Karakter Siswa Kelas XI IPS di SMA Negeri 7 Kota Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2015-2016

(1)

Oleh Sri Jayanti 1112011000005

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017


(2)

(3)

(4)

(5)

i

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tentang Nilai Karakter Siswa di SMA Negeri 7 Kota Tangerang Selatan. Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk mengetahui Nilai Karakter Siswa Kelas XI IPS di SMA Negeri 7 Kota Tangerang Selatan. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Maret-Juni 2016 di sekolah SMA Negeri 7 Kota Tangerang Selatan dengan subjek penelitian 160 siswa.

Metodologi penelitian yang digunakan adalah menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan atau melukiskan secara sistematis, faktual, dan akurat, sesuai dengan fakta yang terjadi di lapangan. Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada skripsi ini dilakukan dengan cara: 1) wawancara, 2) observasi, 3) dokumentasi. Dalam hal ini, penulis melakukan wawancara dengan beberapa narasumber yakni wakil kepala sekolah, dan guru-guru PAI. Untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan pada penelitian ini, penulis mengamati karakter siswa dengan cara observasi langsung ke sekolah. Selain itu penulis terlibat langsung untuk mengetahui karakter siswa untuk mendapatkan informasi yang lebih akurat. Berdasarkan hasil penelitian menyimpulkan bahwa karakter siswa kelas XI IPS SMA Negeri 7 Kota Tangerang Selatan berdasarkan 18 nilai karakter yang terdapat dalam kurikulum 2013 memiliki kategori cukup baik.


(6)

ii

SWT atas rahmat, karunia, dan hidayah yang diberikan kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan pnulisan skripsi ini dengan judul “Karakter Siswa Kelas XI IPS di SMA Negeri 7 Kota Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2015-2016”. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga, serta para sahabat dan para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.

Karya tulis yang sederhana ini merupakan skripsi yang diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan walaupun waktu, tenaga, dan pikiran telah diperjuangkan dengan segala keterbatasan kemampuan yang penulis miliki dengan segala keterbatasan kemampuan yang penulis miliki demi terselesaikannya skripsi ini agar bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Selama penyusunan skripsi ini dan selama penulis belajar di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam, penulis banyak mendapat bantuan, motivasi, serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang tak terhingga kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Dr. H. Abdul Majid Khon, MA selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama

Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.


(7)

iii

4. Wahdi Sayuti, MA selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah menyempatkan waktu, pikiran dan perhatiannya untuk membimbing, mengarahkan dan memberikan saran kepada penulis hingga terselesaikannya skripsi ini.

5. Tanenji, MA selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memotivasi penulis.

6. Yudhi Munadi, M.Ag selaku Dosen Penguji I yang memberikan masukan dan saran untuk perbaikan skripsi ini agar lebih sempurna.

7. Henny Narendrany, M.Pd selaku Dosen Penguji II yang memberikan masukan perubahan metodologi penelitian

8. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

9. Drs. H. Hamdari, M.Pd, Kepala SMA Negeri 7 Kota Tangerang Selatan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian.

10.Nur’aini, S.Ag, selaku guru bidang studi Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 7 Kota Tangerang Selatan yang telah memberikan saran dan motivasi selama penulis melakukan penelitian.

11.Pimpinan dan Staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Tarbiyah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengumpulkan bahan skripsi ini.

12.Kedua Orangtuaku tercinta (Nurjaya dan Siti Maisaroh), yang telah membesarkan, mendidik, dan mencurahkan kasih sayang serta tak bosan-bosannya memberikan bantuan secara moral, material, inspirasi, motivasi dan doa untuk penulis.


(8)

iv

Islam di SMA Negeri 7 Kota Tangerang Selatan yang telah resmi menjadi suami penulis, telah sabar dan banyak membantu dalam suka maupun duka, memberikan semangat, motivasi dan doa yang tiada henti untuk penulis.

15.Pamanku tercinta, Buchori Muslim, M.Pd yang telah sabar memberikan saran dan motivasi yang tiada henti kepada penulis.

16.Ketiga sahabatku Syifa Fauziah, Sayyidah Muflihah dan Diana yang telah memberikan semangat dan motivasi selama perkuliahan sampai dengan menyelesaikan skripsi ini.

17.Teman-teman seperjuangan PAI kelas A angkatan 2012, terima kasih atas kebersamaan selama perkuliahan dan juga motivasi yang diberikan selama ini.

18.Pihak-pihak lain yang secara tidak langsung turut membantu penulis dalam menyelesaikan skrispsi ini.

Kepada semuanya penulis mengucapkan banyak terima kasih yang tak terhingga, semoga Allah SWT membalas kebaikan yang mereka berikan dan apabila penulis ada kesalahan, kekurangan, dan kekhilafan mohon dimaafkan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna baik dari sistematika, bahasa maupun dari segi materi. Atas dasar ini, komentar, saran serta kritik dari pembaca sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat membuka cakrawala ilmu pengetahuan yang lebih luas bagi pembaca sekalian dan semoga bermanfaat bagi kita semua.amin.

Jakarta, November 2016


(9)

v HALAMAN PENGESAHAN

HALAMAN PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Perumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORITIK A. Konsep Dasar nilai ... 9

B. Konsep Dasar Karakter ... 11

1. Pengertian Karakter ... 11

2. Komponen dan Macam-macam Karakter ... 13

3. Nilai-nilai Pembentukan Karakter ... 15

4. Fungsi Pembangunan Karakter ... 17

5. Karakter Peserta Didik yang Diharapkan ... 18

C. Remaja Siswa ... 19

1. Pengertian Remaja ... 19

2. Perkembangan Remaja Pertengahan Usia 15-17 tahun ... 20


(10)

vi

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ... 23

2. Tujuan Pendidikan Agama Islam ... 26

3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam ... 27

4. Prinsip-prinsip Pokok Pendidikan Agama Islam ... 28

E. Hasil Penelitian yang Relevan ... 29

F. Kerangka Berpikir ... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 32

B. Metode Penelitian ... 32

C. Unit Analisis ... 33

D. Instrumen Penelitian ... 34

E. Teknik Pengumpulan Data ... 35

F. Teknik Analisis Data ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Sekolah ... 40

1. Sejarah SMA Negeri 7 Kota Tangerang Selatan ... 40

2. Visi, Misi SMA Negeri 7 Kota Tangerang Selatan ... 40

3. Keadaan Tenaga Pengajar, Staf Tata Usaha dan Penjaga Sekolah ... 41

4. Keadaan Siswa ... 43

5. Sarana dan Prasarana ... 44

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 47

C. Pembahasan ... 47

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 82


(11)

vii

DAFTAR PUSTAKA ... 83 LAMPIRAN ... 86


(12)

viii

Heritage Fondation (IHF) ... 19

Tabel 2.2 Tingkat dan Tahap Moral Menurut Kohlberg ... 22

Tabel 2.3 Tahap Perkembangan Agama Menurut Teori Fowler ... 28

Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Angket 18 Nilai Karakter ... 36

Tabel 4.1 Keadaan Pengajar, Staf Tata Usaha dan Penjaga Sekolah ... 42

Tabel 4.2 Keadaan Pengajar SMA Negeri 7 Kota Tangerang Selatan Berdasarkan Jenis Kelamin, Pendidikan dan Status Kepegawaian ... 43

Tabel 4.3 Keadaan Staf Tata Usaha SMA Negeri 7 Kota Tangerang Selatan ... 42

Tabel 4.4 Keadaan Tenaga Pendukung SMA Negeri 7 Kota Tangerang Selatan ... 43

Tabel 4.5 Keadaan Siswa SMA Negeri 7 Kota Tangerang Selatan Tahun Ajaran 2015/2016 ... 44

Tabel 4.6 Sarana dan Prasarana SMA Negeri 7 Kota Tangerang Selatan ... 44

Tabel 4.7 Saya Jarang Berdzikir Setelah Selesai Shalat Lima Waktu (Kerohanian) ... 47

Tabel 4.8 Saya Adalah Tipe Orang Yang Menyenangkan (Humoris) ... 48

Tabel 4.9 Saya Tidak Memiliki Rencana Untuk 5 Tahun Ke Depan (Berharap)... 49

Tabel 4.10 Saya Selalu Mensyukuri Apa Yang Saya Dapatkan (Terima Kasih) ... 50

Tabel 4.11 Saya Sering Gagal Mengapresiasi Keindahan (Apresiasi Keunggulan dan Keindahan) ... 50

Tabel 4.12 Saya Tidak Berolah Raga Secara Teratur (Peraturan Diri Sendiri) ... 51

Tabel 4.13 Saya Kadang Menganggap Pendapat Orang Lain Tidak Penting (Kebijaksanaan) ... 52


(13)

ix

Tabel 4.16 Saya Tidak Pandai Merencanakan Kegiatan Kelompok

(Kepemimpinan) ... 54

Tabel 4.17 Jika Saya Tidak Menyukai Seseorang, Saya Tidak Mau Menolong Orang Tersebut (Keadilan) ... 54

Tabel 4.18 Saya Melakukan Yang Terbaik Ketika Saya Sendiri Atau Dalam Kelompok (Kewarganegaraan) ... 55

Tabel 4.19 Saya Sering Bingung Dengan Pikiran Dan Perasaan Saya

Sendiri (Kecerdasan Sosial) ... 56

Tabel 4.20 Saya Jarang Membantu Orang Lain (Kebaikan) ... 57

Tabel 4.21 Saya Mengalami Kesulitan Menerima Cinta Dari Siapapun

(Cinta) ... 57

Tabel 4.22 Saya Malas Bangun Pagi (Semangat) ... 58 Tabel 4.23 Saya Suka Tidak Menepati Janji (Integritas) ... 59

Tabel 4.24 Saya Tidak Selalu Konsisten Terhadap Apa Yang Saya

Lakukan (Ketekunan)... 59

Tabel 4.25 Saya Tidak Selalu Bangkit Dengan Keyakinan Saya

(Keberanian) ... 60

Tabel 4.26 Orang Lain Selalu Datang Kepada Saya Untuk Meminta

Nasihat (Perspektif) ... 61

Tabel 4.27 Saya Jarang Membaca Buku Nonfiksi Untuk Bersenang-

Senang (Kecintaan Belajar) ... 61

Tabel 4.28 Jika Saya Telah Mendapatkan Satu Pilihan, Saya Tidak Berpikir Tentang Kemungkinan Lain (Keterbukaan Pikiran) ... 62

Tabel 4.29 Saya kurang berminat mengikuti mata pelajaran yang tidak saya Sukai (Rasa Ingin Tahu) ... 63

