pengeluaran pemerintah terhadap pendapat nasional relatif besar. Hal ini dikarenakan pada tahap ini pemerintah harus menyediakan berbagai sarana dan prasarana. Pada
tahap menengah pembangunan ekonomi, investasi pemerintah tetap diperlukan guna memacu pertumbuhan agar dapat lepas landas. Bersamaan dengan itu porsi investasi
swasta juga meningkat. Tetapi besarnya peranan pemerintah adalah pada tahap ini banyak kegagalan pasar yang ditimbulkan perkembangan ekonomi itu sendiri, yaitu
kasus eksternalitas negatif, misalnya pencemaran lingkungan. Dalam suatu proses pembangunan, menurut Musgrave rasio investasi total terhadap pendapatan nasional
semakin besar, tetapi rasio investasi pemerintah terhadap pendapatan nasional akan semakin mengecil.
Sementara itu Rostow berpendapat bahwa pada tahap lanjut pembangunan terjadi peralihan aktivitas pemerintah, dari penyediaan prasarana ekonomi ke
pengeluaran - pengeluaran untuk layanan sosial seperti kesehatan dan pendidikan. Teori Rostow dan Musgrave adalah pandangan yang timbul dari pengamatan
atas pengalamam pembangunan ekonomi yang dialami banyak negara, tetapi tidak di sadari oleh suatu teori tertentu. Selain tidak jelas, apakah tahap pertumbuhan ekonomi
terjadi dalam tahap demi tahap atau beberapa tahap dapat terjadi secara simultan.
b. Hukum Wagner
Pengamatan empiris oleh Adolf Wagner terhadap negara-negara Eropa, Amerika Serikat dan Jepang pada abad ke-19 menunjukkan bahwa aktivitas
pemerintah dalam perekonomian cenderung semakin meningkat. Wagner mengukur perbandingan pengeluaran pemerintah terhadap produk nasional. Wagner menamakan
Candra P.Butar-Butar : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Kota Terhadap Pertumbuhan Ekonomi..., 2008 USU Repository © 2009
hukum aktivitas pemerintah yang selalu meningkat law of ever increasing state aktivity .
Hukum tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut : GpC : Pengeluaran pemerintah per kapita
YpC : Produk atau pendapatan nasional per kapita t
: Indeks waktu Menurut Wagner ada lima hal yang menyebabkan pengeluaran pemerintah
selalu meningkat yaitu tuntutan peningkatan perlindungan keamanan dan pertahanan, kenaikan tingkat pendapatan masyarakat, urbanisasi yang mengiringi pertumbuhan
ekonomi, perkembangan ekonomi, perkembangan demokrasi dan ketidakefisienan birokrasi yang mengiringi perkembangan pemerintahan.
Secara grafik, rasio pengeluaran pemerintah terhadap pendapatan nasional GpCYpC atau GY ditunjukkan oleh eksponensial sebagaimana terlihat pada
gambar 2.1 a. Persoalan yang belum terpecahkan ialah apakah dalam jangka panjang kurva
tersebut akan berpola gompertzian berarti sampai dengan suatu titik waktu tertentu
rasio GY akan menurun , atau akan berpola parabolik berarti sampai dengan suatu
titik waktu tertentu rasio GY akan kembali menurun , sebagaimana diisyaratkan oleh gambar 2.1 b.
Candra P.Butar-Butar : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Kota Terhadap Pertumbuhan Ekonomi..., 2008 USU Repository © 2009
Candra P.Butar-Butar : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Kota Terhadap Pertumbuhan Ekonomi..., 2008 USU Repository © 2009
t GY
a
Gompertizian GY
b t
Gambar 2.1 Rasio Pengeluaran Pemerintah Terhadap pendapatan Nasional
c. Teori Peacock dan Wiseman
Peacock dan Wiseman adalah dua orang yang mengemukakan teori mengenai perkembangan pengeluaran pemerintah yang terbaik. Pandangan mereka mengenai
pengeluaran pemerintah adalah bahwa pemerintah senantiasa berusaha untuk memperbesar pengeluaran sedangkan masyarakat tidak suka membayar pajak yang
semakin besar untuk membiayai pengeluaran pemerintah yang semakin besar tersebut.
