang dengan cara yang boleh dikatakan tepat dan cepat.”6 Instrumen tes dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan dasar seperti tes intelegensi, tes minat, tes bakat khusus, tes hasil belajar. Tes juga merupakan alat yang digunakan oleh pengajar untuk memperoleh informasi tentang keberhasilan peserta didik dalam memahami suatu materi yang telah diberikan oleh pengajar.7 Tes yang digunakan adalah tes awal, yang dilakukan sebelum pembelajaran (prestest), dan tes akhir yang dilakukan setelah dilaksanakan pembelajaran (posttest). Bentuk tes yang digunakan adalah objektif tes, berupa tes langsung dengan metode pilihan ganda, pelaksanaannya langsung disampaikan oleh pengajar. Soal yang dikerjakan berupa pemahaman konsep ilmu ekonomi sesuai materi yang sudah dijelaskan oleh guru.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlaku. Dokumen biasanya bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk gambar biasanya foto, sketsa, dan lain-lain.8 Jadi dengan menggunakan

6

Suharsimi. Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), h. 266

7

Iskandarwassid dan Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), h. 180.

8


(53)

teknik pengumpulan data secara dokumentasi dapat memberi kelengkapan dalam penelitian yang dilakukan.

d. Interview (Wawancara)

Menurut Sugiyono, “Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang bertujuan untuk melakukan pendalaman terhadap permasalahan yang ingin diteliti secara mendalam.” 9 Pada kesempatan ini peneliti menggunakan wawancara tidak berstruktur di mana wawancara ini bersifat bebas artinya peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.

E. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Instrumen penelitian dapat diartikan sebagai alat bantu yang dapat diwujudkan dalam benda, misalnya angket, pedoman wawancara, lembar pengamatan, tes dan sebagainya.10 Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian antara lain tes. Instrumen tes berupa soal pilihan ganda, terdiri dari lima alternatif jawaban A, B, C, D, dan E. Tes disusun berdasarkan indikator pada materi pembelajaran. Skor yang dinilai pada pilihan ganda, bernilai 1 (satu) untuk jawaban yang benar dan bernilai 0 (nol) untuk jawaban yang salah.

F. Uji Coba Instrumen 1. Uji Validitas

Menurut Suharsimi Arikunto, “Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen.”11 Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah.

9

Sugiyono.Loc. Cit. h. 197

10

Suharsimi. Arikunto.Manajemen Penelitian, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2007), h. 101.

11


(54)

Jenis validitas yang digunakan adalah validitas konstruk/ahli.12 Di mana vaiditas ini adalah validitas yang dibuat oleh para ahli ilmu jiwa atas beberapa aspek yakni diantaranya: pengetahuan, pemahaman, aplikasi dan sebagainya. Sebelum instrumen diuji coba dalam penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji validitas dalam bentuk soal sebanyak 25 pilihan ganda. Rumus yang digunakan untuk mengetahui kesahihan suatu instrument, peneliti akan melakukan uji validitas dengan korelasi Pearson Momentdengan menggunakan rumus product moment:

rxy = .Σ (Σ )(Σ )

{ .Σ (Σ )²}{ .Σ (Σ )²

Keterangan:

rxy : Koefisien korelasi N : Banyak siswa X : Skor tiap butir soal

Y : Skor total yang diperoleh siswa ΣX: Jumlah skor untuk tiap butir soal ΣY: Jumlah skor total

ΣXY: jumlah perkalian antara X dan Y ΣX2: Jumlah kuadrat setiap butir soal ΣY2: Jumlah kuadrat skor hitung

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang sudah dapat dipercaya atau reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Reabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu. Reliabel artinya

12


(55)

dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan.13 Uji reliabilitas yang dilakukan menggunakanCronbach Alphadengan rumus:

r = 2 (1 V1 + V2 Vt ) Keterangan

ri : Reliabilitas instrumen

V1 : Variansi belahan pertama (varians skor butir-butir ganjil) V2 : Varians belahan kedua (varians skor butir-butir genap) Vt : Varians skor total

3. Pengujian Taraf Kesukaran

Perhitungan taraf kesukaran instrumen bertujuan untuk mengetahui apakah soal tergolong sukar, seddang atau mudah. Rumus yang digunakan untuk menghitung indeks kesukaran adalah14:

P = B JS Keterangan :

P : Indeks Kesukaran

B : Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar JS : Jumlah seluruh siswa peserta tes

Kriteria indeks kesukaran: 0,0-0,3 : Sukar

0,31-0,7 : Sedang 0,7-1,0 : Mudah

13

Ibid, h. 221.