Tabel 4.30 Saya Tidak Pernah Melakukan Sesuatu Yang Baru


(14)

x

Tahu) ... 65

Tabel 4.33 Saya Berani Mengambil Keputusan Ketika Saya Mempunyai

Fakta (Keterbukaan Pikiran) ... 65

Tabel 4.34 Saya Tidak Pernah Absen Dalam Mengikuti Kegiatan Belajar Di Kelas (Kecintaan Belajar) ... 66

Tabel 4.35 Orang Menggambarkan Saya Sebagai Orang Yang Bijaksana

Melampaui Usia Saya (Perspektif) ... 67

Tabel 4.36 Saya Selalu Tegar Menghadapi Cobaan (Keberanian) ... 67

Tabel 4.37 Saya Selalu Menyelesaikan Sesuatu Meskipun Banyak

Rintangan (Ketekunan) ... 68

Tabel 4.38 Saya Selalu Menepati Janji (Integritas) ... 69

Tabel 4.39 Saya Ingin Berpartisipasi Penuh Dalam Kehidupan (Semangat) .. 69

Tabel 4.40 Saya Mudah Menerima Perasaan Cinta Dari Orang Lain (Cinta) . 70

Tabel 4.41 Saya Tidak Pernah Sibuk Untuk Membantu Teman (Kebaikan) .. 71

Tabel 4.42 Saya Selalu Membuat Seseorang Senang (Kecerdasan Sosial) .... 71

Tabel 4.43 Saya Tidak Pernah Melewatkan Pertemuan Kelompok Atau

Latihan Tim (Kewarganegaraan) ... 72

Tabel 4.44 Saya Sangat Mendukung Prinsip-Prinsip Keadilan Dan

Kesetaraan (Keadilan) ... 73

Tabel 4.45 Saya Selalu Memastikan Semua Orang Terlibat Dalam Kegiatan Kelompok (Kepemimpinan) ... 73

Tabel 4.46 Saya Selalu Memaafkan Kesalahan Orang Lain Di Masa Lalu

(Pengampunan Dan Belas Kasihan) ... 74

Tabel 4.47 Saya Bangga Bahwa Saya Orang Biasa (Kerendahan Hati Dan Kesederhanaan) ... 75

Tabel 4.48 Saya Selalu Menghargai Pendapat Orang Lain (Kebijaksanaan) .. 75

Tabel 4.49 Saya Orang Yang Selalu Datang Tepat Waktu (Peraturan Diri Sendiri) ... 76


(15)

xi

Telah Membantu Saya (Terima Kasih) ... 77

Tabel 4.52 Saya Selalu Berpikir Positif Terhadap Apa Yang Terjadi Dalam Kehidupan Saya (Berharap) ... 78

Tabel 4.53 Saya Selalu Menghibur Teman-teman Pada Saat Mereka

Bersedih (Humor) ... 79

Tabel 4.54 Saya Selalu Meluangkan Waktu Setiap Hari Untuk Berdoa

(Kerohanian) ... 79

Tabel 4.55 Persentase Karakter Peserta Didik SMA Negeri 7 Kota Tangerang Selatan ... 80


(16)

xii

Lampiran I: Angket Penelitian Skripsi ... 86

Lampiran II: Pedoman Wawancara ... 90


(17)

A. Latar Belakang

Karakter merupakan nilai dasar perilaku yang menjadi acuan tata nilai interaksi antara manusia. Secara universal berbagai karakter dirumuskan sebagai nilai hidup berdasarkan atas pilar kedamaian (peace), menghargai (respect), kerja sama (cooperation), kebebasan (freedom), kebahagiaan (happiness), kejujuran

(honesty), kerendahan hati (humility), kasih sayang (love), tanggung jawab

(responsibility), kesederhanaan (simplicity), toleransi (tolerance), dan persatuan

(unity).1

Karakter adalah nilai-nilai yang terpatri dalam diri manusia melalui pendidikan, pola asuh, pengalaman, percobaan, pengorbanan, dan pengaruh lingkungan menjadi nilai intrinsik yang melandasi sikap dan perilaku manusia. Sehingga karakter harus diwujudkan melalui nilai-nilai moral yang dipatri untuk menghasilkan nilai intrinsik dalam diri manusia, yang akan melandasi sikap dan perilaku manusia. Karakter tidak datang dengaan sendirinya melainkan harus dibentuk, dibangun dengan sadar dan sengaja.2

Setiap orang mempunyai daya tangkap terhadap ilmu yang berbeda-beda. Perbedaan ini dipengaruhi oleh perbedaan karakteristik individu itu sendiri. Antara individu yang pemarah akan berbeda dengan mereka yang memiliki karakter pemaaf, antara penyabar berbeda dengan mereka yang mudah frustasi. Karena itu, dalam pendidikan Islam berupaya untuk menumbuhkan dan mengembangkan sifat-sifat (karakter) yang baik serta mengendalikan karakter yang tidak baik.

Dalam Alquran surat al-Syams ayat 8 disebutkan bahwa manusia mempunyai dua karakter yaitu karakter jahat dan karakter baik. Kedua karakter tersebut diciptakan oleh Allah SWT agar manusia berpikir jalan mana yang harus

1

Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), Cet. 1, h. 42-43.

2

Husaini, Pembinaan Pendidikan Karakter, Jurnal Pendidikan dan Keislaman, Vol. 21, No. 1, 2014, h. 80.


(18)

ditempuhnya. Jika mereka cenderung menuruti nafsunya, maka yang terbentuk adalah karakter jahat. Sedangkan jika mereka mempergunakan akal pikiran yang diberikan oleh Allah SWT., maka yang terbentuk adalah karakter baik. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT. yang berbunyi sebagai berikut:

Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaaannya. (Q.S. al-Syams {91} : 8)3

Karakter manusia paripurna adalah manusia yang terbentuk dari karakter baik yang dibentuk dari faktor bawaan (fitrah nature) dan lingkungan (pendidikan, pergaulan) yang baik.4 Penanaman nilai karakter dapat dilakukan melalui pembiasaan (habituation), Salah satu contoh pembiasaan penanaman nilai karakter di sekolah adalah pemasangan papan-papan reklame yang berisi slogan-slogan seperti “Buanglah sampah pada tempatnya!, Budayakan 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun), Matikan lampu sekarang!”. Selain itu, juga dipasang foto-foto yang menggambarkan tentang lingkungan hidup yang asri yang bertujuan untuk menumbuhkan rasa kepedulian terhadap lingkungan sekitar.

Pembiasaan-pembiasaan tersebut dilakukan dengan disiplin, tujuannya agar siswa mampu mengikuti penanaman karakter tersebut secara baik. Akan tetapi slogan-slogan yang ada hanya menjadi hiasan saja dan kurang memiliki manfaat, dikarenakan kurangnya aplikasi dari siswa untuk merealisasikan dalam kehidupan salah satunya di lingkungan sekolah.

Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal (1) dikemukakan bahwa:

Pendidikan karakter atau budi pekerti adalah usaha sadar dan terencana untuk membangun atau membentuk kepribadian yang khas siswa yaitu kepribadian yang baik yang bercirikan kejujuran, tangguh, cerdas, kepedulian, bertanggung jawab, kerja keras, pantang putus asa, tanggap percaya diri, suka menolong, mampu bersaing, profesional, ikhlas, bergotong royong, cinta tanah

3

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Vol, 15, h. 341.

4

Muhammad Jafar Anwar dan Muhammad A. Salam, Membumikan Pendidikan Karakter, (Jakarta: Suri Tatu’uw, 2015), Cet. 1, h.21


(19)

air, amanah, disiplin, toleransi, taat, dan lain-lain perilaku yang berakhlak mulia.5

Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 7 Kota Tangerang Selatan merupakan sekolah yang berada di wilayah Bumi Serpong Damai (BSD) tepatnya di Villa Melati Mas Blok J, Kelurahan Pondok Jagung Kecamatan Serpong Utara Kota Tangerang Selatan. Berdasarkan data yang penulis peroleh dari kegiatan Praktik Profesi Keguruan Terpadu (PPKT) di SMA Negeri 7 Kota Tangerang Selatan pada bulan Agustus sampai dengan bulan Desember 2015, bahwa SMA Negeri 7 Kota Tangerang Selatan merupakan salah satu sekolah SMA Negeri yang banyak diminati oleh siswa, karena prestasi yang dicapai oleh sekolah tersebut cukup baik, diantaranya prestasi di bidang olahraga tinju tingkat nasional meraih juara 1 pada bulan Januari 2016, juara 1 badminton tunggal puteri tingkat nasional tahun 2014, cerdas cermat tingkat provinsi banten tahun 2014 meraih juara 2, juara 1 nasyid tingkat nasional tahun 2013.

Pendidik dan tenaga kependidikan di SMA Negeri 7 Kota Tangerang Selatan berjumlah 60 orang merupakan lulusan dari perguruan tinggi negeri maupun swasta yang ada di Indonesia. Rincian sebaran pendidikan yang telah ditempuh oleh para tenaga pendidik adalah 65% lulusan S1, 25% lulusan S2, dan 10% sedang melanjutkan kuliah pada jenjang S2.6

Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh penulis dengan Wakil Kepala Sekolah bidang Kesiswaan yaitu bapak Nanang Sayuti, bahwasanya sekolah tersebut telah mengimplementasikan kurikulum 2013 mulai Tahun Pelajaran 2013/2014 yang di dalamnya mencakup 18 nilai karakter yang wajib ditanamkan di sekolah. Kedelapan belas nilai karakter yang terdapat dalam kurikulum 2013 tersebut adalah religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah

5

Maswardi Muhammmad Amin, Pendidikan Karakter Anak Bangsa, (Jakarta: Baduose, Media Jakarta, 2011), Cet. 1, h. 5.

6

Hasil Wawancara dengan Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan, pada 04 Agustus 2016.


(20)

air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.7

Nanang Sayuti mengatakan, karakter siswa SMA Negeri 7 Kota Tangerang Selatan secara garis besar adalah baik, disiplin, serius, sopan, berpotensi untuk maju dan mudah diarahkan.8 Senada dengan Nanang Sayuti, Wakil Kepala Sekolah bidang Sarana dan Prasarana, Akhmad Fadloli, mengatakan bahwa karakter siswa SMA Negeri 7 Kota Tangerang Selatan secara garis besar adalah bertanggung jawab, jujur, disiplin, dan berkomitmen dalam menjalankan tata tertib yang berlaku di sekolah sesuai dengan nilai-nilai karakter yang terdapat dalam Kurikulum 2013.9

Sama halnya dengan pendapat guru PAI di SMA Negeri 7 Kota Tangerang Selatan, Nur’aini yang menyatakan bahwa karakter siswa SMA Negeri 7 Kota Tangerang Selatan mayoritas baik walaupun ada sebagian kecil yang kurang baik, akan tetapi masih bisa diarahkan dan dibina ke arah yang baik. Nur’aini mengatakan: “...sebagai pendidik kami mengharapkan siswa SMA Negeri 7 Kota Tangerang Selatan memiliki karakter yang baik dan berakhlak mulia, memiliki pengetahuan agama yang baik serta dapat mengaplikasikan dalam kehidupan

sehari-hari”.10

Penanaman nilai-nilai karakter yang terdapat dalam kurikulum 2013 sudah dilaksanakan oleh pihak sekolah. Wakil Kepala Sekolah bidang Kesiswaan mengatakan, upaya yang dilakukan oleh sekolah untuk membentuk karakter siswa adalah melalui kegiatan ekstra kurikuler, seminar atau workshop, pelatihan-pelatihan kepemimpinan, upacara bendera dan slogan-slogan yang diletakkan pada sudut-sudut sekolah.11 Pernyataan ini dikuatkan oleh Akhmad Fadloli yang mengatakan bahwa, upaya yang dilakukan oleh sekolah untuk membentuk karakter siswa adalah melalui kegiatan keagamaan, diantaranya mengadakan

7

Hasil Wawancara dengan Nanang Sayuti, pada 04 Agustus 2016.

8 Ibid 9

Hasil Wawancara dengan Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana dan Prasarana, pada 04 Agustus 2016.

10

Hasil Wawancara dengan Guru PAI, pada 04 Agustus 2016.

11


(21)

peringatan hari besar Islam dengan mengundang beberapa muballigh untuk memberikan taushiyah dengan tujuan untuk membentuk karakter siswa.12

Dalam konteks pembinaan karakter di SMA Negeri 7 Kota Tangerang Selatan, Akhmad Fadloli, mengatakan bahwa pembentukan karakter siswa tidak lepas dari peran guru PAI, guru PAI sangat penting dan sebagai ujung tombak dalam pembentukan karakter siswa sehingga dengan pembelajaran PAI diharapkan dapat meningkatkan pemahaman moral siswa.13 Guru PAI sebagai penggerak dalam pembentukkan karakter siswa seperti melaksanakan shalat zuhur dan shalat „ashar berjama’ah, kegiatan ROHIS, Baca Tulis Alquran (BTQ) dan pelaksaan shalat dhuha berjama’ah yang dilakukan secara rutin setiap Jum’at pagi sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai.14 Pendapat ini dikuatkan oleh pernyataan Bambang Sudaryanto, yang menyatakan, bahwa siswa SMA Negeri 7 Kota Tangerang Selatan meskipun berada di wilayah perkotaan akan tetapi tetap menjalankan kegiatan keagamaan dengan baik seperti mengerjakan shalat secara berjama’ah.

Namun, penerapan nilai-nilai karakter tersebut belum optimal. Hal ini dibuktikan dengan fakta yang penulis dapatkan ketika melakukan kegiatan Praktik Profesi Keguruan Terpadu (PPKT) di SMA Negeri 7 Kota Tangerang Selatan yaitu sikap siswa yang terkesan kurang menghormati guru yang tidak mengajar mata pelajaran di kelas mereka. Data ini diperkuat oleh pengakuan salah satu guru PAI di SMA Negeri 7 Kota Tangerang Selatan, yaitu Muhammad Nur yang menyatakan bahwa siswa kurang menghormati guru yang tidak mengajar mata pelajaran di kelas mereka.15

Problem lain dari kurang optimalnya penerapan karakter di SMA Negeri 7 Kota Tangerang Selatan adalah heterogenitas siswa. Sebagian besar siswa berasal dari keluarga berlatar belakang ekonomi menengah ke atas dan mayoritas beragama Islam. Hal ini menyebabkan perbedaan pola pikir, perilaku antar siswa.

12

Hasil Wawancara dengan Akhmad Fadloli.

13

Hasil Wawancara dengan Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana dan Prasarana, pada tanggal 26 Mei 2016.

14

Nanang Sayuti, Wawancara pada tanggal 26 Mei 2016.

15


(22)

Aktivitas orang tua siswa yang padat, juga berakibat pada kurangnya intensitas pertemuan dengan anak-anaknya. Kurangnya intensitas ini ditandai dengan munculnya perasaan kurang mendapatkan perhatian dari orang tua, yang berakibat siswa mencari perhatian di sekolah.16 Kondisi seperti ini dipertegas oleh perbedaan keyakinan orang tuanya. Hal ini disampaikan oleh wakil kepala sekolah bidang kesiswaan, yang menyatakan bahwa beberapa siswa SMA Negeri 7 Kota Tangerang Selatan memiliki orang tua yang berbeda keyakinan, sehingga siswa sulit untuk memilih keyakinan yang harus mereka ikuti.

Di lain sisi, adapula permasalahan dalam keluarga siswa, salah satunya yaitu masalah perceraian yang terjadi pada orang tua yang membuat anak kurang mendapatkan perhatian yang lebih dari orang tua, sehingga siswa tidak fokus dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah dan berakibat pada penurunan hasil belajar siswa. menurut pak Nanang Sayuti, penurunan hasil belajar siswa tidak terlalu signifikan, hal ini hanya terjadi pada siswa yang memiliki masalah saja.17

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Karakter Siswa Kelas XI IPS di SMA Negeri 7 Kota Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2015-2016”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:

1. Kurangnya penanaman karakter yang terdapat dalam kurikulum 2013 pada siswa di sekolah. Data ini penulis dapatkan berdasarkan fakta yang terjadi ketika penulis sedang melakukan kegiatan Praktik Profesi Keguruan Terpadu (PPKT) di SMA Negeri 7 Kota Tangerang Selatan.

2. Adanya perbedaan keyakinan orang tua siswa yang berpengaruh pada pembentukan karakter siswa. Data ini diperoleh dari hasil wawancara dengan wakil kepala sekolah bidang kurikulum ketika penulis melakukan kegiatan

16

Nanang Sayuti, Wawancara pada 04 Agustus 2016.

17


(23)

Praktik Profesi Keguruan Terpadu (PPKT) di SMA Negeri 7 Kota Tangerang Selatan yang menunjukkan bahwa terdapat 5% dari 1.230 orang tua siswa yang berbeda keyakinan dan berpengaruh terhadap pembentukan karakter siswa.

3. Kondisi keluarga yang tidak harmonis (broken home) di dalam keluarga siswa mempengaruhi hasil belajar. Data ini penulis dapatkan melalui wawancara yang dilakukan oleh penulis dengan wakil kepala sekolah bidang kurikulum. 4. Belum optimalnya pembiasaan nilai-nilai karakter di sekolah. Hal ini

dibuktikan dengan slogan-slogan yang sengaja dipasang oleh pihak sekolah untuk menanamkan nilai-nilai karakter untuk membentuk karakter siswa sesuai dengan 18 nilai karakter yang terdapat dalam kurikulum 2013 belum diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

C. Pembatasan Masalah

Untuk memfokuskan penelitian, penulis membatasi pada masalah Pembentukan karakter siswa kelas XI IPS SMA Negeri 7 Kota Tangerang Selatan berdasarkan 18 nilai karakter yang terdapat dalam kurikulum 2013.

D. Perumusan Masalah

Dari pembatasan masalah tersebut, maka rumusan masalah penelitian ini yaitu Bagaimana karakter siswa kelas XI IPS SMA Negeri 7 Kota Tangerang Selatan ?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini yaitu Menganalisis karakter siswa kelas XI IPS SMA Negeri 7 Kota Tangerang Selatan.

F. Manfaat Penelitian

Secara umum, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan keilmuan dan bagi pemegang kebijakan. Secara lebih detail, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoritis dan praktis.


(24)

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pendidikan, terutama Ilmu Psikologi Pendidikan dan Pendidikan Agama Islam.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi: a. Guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dan data bagi guru untuk mengetahui implementasi karakter siswa.

b. Lembaga Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi dan data awal bagi SMA Negeri 7 Kota Tangerang Selatan:

1) Sebagai masukan yang membangun guna meningkatkan kualitas lembaga pendidikan yang ada, termasuk para pendidik yang ada di dalamnya, dan penentu kebijakan dalam lembaga pendidikan, serta pemerintah secara umum.

2) Dapat menjadi pertimbangan untuk diterapkan dalam dunia pendidikan pada lembaga-lembaga pendidikan yang ada di Indonesia sebagai solusi terhadap permasalahan pendidikan yang ada.

c. Kepala sekolah

Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi dan data bagi Kepala Sekolah untuk dapat meningkatkan pelayanan pendidikan di sekolah dan peningkatan dalam penanaman karakter siswa di sekolah.

d. Mahasiswa, Peneliti dan Akademisi

Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi dan data awal bagi pengembangan penelitian sejenis.


(25)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Konsep Dasar Nilai

Nilai dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan dengan “Nilai adalah harga”.18

Nilai atau value (bahasa Inggris) atau valere (bahasa Latin) berarti berguna, mampu akan, berdaya, berlaku, dan kuat. Nilai adalah kualitas suatu hal yang menjadikan hal itu dapat disukai, diinginkan, berguna, dihargai, dan dapat menjadi objek kepentingan.19

Menurut Mohamad Mustari (2014), nilai merupakan satu prinsip umum yang menyediakan anggota masyarakat dengan satu ukuran atau standar untuk membuat penilaian dan pemilihan mengenai tindakan dan cita-cita tertentu. Nilai adalah konsep, suatu pembentukan mental yang dirumuskan dari tingkah laku manusia. Nilai adalah persepsi yang sangat penting, baik, dan dihargai.20

Nilai merupakan sesuatu yang diyakini kebenarannya dan mendorong orang untuk mewujudkannya. Nilai merupakan sesuatu yang memungkinkan individu atau kelompok sosial membuat keputusan mengenai apa yang dibutuhkan atau sebagai suatu yang ingin dicapai.21

Nilai menumbuhkan sikap pada individu, yaitu suatu kecenderunan yang dipelajari individu untuk menjawab atau menanggapi rangsangan yang hadir di sekitarnya. Kecenderungan itu tergantung pada nilai-nilai yang dipertahankan individu. Nilai menghasilkan kecenderungan untuk menanggapi rangsangan yang spesifik.22

Nilai-nilai hidup dalam masyarakat sangat banyak jumlahnya sehingga pendidikan berusaha membantu untuk mengenali, memilih, dan menetapkan

18

Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2012), Cet. 4, h. 963.