14


(56)

4. Pengujian Daya Pembeda Soal

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara ssiswa yang berkemaampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah dengan menggunakan15:

DP = (2(KA KB))/n Keterangan :

D : Indeks Diskriminasi (Daya Pembeda) n : Jumlah Peserta tes

KA : Banyaknya peserta kelompok atas KB : Banyaknya peserta kelompok bawah

Klasifikasi Daya Pembeda Soal:

D < 0,2 : Buruk

D = 0,2-0,4 : Cukup

D = 0,4-0,7 : Baik

D = 0,7-1 : Sangat Baik

Bertanda negatif : Jelek Sekali

G. Teknik Analisis Data Tes

1. Pengujian Prasyarat Analisis Data a. Uji Normalitas

Data sebelum diolah menggunakan pengujian infarensi parametik maupun non parametik hrus diuji normalitas. Statistik parametik tidak dapat digunakan jika data tidak normal. Data tidak normal pengujian dapat dilakukan dengan statistik non parametrik. Untuk melihat data berdistribusi normal atau tidak digunakan Liliefors. Untuk itu digunakan rumus uji Liliefors dengan langkah-langkah berikut:

Uji normalitas menggunakan Uji Liliefors dengan taraf signifikanɑ = 0,05

15


(57)

Hipotesis Statistik: H0 : Data berdistribusi normal

H1 : Data tidak berdistribusi normal

Rumus Uji Liliefors yang digunakan adalah16:

L0 = maksǀ S(Z1) - F(Z1)ǀ

Dengan Z1=

̅̅

dan S (z1) =

, , ,

Keterangan:

X̅ : rerata siswa kelompok

X1 : rata-rata data tunggal

S : simpangan baku

F (Z1) : peluang (z≤ z1) dan menggunakan daftar distribusi normal baku

Tentukan besar peluang masing-masing nilai z berdasarkan tabel z

Hitung frekuensi kumulatif atas dari masing-masing nilai z, dan disebut dengan S (Zi), kemudian dibagi dengan jumlah number of cases (N) sampel.

Kriteria pengujian, terima H0jika L0< Ltabel

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas sebagai uji persyaratan analisis data yang bertujuan untuk mengetahui apakah data homogen (sama) atau tidak. Uji homogenitas dilakukan setelah data persyaratan normalitas terpenuhi, yakni data dinyatakan dinyatakan berdistribusi normal. Uji Homogenitas

16

Darwyan. Syah dkk. Pengantar Statistika Pendidikan. (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007) Cet. 1, h. 67


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

PROFIL PENULIS

Bernama lengkap Cindy Febry Kostantia yang lahir di Jakarta pada tanggal 08 Februari 1992. Bertempat tinggal di Perum. Reni Jaya Jl. Bratasena 4 Blok BB-1 No.19 Tangerang Selatan. Memulai pendidikan pada tahun 1997 di sebuah Taman Kanak-Kanak Pertiwi Pamulang, kemudian berakhir pada tahun 1998. Melanjutkan pada jenjang sekolah dasar di SDN Pamulang III selama 6 tahun, yang lulus pada tahun 2004. Dari SD kemudian melanjutkan pada tingkat menengah pertama di SMPN 2 Pamulang yang mengalami proses pendidikan selama 3 tahun kemudian lulus pada tahun 2007. Pada tahun tersebut mendaftarkan diri pada tingkat menengah atas di SMAN 6 Tangerang Selatan dan lulus pada tahun 2010. Di tahun yang sama pada bulan Juli mendaftarkan ke Perguruan Tinggi Negeri bernama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan mengambil Fakultas Tarbiyah Ilmu Keguruan konsentrasi Ekonomi, alhamdulillah diberikan kesempatan lulus pada keputusan akhir sidang Munaqassah pada 29 September 2014 jam 12.45. penulis aktif dalam berbagai kesempatan di bidang kemanusiaan. Hingga mendapatkan sertifikat penghargaan dari Royal World Record karena berhasil menyelesaikan sebuah karya.


Dokumen yang terkait

Pengaruh minat membaca buku sosiologi terhadap prestai belajar siswa pada mata pelajaran sosiologi SMA Negeri kota Tangerang Selatan

2 18 102

Pengaruh media video terhadap hasil belajar siswa SMA pada konsep gerak lurus: kuasi eksperimen di SMA Negeri 6 Tangerang Selatan

1 8 273

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA MATA PELAJARAN IPS MELALUI STRATEGI DEEP DIALOGUE Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas V pada Mata Pelajaran IPS Melalui Strategi Deep Dialogue SD Negeri 01 Gondangmanis Tahun Pelaja

0 1 14

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPA MELALUI STRATEGI DEEP DIALOGUE PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 Peningkatan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA Melalui Strategi Deep Dialogue Pada Siswa Kelas IV SD Negere I Demangan Tahun Ajaran 2011/201.

0 1 17

STUDI KOMPARASI HASIL BELAJAR IPS SEJARAH SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 TEMANGGUNG ANTARA YANG DIAJARKAN DENGAN PENDEKATAN DEEP DIALOGUE/CRITICAL THINKING DAN PENDEKATAN KOOPERATIF MODEL THINK-PAIR-SHARE.

0 0 1

EFEKTIVITAS PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS DEEP DIALOGUE/CRITICAL THINKING TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA SUB KONSEP ARTHROPODA.

0 0 2

PENGARUH PENGGUNAAN SUMBER BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN EKONOMI SMA NEGERI 6 PONTIANAK

0 0 11

PENGARUH PENGGUNAAN SUMBER BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN EKONOMI SMA NEGERI 6 PONTIANAK

0 0 12

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJRAN BERBASIS DEEP DIALOGUE CRITICAL THINKING PADA MATA PELAJARAN FIQIH DI MA NU NURUL ULUM JEKULO KUDUS TAHUN PELAJARAN 2016/2017 - STAIN Kudus Repository

0 0 10

11 BAB II PEMBELAJARAN BERBASIS MODEL DEEP DIALOGUE CRITICAL THINKING (DDCT) PADA MATA PELAJARAN FIQIH

0 1 25