19

Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), Cet. 2, h. 29.

20

Mohamad Mustari, Nilai Karakter Refleksi untuk Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), Cet. 1, h. X.

21

Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011), Cet. 7, h. 134.

22


(26)

nilai tertentu sehingga dapat digunakan sebagai landasan pengambilan keputusan unntuk berperilaku secara konsisten dan menjadi kebiasaan dalam hidup bermasyarakat.23

Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila yang termasuk dalam sila

Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, antara lain:

1. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan persamaan kewajiban antara sesama manusia,

2. Mengembangkan sikap tenggang rasa, dan

3. Tidak semena-mena terhadap orang lain, berani membela kebenaran dan keadilan, dan sebagainya.24

Nilai-nilai yang dimaksud dalam penelitian ini adalah 18 nilai karakter yang bersumber dari Agama, Pancasila, Budaya, dan Tujuan Pendidikan Nasional, yaitu: (1) Religius, (2) Jujur, (3) Toleransi, (4) Disiplin, (5) Kerja keras, (6) Kreatif, (7) Mandiri, (8) Demokratis, (9) Rasa Ingin Tahu, (10) Semangat Kebangsaan, (11) Cinta Tanah Air, (12) Menghargai Prestasi, (13) Bersahabat/Komunikatif, (14) Cinta Damai, (15) Gemar Membaca, (16) Peduli Lingkungan, (17) Peduli Sosial, dan (18) Tanggung Jawab.25

Menurut Darmiyati Zuhdi, nilai-nilai ini digambarkan sebagai perilaku moral dalam pendidikan karakter.26 Dalam publikasi Pusat Kurikulum Badan dan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional dalam publikasinya berjudul Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter (2011) dinyatakan bahwa pendidikan karakter berfungsi (1) mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik; (2) memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultur; (3) meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia. Dalam kaitan itu

23

Nurul Zuriah, Pendidikan Moral dan Budi Pekerti, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2015), Cet. 4, h. 19.

24

Sunarto dan Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008), Cet. 4, h. 169.

25

Samani & Hariyanto. op. cit., h. 52.

26

Darmiyati Zuhdi, Humanisasi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), Cet. 2, h. 39.


(27)

telah diidentifikasikan sejumlah nilai pembentuk karakter yang merupakan hasil kajian empirik Pusat Kurikulum.27

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai adalah suatu persepsi yang dianggap penting dan diyakini kebenarannya, serta memungkinkan individu atau kelompok sosial membuat keputusan mengenai apa yang dibutuhkan atau sebagai suatu yang ingin dicapai.

B. Konsep Dasar Karakter 1. Pengertian Karakter

Karakter dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, disebut dengan “sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain, tabiat, watak”.28

Menurut Kamus Kebahasaan dan Kesusastraan, “Karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, tabiat, watak, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain.29 Karakter adalah bagian dari aspek-aspek kepribadian, di dalam kepribadian mencakup juga temperamen, sifat, sikap dan juga watak atau karakter dan juga kebiasaan (habit) serta tipe.30

Menurut kamus lengkap Psikologi “Karakter adalah satu kualitas atau sifat yang tetap terus-menerus dan kekal yang dapat dijadikan ciri untuk mengidentifikasi seorang pribadi, suatu objek atau kejadian.31

Character Ethics adalah penampilan yang berdasarkan pada watak terpuji yang dilandasi oleh lima sikap dasar, yaitu jujur, terbuka, berani mengambil risiko, komitmen, dan sharing (berbagi).32 Menurut Wyne bahwa karakter itu berasal dari bahasa Yunani “to mark” artinya menandai. Istilah ini fokus pada

27

Samani & Hariyanto. loc. cit.

28

Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2012), Cet. 4, h. 623.

29

Agung Tri Haryanta, Kamus Kebahasaan dan Kesusastraan, (Surakarta: Aksara Sinergi Media, 2012 ), Cet. 1, h.112.

30

Rafy Sapuri, Psikologi Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h. 147.

31

J.P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, terjemah Kartini Kartono, (Jakarta: PT Raja Grafindo Perdasa, 2006), h. 82.

32

Soemarno Soedarsono, Character Building, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2004), Cet. 3, h. 55.


(28)

bagaimana menerapkan nilai-nilai kebaikan dalam tindakan nyata atau perilaku sehari-hari.33

Menurut E. Mulyasa, karakter adalah nilai-nilai yang unik (tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, dan nyata berkehidupan baik) yang terpateri dalam diri dan terejawantahkan dalam perilaku. Karakter secara koheren memancar dari hasil olah pikir olah hati olah rasa dan karsa serta olahraga seseorang atau sekelompok orang, karakter merupakan ciri khas seseorang atau sekelompok orang yang mengandung nilai, kemampuan, kapasitas moral, dan ketegaran dalam menghadapi kesulitan dan tantangan.34

Menurut Muchlas Samani dan Hariyanto, karakter dapat dimaknai sebagai nilai dasar yang membangun pribadi seseorang, terbentuk baik karena pengaruh hereditas maupun pengaruh lingkungan, yang membedakannya dengan orang lain, serta diwujudkan dalam sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.35 Karakter juga bisa diartikan tabiat, yaitu perangai atau perbuatan yang selalu dilakukan atau kebiasaan. Karakter juga bisa diartikan watak, yaitu sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan tingkah laku atau kepribadian.36 Muchlas Samani dengan mengutip Scerenko mendefinisikan karakter sebagai atribut atau ciri-ciri yang membentuk dan membedakan ciri pribadi, ciri etis, dan kompleksitas mental dari seseorang, suatu kelompok atau bangsa.37 Menurut Thomas Lickona, isi dari karakter yang baik adalah kebaikan. Kebaikan (seperti kejujuran, keberanian, keadilan, dan kasih sayang) adalah disposisi untuk berperilaku secara bermoral. Karakter adalah objektifitas yang baik atas kualitas manusia, baik bagi manusia diketahui atau tidak.38

Dalam buku Maswardi Muhammad Amin, karakter atau budi pekerti adalah nilai-nilai yang khas baik berbuat baik, dalam kehidupan yang berdampak

33

Anwar dan Muhammad A. Salam. loc. cit.

34

E. Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, (Jakarta: Bumi Aksara. 2013), Cet. 3, h. 235.

35

Samani dan Hariyanto, op. cit., h. 43.

36

Najib Sulhan, Pengembangan Karakter dan Budaya Bangsa, (Surabaya: Jaring Pena, 2011), Cet. 1, h. 5.

37

Samani dan Hariyanto, op. cit., h. 42.

38

Thomas Lickona, Persoalan Karakter, Terj. Dari Character Matters oleh Juma Abdu Wamaungo dan Jean Antunes Rudolf Zien, (Jakarta: Bumi Aksara 2013), Cet. 1, h. 15-16.


(29)

positif atau baik bagi lingkungan tempat tinggalnya. Karakter atau budi pekerti yang memancar dari olah pikir, olah hati, olah raga, olah rasa, individu, kelompok, maupun masyarakat. Karakter atau budi pekerti adalag hal yang unik yang khas yang menjadi unsur pembeda antara individu yang satu dengan individu yang lain.39

Mengacu pada berbagai pengertian dan definisi karakter tersebut di atas, maka karakter dapat dimaknai sebagai nilai dasar yang membangun pribadi seseorang, terbentuk baik karena pengaruh hereditas maupun pengaruh lingkungan, yang membedakannya dengan orang lain, serta diwujudkan dalam sikap dan perilaku kehidupan sehari-hari.

2. Komponen dan Macam-macam Karakter

Manusia berkarakter adalah manusia yang berkembang seluruh dimensinya secara utuh (holistic), sehingga manusia tersebut bisa disebut holy (suci dan bijak). Akar kata holy, adalah whole (menyeluruh), sehingga arti holy man adalah manusia yang berkembang secara utuh dan seimbang seluruh dimensinya, yaitu spiritual dimension, physical dimension, academic dimension,

socio-cultural dimension, emotional dimension, dan creativity.40

Komponen-komponen karakter menurut Hurlock adalah sebagai berikut: a. Aspek kepribadian

b. Standar moral dan ajaran moral c. Pertimbangan nilai

d. Upaya dan keinginan individu e. Hati nurani

f. Pola-pola kelompok

g. Tingkah laku individu dan kelompok41

39

Amin, op. cit., h. 3.

40

Ratna Megawangi, Pengembangan Program Pendidikan Karakter di Sekolah: Pengalaman Sekolah Karakter, 2010, (www.pustaka.ut.ac.id), diakses pada tanggal 02 Mei 2016.

41

Dharma Kesuma, Pendidikan Karakter. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), Cet. 1, h. 29.


(30)

Nilai yang sangat dikenal dan melekat yang mencerminkan akhlak atau perilaku yang luar biasa dalam Islam, tercermin pada Nabi Muhammad saw, yaitu: (1) sidiq, (2) amanah, (3) tabligh, (4) fathonah. Tentu dipahami bahwa empat nilai ini merupakan esensi, bukan seluruhnya. Karena Nabi Muhammad saw juga terkenal dengan karakter kesabarannya, ketangguhannya, dan berbagai karakter lain.42

Sidiq yang berarti benar, mencerminkan bahwa Rasulullah berkomitmen

pada kebenaran, selalu berkata dan berbuat benar, dan berjuang untuk menegakkan kesabaran. Amanah yanng berarti jujur atau terpercaya, mencerminkan bahwa apa yang dikatakan dan apa yang dilakukan Rasulullah dapat dipercaya oleh siapapun, baik oleh kaum muslimin maupun nonmuslim.

Fathonah yang berarti cerdas atau pandai, arif, luas wawasan, terampil, dan

profesional. Artinya, perilaku Rasulullah dapat dipertanggungjawabkan kehandalannya dalam memecahkan masalah. Tabligh yang bermakna komunikatif mencerminkan bahwa siapa pun yang menjadi lawan bicara Rasulullah, maka orang tersebut akan mudah memahami apa yang dibicarakan/dimaksudkan oleh Rasulullah.43

Dalam pribadi Rasul, tersemai nilai-nilai akhlak yang mulia dan agung. Allah berfirman dalam Q.S al-Ahzab ayat 21 yang berbunyi:44

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.

42

Ibid., h. 11.

43

Ibid., h.11-12.

44

Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, (Jakarta: CV, Pustaka Agung Harapan, 2006), h. 595.


(31)

Dalam hadits, Nabi Muhammad saw bersabda:

Artinya: “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak”(HR. Bukhari)

3. Nilai-nilai Pembentukan Karakter

Ratna Megawangi menyusun karakter mulia yang selayaknya diajarkan kepada anak, yang kemudian disebut sebagai 9 pilar yaitu:

a. Cinta Tuhan dan kebenaran (love Allah, trust, reverence, loyalty)

b. Tanggung jawab, kedisiplinan, dan kemandirian (resposibility, excellence, self

reliance, discipline, orderliness)

c. Amanah (trust worthiness, reliability, honesty) d. Hormat dan santun (respect, courtessy, obedience)

e. Kasih sayang, kepedulian, dan kerjasama (love, compasssion, carring,

empathy, generousity, moderation, cooperation)45

Menurut Ary Ginanjar, macam-macam karakter terdapat dalam tujuh budi utama, yaitu: jujur, tanggung jawab, visioner, disiplin, kerja sama, adil, dan peduli.46 Sedangkan menurut Anas Salahudin, dan Irwanto Alkrienciehie, menyatakan bahwa delapan belas nilai karakter yaitu:

1) Religius, sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya.

2) Jujur, perilaku yang didasarkan pada upaya menjadiklan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

3) Toleransi, sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.

45

Zaim Elmubarok, Membumikan Pendidikan Nilai, (Bandung: Alfabeta, 2009), Cet. 2, h. 111.

46


(32)

4) Disiplin, tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

5) Kerja keras, perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

6) Kreatif, berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

7) Mandiri, sikap dan perilaku yang tidak mudah bergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

8) Demokratis, cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

9) Rasa ingin tahu, sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.

10)Semangat kebangsaan, cara berpikir bertindak dan berwawasan yang menempatkan kepentingsn bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

11)Cinta tanah air, cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, 12)Menghargai prestasi, sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk

menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.

13)Bersahabat/komunikatif, tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerjasama dengan orang lain.

14)Cinta damai, sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa sernang dan aman atas kehadiran dirinya.

15)Gemar membaca, kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya,

16)Peduli lingkungan, sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangjkkan upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.


(33)

17)Peduli sosial, sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

Kematangan bersosialisasi sangat terkait dengan perkembangan sosial seseorang. Perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial.47

18)Tanggung jawab, sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya yang seharusnya dia lakukan terhadap diri sendiri, masyarskat, lingkungan, (alam, sosial, dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.48

4. Fungsi Pembangunan Karakter

Fungsi pembangunan karakter bangsa adalah untuk mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik. Selanjutnya dilakukan perbaikan terhadap perilaku yang kurang baik dan penguatan perilaku yang sudah baik. Untuk itu perlu penyaringan budaya yang kurang baik sesuai dengan nilai-nilai luhur pancasila.49

Sebagai langkah awal dalam membangun karakter dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Membangun sikap jujur dan tulus dengan berani mengatakan apa yang benar adalah benar, dan yang salah adalah salah.

b. Sikap terbuka yang merefleksikan kebersihan luar dalam.

c. Berani mengambil risiko dan bertanggung jawab yang ditunjukkan dengan membela kebenaran dan keadilan.

d. Konsisten terhadap komitmen dengan selalu menepati janji, perkataan harus sesuai dengan perbuatan.

e. Sikap bersedia berbagi (sharing) yang menampilkan mentalitas berkelimpahan

(abundance mentality).50

47

Nuraida dan Rihlah Nur Aulia, Pendidikan Karakter untuk Guru, (Jakarta: Aulia Publishing House, 2010), Cet. 3, h.92.

48

Anas Salahudin, dan Irwanto Alkrienciehie, Pendidikan Karakter Pendidikan Berbasis Agama dan Budaya Bangsa, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), Cet. 1, h. 111-112.

49

Najib Sulhan, loc. cit.

50


(34)

Menurut Kementerian Pendidikan Nasional, pembangunan karakter bangsa secara fungsional memiliki tiga fungsi utama sebagai berikut:

a. Fungsi Pengembangan Potensi

Pembangunan karakter bangsa berfungsi mengembangkan potensi manusia atau warga negara Indonesia agar berpikir baik, berhati baik, dan berperilaku baik sesuai dengan falsafah hidup Pancasila.

b. Fungsi Perbaikan dan Penguatan

Pembangunan karakter bangsa berfungsi memperbaiki perilaku yang kurang baik dan penguatan perilaku yang sudah baik.

c. Fungsi Penyaring

Pembangunan karakter bangsa berfungsi memilah budaya bangsa sendiri dan menyaring budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang bermartabat.51

5. Karakter Siswa yang Diharapkan

Menurut SD Westwood menekankan pentingnya enam pilar karakter yang akan dikembangkan, yaitu:

a. trustworthiness (rasa percaya diri)

b. respect (rasa hormat)

c. responsibility (rasa tanggung jawab)

d. caring (rasa kepedulian)

e. citizenship (rasa kebangsaan)

f. fairness (rasa keadilan)52

Menurut Suyanto, terdapat sembilan pilar karakter yang berasal dari nilai-nilai luhur universal manusia. Sembilan pilar karakter itu adalah:

1) Cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya 2) Kemandirian dan tanggug jawab 3) Kejujuran/amanah

4) Hormat dan santun

51

Anas Salahudin, dan Irwanto Alkrienciehie, op. cit., h. 105.

52


(35)

5) Dermawan, suka menolong, dan gotong-royong/kerja sama 6) Percaya diri dan pekerja keras

7) Kepemimpinan dan keadilan. 8) Baik dan rendah hati

9) Toleransi, kedamaian, dan kesatuan.53

Berikut ini adalah nilai-nilai karakter yang perlu ditanamkan menurut Indonesia Heritage Fondation (IHF).54

Tabel 2.1 Nilai-nilai Karakter yang Perlu Ditanamkan Menurut Indonesia Heritage Fondation (IHF)

No Karakter

1 Cinta kepada Allah dan semesta beserta isinya 2 Tanggung jawab, disiplin dan mandiri

3 Jujur

4 Hormat dan santun

5 Kasih satang, peduli dan kerja sama

6 Percaya diri, kreatif, kerja keras dan pantang menyerah 7 Keadilan dan kepemimpinan

8 Baik dan rendah hati

9 Toleransi, cinta damai dan persatuan

C. Remaja/Siswa

1. Pengertian Remaja

Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin (adolescere) (kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa.”istilah adolescence, seperti yang

53

Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), Cet. 1, h. 80-81.

54

Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 42-43.


(36)

dipergunakan saat ini, mempunyai arti yang lebih luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik.55

Menurut Undang-undang No. 4 tahun 1979 mengenai kesejahteraan anak, remaja adalah yang belum mencapai 21 tahun dan belum menikah. Sedangkan menurut Undang-undang Perburuhan, anak dianggap remaja apabila telah mencapai umur 16-18 tahun atau sudah menikah dan mempunyai tempat tinggal. Menurut Undang-undang Perkawinan No. 1 tahun 1979, anak dianggap sudah remaja apabila sudah cukup matang yaitu umur 16 tahun untuk anak perempuan dan 19 tahun untuk anak laki-laki. Sedangkan menurut WHO, remaja bila anak telah mencapai umur 10-18 tahun.56

Menurut Monks, knoers & Haditono, yang telah dikutip oleh Desmita membedakan masa remaja atas empat bagian, yaitu: (1) masa pra-remaja atau pra-pubertas (10-12 tahun), (2) masa pra-remaja awal atau pubertas (12-15 tahun), (3) masa remaja pertengahan (15-18 tahun) dan (4) masa remaja akhir (18-21 tahun). Remaja awal hingga remaja akhir inilah yang disebut masa adolesen.57

2. Perkembangan Remaja Pertengahan Usia 15-17 tahun

Dalam Proses penyesuaian diri menurut kedewasaan, menurut Wong yang dikutip oleh Allaily, remaja sangat membutuhkan kawan-kawan. Ia senang kalau banayak teman yang mengakuinya. Ada kecenderungan narsisitis yatu mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman-teman yang sama dengan dirinya. Selain itu, ia berada dalam kondisi kebingungan karena tidak tahu memilih yang mana peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimistis atau pesimistis, idealis atau materialis, dan sebagainya. Remaja pria harus membebaskan diri dari

55

Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Erlangga, t.t), h. 206

56Allaily Amalia Rachma, “Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Kebersihan

Organ Genitalia Eksterna di SMAN 90 Jakarta”, Skripsi Pada Program Sarjana S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakart, 2016, h. 16,, tidak dipublikasikan.

57

Desmita, Psiklogi Perkembangan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), Cet. 7, h. 190.


(37)

Oedipus Complex (perasaan cinta pada ibu sendiri pada masa anak-anak) dengan mempererat hubungan dengan kawan-kawan.58

3. Ciri-ciri Remaja Sebagai Periode Perubahan

Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Selama awal masa remaja, ketika perubahan fisik terjadi dengan pesat, perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung pesat. Ada empat perubahan yang sama yang hampir bersifat universal. Pertama, meningginya emosi, yang intensitasnya bergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis yang terjadi. Karena perubahan emosi biasnaya terjadi lebih cepat selama masa awal remaja, maka meningginya emosi lebih menonjol pada masa awal periode akhir masa remaja.59

Kedua, perubahan tubuh, minat, dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial untuk dipesankan, menimbulkan masalah baru. Bagi remaja muda, masalah baru yang timbul tampaknya lebih banyak dan lebih sulit diselesaikan dibandingkan masalah yang dihadapi sebelumnya. Remaja akan tetap merasa ditimbuni masalah, sampai ia sendiri menyelesaikannya menurut kepuasannya.60

Ketiga, dengan berubahnya minat dan pola perilaku, maka nilai-nilai juga berubah. Apa yang pada masa kanak-kanak dianggap penting, sekarang setelah hampir dewasa tidak penting lagi. Misalnya sebagian besar remaja tidak lagi menganggap bahwa banyaknya teman merupak petunjuk popularitas yang lebih penting dari pada sifat-sifat yang dikagumi dan dihargai oleh teman-teman sebaya. Sekarang mereka mengert bahwa kualitas lebih penting daripada kuantitas.61

Keempat, sebagian besar remaja bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan. Mereka menginginkan dan menuntut kebebasan, tetapi

58

Allaily, op. cit., h. 17.

59

Hurlock, op. cit., h.207

60

Ibid. 61


(38)

mereka sering takut bertanggung jawab akan akibatnya dan meragukan kemampuan mereka untuk dapat mengatasi tanggung jawab tersebut.62

4. Teori Kohlberg Tentang Perkembangan Moral

Teori ini di dasarkan analisisnya terhadap hasil wawancara dengan anak laki-laki usia 10 hingga 16 tahun yang dihadapkan pada suatu dilema moral, dimana mereka harus memilih antara tindakan menaati peraturan atau memenuhi kebutuhan hidup dengan cara yang bertentangan dengan peraturan.

Hal penting dari teori perkembangan moral Kohlberg adalah orientasinya untuk mengungkapkan moral yang hanya ada dalam pikiran dan yang dibedakan dengan tingkah laku moral dalam arti perbuatan nyata. Semakin tinggi tahap perkembangan moral seseorang, akan semakin terlihat moralitas yang lebih mantap dan bertanggung jawab dari perbuatan-perbuatannya.63

Tabel 2.2 Tingkat dan Tahap Moral Menurut Kohlberg64

Tingkat Tahap

1. Prakonvensional Moralitas

Pada level ini anak mengenal moralitas berdasarkan dampak yang ditimbulkan oleh suatu perbuatan, yaitu

menyenangkan (hadiah) atau menyakitkan (hukuman). Anak tidak melanggar aturan karena takut akan ancaman hukuman dari otoritas.

1. Orientasi Keputusan dan Hukuman

Pemahaman anak tentang baik dan buruk ditentukan oleh otoritas. kepatuhan

terhadap aturan adalah untuk menghindari hukuman dari otoritas.

2. Orientasi hedonistik-Instrumental

Suatu perbuatan dinilai baik apabila berfungsi sebagai instrumen untuk memenuhi kebutuhan atau kepuasan diri.

62

Ibid.

63

Desmita, op. cit.,, h. 151.

64


(39)

2. Konvensional

Suatu perbuatan dinilai baik oleh anak apabila mematuhi harapan otoritas atau

kelompok sebaya.

3. Pasca-Konvensional

Pada level ini aturan dan institusi dari masyarakat tidak dipandang sebagai tujuan akhir, tetapi diperlukan sebagai subjek. Anak menaati aturan untuk menghindari hukuman kata hati.

3. Orientasi anak yang baik

Tindakan berorientasi pada orang lain. Suatu perbuatan dinilai baik apabila menyenagkan bagi orang lain .

4. Orientasi keteratutan dan otoritas

Perilaku yang dinilai baik adalah menunaikan kewajiban, menghormati otoritas, dan memelihara ketertiban sosial.

5. Orientasi kontrol sosial-legalistik

Ada semacam perjanjian antara dirinya dan lingkungan sosial. Perbuatan dinilai baik apabilasesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.

6. Orientasi kata hati

Kebenaran ditentukan oleh kata hati, sesuai dengan prinsip-prinsip etika universal yang bersifat abstrak dan penghormatan terhadap martabat manusia.

D. Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan, menjelaskan pada pasal 1 ayat (1)


(40)

Pendidikan Agama adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian dan keterampilan siswa dalam mengamalkan ajaran agamanya, yang dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui mata pelajaran/kuliah pada semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan. Pasal 2 ayat (1) Pendidikan agama berfungsi membentuk manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta berakhlak mulia dan mampu menjaga kedamaian dan kerukunan hubungan inter dan antar umat beragama. Pasal 3 ayat (1) Setiap satuan pendidikan pada semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan wajib menyelenggarakan agama.65

Pasal 4 ayat (1) Pendidikan Agama pada pendidikan formal dan program pendidikan kesetaraan sekurang-kurangnya diselenggrakan dalam bentuk mata pelajaran atau mata kuliah agama. Pasal 5 ayat (2) Pendidikan Agama diajarkan sesuai dengan tahap perkembangan kejiawaan siswa. Ayat (3) Pendidikan Agama mendorong siswa untuk taat menjalankan ajaran agamanya dalam kehidupan sehari-hari dan menjadikan agama sebagai landasan etika dan moral dalam kehidupan pribadi, berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Ayat (4) Pendidikan Agama mewujudkan keharmonisan, kerukunan, dan rasa hormat di antara sesama pemeluk agama yang dianut dan terhadap pemeluk agama lain. Ayat (5) Pendidikan agama membangun sikap mental siswa untuk bersikap dan berperilaku jujur, amanah, disiplin, bekerja keras, mandiri, percaya diri, kompetitif, kooperatif, tulus, dan bertanggung jawab.66

Pendidikan Agama Islam berarti sistem pendidikan yang dapat memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita dan nilai-nilai Islam yang telah menjiwai dan mewarnai corak kepribadiannya.67 Pendidikan Agama Islam, yakni upaya mendidikkan agama Islam dan nilai-nilainya, agar menjadi way of life (pandangan dan sikap hidup) seseorang.68

65

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2007 Tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan, h. 1-3.

66

Ibid. h. 3-5

67

Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (PT Bumi Aksara, 2009), h. 7

68

Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: PT Remaja RosdaKarya, 2012). Cet. 5, h. 30.


(41)

Pendidikan Agama memiliki peran utama dalam upaya pengembangan personal dan sosial, karena Pendidikan Agama dapat mempengaruhi perubahan individu dan sosial dalam mencapai perdamaian, kebebasan dan keadilan.69 Pendidikan Agama menyangkut tiga aspek, yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Ini berarti bahwa pendidikan agama bukan hanya sekadar memberi pengetahuan tentang keagamaan, melainkan justru yang lebih utama adalah membiasakan anak taat dan patuh menjalankan ibadat dan berbuat serta bertingkah laku di dalam kehidupannya sesuai dengan norma-norma yang telah ditetapkan dalam agama masing-masing.70

Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat. Menyadari betapa pentingnya peran agama bagi kehidupan umat manusia maka internalisasi nilai-nilai agama dalam kehidupan setiap pribadi menajdi sebuah keniscayaan, yang ditempuh melalui pendidikan baik pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.71

Pendidikan Agama dimaksudkan untuk peningkatan potensi spiritual dan membentuk siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama. Peningkatan potensi spiritual mencakup pengamalan, pemahaman, dan penanaman nilai-nilai keagamaan, serta pengamalan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan individual ataupun kolektif kemasyarakatan. Peningkatan potensi spiritual tersebut pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi yang dimiliki manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan.72

69Munifah, “Pengembangan Sistem Penilaian dalam Pendidikan Agama Islam”,

Jurnal Edukasi, Vol. 2, 2004, h. 38.

70

M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2011), Cet. 20, h. 158

71

Badan Standar Nasional Pendidikan, Standar Isi, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMA/MA, (Jakarta: BSNP, 2006), h. 51

72


(42)

Pendidikan Agama Islam diberikan dengan mengikuti tuntunan bahwa agama diajarkan kepada manusia dengan visi untuk mewujudkan manusia yang bertakwa kepada Allah SWT., dan berakhlak mulia, serta bertujuan untuk menghasilkan manusia yang jujur, adil, berbudi pekerti, etis, saling menghargai, disiplin, harmonis dan produktif, baik personal maupun sosial. Tuntutan visi ini mendorong dikembangkannya standar kompetesi sesuai dengan jenjang persekolahan yang secara nasional ditandai dengan ciri-ciri:73

a. Lebih menitik beratkan pencapaian kompetensi secata utuh selain penguasaaan materi;

b. Mengakomodasikan keragaman kebutuhan dan sumber daya pendidikan yang tersedia;

c. Memberikan kebebasan yang lebih luas kepada pendidik di lapangan untuk mengembangkan strategi dan program pembelajaran seauai dengan kebutuhan dan ketersedian sumber daya pendidikan.

Pendidikan Agama Islam diharapkan menghasilkan manusia yang selalu berupaya menyempurnakan iman, takwa, dan akhlak, serta aktif membangun peradaban dan keharmonisan kehidupan, khususnya dalam memajukan peradaban bangsa yang bermartabat. Manusia seperti itu diharapkan tangguh dalam menghadapi tantangan, hambatan, dan perubahan yang muncul dalam pergaulan masyarakat baik dalam lingkup lokal, nasional, regional maupun global.74

Pendidik diharapkan dapat mengembangkan metode pembelajaran sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Pencapaian seluruh kompetensi dasar perilaku terpuji dapat dilakukan tidak beraturan. Peran semua unsur sekolah, orang tua siswa dan masyarakat sangat penting dalam mendukung keberhasilan pencapaian tujuan Pendidikan Agama Islam.75

2. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan pasal 2 Ayat (2) menjelaskan

73

Ibid, h. 51-52

74

Ibid. 52

75


(43)

bahwa, Pendidikan Agama bertujuan untuk berkembangnya kemampuan siswa dalam memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai agama yang menyerasikan penguasaannya dalam ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.76 Hal senada dijelaskan dalam buku Standar Isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah bahwa Pendidikan Agama Islam di SMA/MA bertujuan untuk:

a. Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman siswa tentang Agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT; b. Mewujudkan manuasia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia

yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi (tasamuh), menjaga keharmonisan secara personal dan sosial serta mengembangkan budaya agama dalam komunitas sekolah.77

3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

a. Alquran dan Hadits b. Aqidah

c. Akhlak d. Fiqih

e. Tarikh dan Kebudayaan Islam

Pendidikan Agama Islam menekankan keseimbangan, keselarasan, dan keserasian antara hubungan manusia dengan Allah SWT., hubungan manusia dengan sesama manusia, hubungan manusia dengan diri sendiri dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya.78

76

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2007, loc. cit.

77

Badan Standar Nasional Pendidikan, loc. cit.

78


(44)

4. Prinsip-prinsip Pokok Pendidikan Agama Islam

Ada beberapa prinsip pokok tentang Pendidikan Agama Islam, yaitu: a. Agama menjadi landasan bagi pembangunan bangsa dan negara;

b. Agama mesti terbudayakan bagi kehidupan rakyat Indonesia;

c. Pendidikan Agama menjadi prioritas utama dalam pendidikan di Indonesia; d. Semua satuan pendidikan penting mengintensifkan pendidikan agama;

e. Perlu dimulai adanya PAI unggulan atau model pada sejumlah satuan-satuan pendidikan TK, SD, SMA, SMK termasuk pada madrasah untuk menjadi acuan kluster bagi satuan pendidikan lainnya dalam penyelenggaraan pendidikan agama.79

Tabel 2.3 Tahap Perkembangan Agama Menurut Teori Fowler80

Tahap Usia Karakter

Tahap 1 Intuitive-projective faith Tahap 2 Mythical-literal faith Tahap 3 Synthetic-conventional faith Tahap 4 Individuative-reflective faith Tahap 5 Conjunctive faith

Awal masa- anak-anak

Akhir masa- anak-anak

Awal masa remaja

Akhir masa remaja dan awal masa dewasa

Pertengahan masa dewasa

 Gambaran intuitif dari kebaikan dan kejahatan.

 Fantasi dan kenyataan adalah sama.  Pemikiran lebih logis dan konkrit.

 Kisah-kisah agama

diinterpretasikan secara harfiah; Tuhan digambarkan seperti figure orang tua.

 Pemikiran lebih abstrak.

 Menyesuaikan diri dengan keyakinan agama orang lain.

 Untuk pertama kali individu mampu memikul tanggung jawab penuh terhadap keyakinan agama mereka.

 Menjelajahi kedalaman pengamalan nilai-nilai dan keyakinan agama seseorang.

 Lebih terbuka terhadap pandangan-pandangan yang paradoks dan bertentangan.

 Berasal dari kesadaran akan

79Rusmin Tumanggor, “Karakteristik PAI Model Unggulan pada Sekolah”,

Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. 3, 2009, h. 7.

80


(45)

Tahap 6

Universalizing Akhir masa

keterbatasan dan pembatasan seseorang.

 Sistem kepercayaan transendental untuk dewasa mencapai perasaan ketuhanan.

 Peristiwa-peristiwa konflik tidak selamanya dipandang sebagai paradoks.

Berdasarkan tahap-tahap perkembangan agama Fowler tersebut, perkembangan agama remaja berada dalam dua tahap, yaitu tahap 3 untuk remaja awal dan tahap 4 untuk remaja akhir. Dalam tahap 3 atau tahap Synthetic-Conventional Faith, remaja mulai mengembangkan pemikiran formal operasioanal dan mulai mengintegrasikan nilai-nilai agama yang telah mereka pelajari ke dalam suatu sistem kepercayaan yang lebih rasional. Akan tetapi, meskipun tahap Synthetic –Conventional Faith lebih abstrak dari dua tahap sebelumnya, sebagian besar remaja awal masih menyesuaikan diri dengan kepercayaan agama orang lain dan belum mampu menganalisis ideologi-ideologi agama lain.81

Sementara itu, perkembangan agama remaja akhir berada pada tahap 4 atau tahap Individuating-Reflexive Faith. Pada tahap ini, individu untuk pertama kalinya mampu mengambil tanggung jawab penuh terhadap kepercayaan agama mereka. Mereka mulai menyatakan bahwa mereka dapat memilih jalan kehidupan mereka sendiri dan mereka harus berusaha keras untuk mengikuti satu jalan kehidupan tertentu. Fowler percaya bahwa pemikiran formal operasional dan tantangan intelektual sering mengambil tempat penting dalam perkembangan agama tahap individuating-reflexive faith di perguruan tinggi.82

E. Hasil Penelitian yang Relevan

1. Skripsi Rihlah Sylvia, 2014 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berjudul Pelaksanaan Pembentukan Nilai Karakter Siswa SD Insan Teladan Bogor. Penelitian ini menjelaskan bahwa pengembangan nilai karakter dilaksanakan secara menyeluruh, mulai dari

81

Ibid., h. 210.

82


(46)

kegiatan siswa sehari-hari maupun kegiatan yang sudah terprogram agar mendapatkan hasil yang optimal dalam membentuk disiplin siswa di SD Insan Teladan Bogor. Dalam prosesnya, nilai karakter yang digunakan yaitu kolaborasi nilai-nilai PNK (Pendidikan Nilai Kemanusiaan) yang terdiri dari kedamaian, kebajikan, kebenaran, kasih sayang dan tanpa kekerasan, juga nilai-nilai karakter bangsa yaitu religius, jujur, toleransi, disiplin, mandiri dan tanggungjawab.

Dalam proses pengembangan karakter baik Kepala Sekolah, Guru serta seluruh stakeholders yang ada di SD Insan Teladan Bogor sangat berperan dalam memberikan contoh, teguran, nasehat, serta memberikan pengarahan kepada siswa agar siswa lebih bisa menyerap dan menyadari kewajibannya , terutama untuk membentuk karakter dalam dirinya. Dalam hal ini SD Insan Teladan Bogor mengintegrasikan nilai karakter pada kegiatan integrasi

parenting dan lain-lain.

F. Kerangka Berpikir

Berdasarkan kajian teori dan penelitian relevan yang digunakan, kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.1

K1 K2 K3 . . . . . . K18

UUD RI No. 20 Tahun 2013 tentang SISDIKNAS) BAB I Pasal 1

Tertuang dalam Kurikulum 2013

Terdapat 18 Nilai Karakter

Meningkatkan Prestasi Akademik

Menurunkan Prilaku Negatif Siswa Meningkatkan


(47)

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

Dalam Gambar 2.1 di atas Pendidikan karakter menurut UUD RI No. 20 Tahun 2013 tentang SISDIKNAS BAB I Pasal 1 adalah usaha sadar dan terencana untuk membangun atau membentuk kepribadian yang khas peserta didik yaitu kepribadian yang baik yang bercirikan kejujuran, tangguh, cerdas, kepedulian, bertanggung jawab, kerja keras, pantang putus asa, tanggap percaya diri, suka menolong, mampu bersaing, profesional, ikhlas, bergotong royong, cinta tanah air, amanah, disiplin, toleransi, taat, dan lain-lain.

Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang menekankan pada pembentukan nilai-nilai karakter pada siswa yang tertuang dalam Kurikulum 2013. Pendidikan karakter untuk sekolah-sekolah di Indonesia terangkum dalam 18 nilai karakter yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional. Kedelapanbelas nilai karakter tersebut adalah: jujur, toleransi, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab, dan religius.

Penanaman nilai karakter berdampak positif pada prestasi akademik siswa. Karakter siswa ini dapat terlihat dari perilaku siswa saat menerima pelajaran di kelas. Karakter siswa yang baik seperti rajin belajar, memperhatikan ketika guru memberikan materi pelajaran, rajin membaca, dan berusaha meningkatkan pengetahuan dengan mencari sumber lain yang berkaitan dengan materi yang sedang dipelajari akan menciptakan siswa yang memiliki prestasi belajar yang baik. Selain itu karakter juga dapat meningkatkan kecerdasan emosional siswa. Sedangkan karakter siswa yang kurang baik seperti malas belajar, tidak memperhatikan ketika guru memberikan materi pelajaran, malas membaca, dan lain-lain dapat dikurangi/turunkan dengan adanya pendidikan karakter yang diterapkan di sekolah-sekolah.


(48)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 7 kota Tangerang Selatan yang beralamat di Villa Melati Mas Blok J Kelurahan Pondok Jagung kecamatan Serpong Utara Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten. Waktu pelaksanaan penelitian ini dimulai yaitu dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2016.

B. Metode Penelitian

Pendekatan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif menggunakan metode yang dalam penelitian ini adalah metode deskriftif dalam pendekatan kualitatif, yaitu suatu metode yang bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, akurat mengenai sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki.83

Dari pendapat lain oleh Bog dan Tylor yang dikutip oleh Margono menyatakan “Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati”84

Penelitian deskriptif mengambil masalah atau memusatkan perhatian pada masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian dilaksanakan. Deskripsi pada penelitian ini untuk menggambarkan karakter pada siswa kelas XI IPS di SMA Negeri 7 Kota Tangerang Selatan. Sedangkan pengertian deskripsi sendiri adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian secara sistematis dan akurat.

83

M. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998), Cet. 4, h. 48.

84

Margono, Metodologi Peneitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), Cet. 6, h. 36.


(49)

Dalam penelitian deskriptif cenderung tidak perlu mencari atau menerangkan saling hubungan dan menguji hipotesis.85 Tujuan penelitian deskriptif ini menggambarkan apa-apa yang sudah terjadi yaitu selama penelitian berlangsung. Di dalamnya terdapat upaya deskripsi, pencatatan, analisis, dan menginterpresepsikan kondisi-kondisi yang sekarang ini terjadi atau ada.

Metode deskriptif dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi yaitu dengan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya. Peneliti melihat, meneliti, serta mengamati segala bentuk karakter siswa. Lebih jauh peneliti mengadakan analisis dari data-data yang ada yang berhubungan dengan maksud penelitian ini. Peneliti menganalisis hasil jawaban kuisioner yang dibagikan kepada siswa siswi kelas XI di SMA Negeri 7 Kota Tangerang Selatan. Adapun maksud analisis ini peneliti ingin melihat bagaimana karakter siswa pada pengimplementasian nilai karakter pada kurikulum 2013.

Penelitian ini juga merupakan library research karena peneliti mengadakan kajian dengan mencari dan membaca buku-buku untuk mendalami teori yang berkenaan dengan masalah yang diteliti. Selain itu penelitian ini juga merupakan field research karena peneliti mengadakan penelitian langsung ke SMA Negeri 7 Kota Tanagerang Selatan.

C. Unit Analisis

Dalam penelitian yang menggunakan metode deskriptif analsisi dengan teknik wawancara. Peneliti mengamati segala hal yang berhubungan dengan tujuan penelitian. Dalam hal ini, peneliti mengumpulkan data-data yang diperlukan baik data primer (utama) maupun data sekunder dari sumber data yang diperoleh.86 Unit analisi dalam penelitian karakter pada siswa kelas XI IPS SMA Negeri 7 Kota Tanagerang Selatan, peneliti mengolah data-data yang diperoleh dari guru, wakil kepala sekolah, dan siswa siswi.

85

Nurul Zuhariah, Metodologi Penelitian: Sosial dan Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), Cet. 4, h. 47.

86


(50)

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data yang diperoleh dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan beberapa teknik, antara lain:

1. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui bercakap-cakap dan bertatap muka dengan guru dan wakil kepala sekolah.87

Wawancara dilakukan oleh peneliti dengan Wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum, bidang Kesiswaan, bidang Sarana dan Prasarana, dan guru Pendidkan Agama Islam dan Budi Pekerti untuk mendapatkan keterngan-keterangan mengenai karakter siswa di SMA Negeri 7 Kota Tangerang Selatan.

2. Observasi

Observasi dilakukan oleh peneliti pada awal penelitian untuk memperoleh data-data penelitian yang sesuai, dengan cara mengadakan pengamatan dengan seksama terhadap pelaksanaan kegiatan pembelajaran serta mengamati tingkah laku individu di sekolah.

3. Penyebaran Angket

Angket diberikan kepada siswa kelas XI IPS SMA Negeri 7 Kota Tangerang Selatan yang terpilih secara kebetulan sebagai responden. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik memilih sampel secara kebetulan atau accidental sampling. Teknik ini dikatakan secara kebetulan karena peneliti memang dengan sengaja memilih sampel kepada siapa pun yang ditemuinya atau by accidental pada tempat, waktu, dan cara yang telah ditentukan.88 Menurut Nana Syaodih dalam bukunya, mengatakan bahwa “accidental sampling yang menjadi sampel adalah individu atau

87

Ibid., h. 106.

88

Hamid Darmadi, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2011), Cet. 2, h. 63.


(1)

87 Burhan Bungin, Penelitian

Kua|itatif,

J akarta: Prenada Media

Group.2010.

34 106

0fr1

88 Hamid Darmadi, Metode

P enelitian P endidikan, Bandung: Alfabeta, 2011, Cet.2.

34 63

w

89 Nana Syaodih Sukmadinata,

Metode P enelitian Pendidikan,

Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012.

Cet.8.

35 255

Ah-/

90 Sugiyono, Metode Penelitian

Kuantitatif

Kualitatif dan

R &

D,

Bandung: Alfabeta, 2073, Cet. 19.

35 148 (1

{w

91 Data ini diambil ketika melakukan

kegiatan Praktik Profesi Keguruan Terpadu

di

SMA Negeri 7 Kota Tangerang Selatan.

43

92 Data

ini

diambil dari

Profil

Sekolah pada 08 Oktober 2015

44

tl*l

93 Data

ini

diambil dari

Profil

Sekolah pada 08 Oktober 2015

44

M

94

Hasil

Wawancara dengan Nanang Sayuti, pada04 Agustus 2016.

45

95

Hasil

Wawancara dengan Nanang Sayuti, pada04 Agustus 2016.

45

w

96 Hasil Wawancara dengan

Wakil

Kepala Sekolah Bidang Sarana dan Prasarana, pada04 Agustus 2016.

45

(W

9l

Hasil

Wawancara dengan Nanang

Sayuti, pada04 Agustus 2016.

46

98 Hasil Wawancara dengan

Wakil

Kepala Sekolah Bidang Sarana dan Prasarana Akhmad Fadloli. pada tanggal

26Mei2016-46

M

99

Hasil

Wawancara dengan Wakil

Kepala Sekolah Bidang Sarana dan Prasarana,

pada tanggal

26

Mei

2016.

46

100 Nanang Sayuti, Wawancara pada tanggal26

Mei

2016.

46


(2)

/1h-101 Hasil Wawancara dengan Guru PAI, pada04 Agustus 2016

47


(3)

KEMENTERIAN AGAMA UIN

JAKARTA

FITK

Jl. lr. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 lndonesia

FORM

(FR)

No Dokumen

:

FITK-FR-AKD-08'1

Tgl.

Terbit :

'1 Maret 2010 No.

Revisi: :

01

Hal 1t1

SURAT BIMBINGAN

SKRIPSI

Nomor : Un.01/F'.1/KM.01 .31... 12016

Larnp.

:

-Hal

: Bimbingan Skripsi

Tembusan:

1.

Dekan FITK

2.

Mahasiswa ybs

Jakarta, 04 Maret 2016

I(epada Yth. Wahdi Sayuti,

MA

Pembirnbing Skripsi

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Ass alamu' alaikum wr.wb.

Dengan

ini

diharapkan kesediaan Saudara untuk

menjadi

pembimbing

llll

(materiitekn is) penulisan skripsi mahasiswa:

Nama

: Sri Jayanti

NIM

:1112011000005

Jurusan

: Pendidikan Agama Islam

Semester

:

VIII

(delapan)

Judul

Skripsi

: Karakter Siswa Kelas XI IPS

di

SMA Negeri 7 Kota Tangerang

Selatan.

Judul tersebut telah disetu-lui oleh Jurusan yang bersangkutan pada tanggal 03 Maret 2076,, abstraksiloutline terlampir. Saudara dapat melakukan perubahan redaksional pada judul

tersebut. Apabila perubahan substansial dianggap perlu, mohon pembimbing enghubungi

Jurusan terlebih dahulu.

Bimbingan

skripsi

ini

diharapkan selesai dalam

waktu

6

(enam)

bulan, dan

dapat

diperpanjang selama 6 (enam) bulan berikutnya tanpa surat perpanj angan. Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih.

Wassalamu' alaikum wr.w b.

a.n. Dekan

Sekjur Pendidi

(a

--..-,.-f

Marhamah*Sala5-mLi;

1

A

0


(4)

FORM

(FR)

No. Revlsi

SURAT PERMOHONAN IZIN

PENELITIAN

:

111

Jakarta, 04 Mei 20'16

Nomor : Un.01/F. 1/KM.01 .31..,...12016

Lamp.'.

Outline/Proposal

Hal

.

Permohonan

lzin

Penelitian

Nama NIM Jurusan

Tembusan:

1.

Dekan FITK

2.

Pembantu Dekan Bidang Akademik

3.

Mahasiswa yang bersangkutan

Kepada Yth.

Kepala SMA Negeri 7 Kota Tangerang Selatan

di

Tempat

Assal am u' al ai ku m wr. wb.

Dengan hormat kami sampaikan bahwa,

. Sri Jayanti :1112011000005

: Pendidikan Agama lslam

Semester

: 8 (delapan)

Judul

Skripsi

:

Karakter

Siswa

Kelas

Xl

IPS

di

SMA

Negerr

7

Kota

Tangerang Selatan.

adalah benar mahasiswa/i Fakultas llmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta yang

sedang

menyusun

skripsi,

dan

akan

mengadakan penelitian

(riset)

di

instansi/sekolah/madrasah yang Saudara pimpin.

Untuk

itu

kami

mohon

Saudara

dapat

mengizlnkan mahasiswa

tersebut

melaksanakan penelitian dimaksud,

Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih.

Wassal am u' al aiku m wr.wb.

a.n. Dekan

Sekjur Pen ma Islam

,MA

NrP. 19720313 200 2 010

No. Dokumen

:

FITK-FR-AKD-082 Tgl.

Terbit :

1

Maret 2010

KEMENTERIAN AGAMA UIN

JAKARTA

FITK


(5)

PEMERINTAH KOTA TANGERANG SELATAN

DINAS PENDIDIKAN

SMA

NEGERI

7

viua Metati tttas Btok J,

,"rorrr1!,fl'f;:lu

retp. 02t-5388818 Fo.u 02t-sJt sJ677 HTTP//www.sman

Nomor

:9001421.3/087/SMAN7Tangsell20l6

Lampiran

:

Perihal

: Surat Keterangan Melakukan Riset Yang bertandatangan

di

bawah

ini

:

Serpong Utara,l 1

Mei

2016

Drs.

Hamdari,

M.Pd

1962070s 198602 1 013 Pembina

IV/a

bahwa yang

di

sebut

di

bawah ini :

Sri

Jayanti

1111201100000s

Pendidikan Agama Islam 51 (Strata Satu)

Karakter Siswa Kelas

xI

IPS

di

sMA

Negeri 7 KotaTangerang Selatan

Nama NIP

Pangkat/Gol. Ruang

Dengan

ini

menerangkan

Nama

NIM

Jurusan/Prodi Jenjang Pendidikan .ludul Skripsi

Adalah benar telah melakukan Penelitian

di

SMA Negeri 7 Kota Tangerang Selatan pada tanggal :

04

Mei

s.d 11 Mei 2016.

Demikian surat keterangan

ini

kami buat dengan sesungguhnyaagff dapat diketahui dan dipergunakan sebagaimana mestinya.


(6)

BIODATA PENULIS

Sri Jayanti

, lahir di Poris Plawad Utara, Kecamatan Cipondoh,

Kota Tangerang, Provinsi Banten pada hari Jum’at 08 Juli 1994.

Ayahanda bernama Nurjaya seorang buruh pabrik di salah satu

perusahaan swasta di Tangerang, ibunda bernama Siti Maisaroh

seorang ibu rumah tangga. Alhamdulillah saya telah resmi menikah

pada tanggal 08 Oktober 2016 dengan seorang guru PAI yang tidak

lain adalah guru pamong yang membimbing saya pada saat kegiatan

praktik profesi kegururan terpadu (PPKT) pada semester 7 di SMA

Negeri 7 Kota Tangerang Selatan, suami saya bernama H.

Muhammad Nur S.Pd.I

Pendidikan saya dimulai pada tahun 2000-2006 di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al-Fitroh,

sebuah sekolah swasta di kampung Al-Fitroh Poris Plawad Utara. Kemudian pada tahun

2007-2009 melanjutkan di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Al-Fitroh. Kemudian pada tahun

2010-2012 melanjutkan di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Kota Tangerang. Dilanjutkan

dengan menempuh jenjang pendidikan tahun 2012-2016 di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama

Islam.


Dokumen yang terkait

Kemampuan Presentasi dalam Kegiatan Diskusi Siswa Kelas XI Madrasah Aliyah Nur As Sholihat Serpong Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2015/2016

1 16 98

MEDIA PEMBELAJARAN GAMBAR DENGAN ANIMASI STOPMOTION PADA MATA PELAJARAN SEJARAH KELAS XI IPS DI SMA NEGERI 1 BUKITKEMUNING TAHUN PELAJARAN 2015/2016

0 5 59

Analisis Kesalahan Kata Berimbuhan dalam Teks Negosiasi Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan Semester Genap Tahun Pelajaran 2015/2016

3 37 154

Struktur Kalimat dalam Karangan Deskripsi Siswa Kelas VII SMP Negeri 13 Kota Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2016/2017

0 19 140

PERANAN GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENINGKATKAN KARAKTER DISIPLIN SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 11 MEDAN TAHUN PELAJARAN 2015 / 2016.

0 5 23

PERAN MOTIVASI BELAJAR DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS XI IPS SMA NEGERI 11 MEDAN TAHUN PELAJARAN 2015/2016.

0 2 26

PENGARUH MANAJEMEN WAKTU DAN AKTIFITAS EKSTRAKULIKULER TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X IPS SMA NEGERI 7 MEDAN TAHUN PELAJARAN 2015/2016.

0 2 33

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KRITIK TARI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN MULTIKULTUR SISWA KELAS XI SMA NEGERI 7 TANGERANG ( Penelitian Tindakan di SMA Negeri 7 Tangerang ).

2 15 41

PEMBELAJARAN SENI BUDAYA MATERI KREASI CEMENT PORTRAIT DI KELAS XI IPS 1 SMA NEGERI 1 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2015/2016.

0 0 20

PERSEPSI SISWA KELAS XI TERHADAP LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL DI SMA NEGERI 7 SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2015 2016 -

1 2 72