Menurut Peacock dan Wiseman, perkembangan ekonomi menyebabkan pungutan pajak meningkat yang meskipun tarif pajaknya mungkin tidak berubah pada
gilirannya mengakibatkan pengeluaran pemerintah meningkat pula. Jadi dalam keadaan normal, kenaikan pendapatan nasional menaikkan pula baik penerimaan
maupun pengeluaran pemerintah. Apabila keadaan normal jadi terganggu, katakanlah karena perang atau
eksternalitas lain, maka pemerintah terpaksa harus memperbesar pengeluarannya untuk mengatasi gangguan dimaksud. Konsekuensinya timbul tuntutan untuk
memperoleh penerimaan pajak lebih besar. Pungutan pajak yang lebih besar menyebabkan dana swasta untuk investasi dan modal kerja menjadi berkurang. Efek
ini disebut efek pengalihan displacement effect , yaitu adanya suatu gangguan sosial dalam perekonomian menyebabkan aktivitas swasta dialihkan pada aktivitas
pemerintah. Jika pada saat terjadinya gangguan sosial dalam perekonomian timbul efek
penggantian, maka sesudah gangguan berakhir timbul pula sebuah efek lain yang disebut efek inspeksi inspection effect , yang menyatakan gangguan sosial
menumbuhkan kesadaran masyarakat akan adanya hal-hal yang perlu ditangani oleh pemerintah sesudah redanya gangguan sosial tersebut. Kesadaran semacam ini,
menggugah kesediaan masyarakat untuk membayar pajak lebih besar, sehingga memungkinkan pemerintah memperoleh penerimaan yang lebih besar pula. Inilah
yang dimaksudkan dengan analisis dialetika penerimaan pengeluaran pemerintah.
Candra P.Butar-Butar : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Kota Terhadap Pertumbuhan Ekonomi..., 2008 USU Repository © 2009
Hipotesa yang dikemukakan oleh Peacock dan Wiseman mendapat kritikan dari Bird. Bird menyatakan bahwa selama terjadinya gangguan sosial memang terjadi
pengalihan aktivitas pemerintah dari pengeluaran sebelum gangguan ke aktivitas yang berhubungan dengan gangguan tersebut. Hal ini akan menyebabkan kenaikan
pengeluaran pemerintah dalam persentasenya terhadap GNP, Akan tetapi setelah terjadinya gangguan. Jadi menurut Bird, efek pengalihan hanya merupakan gejala
dalam jangka pendek, tetapi tidak terjadi dalam jangka panjang. Suatu hal yang perlu dicatat dari teori Peacock dan Wiseman adalah bahwa mereka mengemukakan adanya
toleransi pajak, yaitu suatu limit perpajakan , akan tetapi mereka tidak menyatakan pada tingkat berapakah toleransi pajak tersebut.
Clarke menyatakan bahwa limit perpajakan sebesar 25 dari pendapatan nasional. Apabiala limit dilampaui maka akan terjadi inflasi dan gangguan sosial
lainnya.
2.4.2 Teori Mikro
Tujuan dari teori mikro mengenai perkembangan pengeluaran pemerintah adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang menimbulkan permintaan akan barang
publik dan faktor-faktor yang memperngaruhi tersedianya barang publik. Interaksi antara permintaan dan penawaran untuk barang publik menentukan jumlah barang
publik yang akan disediakan melalui anggaran belanja. Jumlah barang publik yang akan disediakan tersebut selanjutnya akan menimbulkan permintaan akan barang lain.
Sebagai contoh, misalnya pemerintah menetapkan akan membuat sebuah
Candra P.Butar-Butar : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Kota Terhadap Pertumbuhan Ekonomi..., 2008 USU Repository © 2009
pelabuhan udara baru. Pelaksanaan pembuatan pelabuhan udara tersebut menimbulkan permintaan akan barang lain yang dihasilkan oleh sektor swasta, seperti
semen, baja, alat-alat pengangkutan dan sebagainya.
2.4.3 Klasifikasi Pengeluaran Pemerintah
Pengeluaran pemerintah dapat dinilai dari berbagai segi sehingga dapat
dibedakan menjadi Suparmoko, 1996 ; 47 - 48 :
a. Pengeluaran itu merupakan investasi yang menambah kekuatan dan ketahanan
ekonomi dimasa-masa yang akan datang. b.
Pengeluaran itu langsung memberikan kesejahteraan dan kegembiraan bagi masyarakat.
c. Merupakan penghematan pengeluaran yang akan datang.
d. Menyediakan kesempatan kerja lebih banyak dan penyebaran tenaga beli yang
lebih luas. Pengeluaran pemerintah dapat dibedakan menurut dua klasifikasi, yaitu :
1. Pengeluaran Rutin
Pengeluaran rutin yaitu pengeluaran untuk pemeliharaan atau penyelenggaraan roda pemerintahan sehari-hari, meliputi : belanja pegawai, belanja
barang, berbagai macam subsidi subsidi daerah dan subsidi harga , angsuran dan bunga utang pemerintah, serta jumlah pengeluaran lain.
Anggaran belanja rutin memegang peranan penting untuk menunjang kelancaran mekanisme sistem pemerintahan serta upaya peningkatan efisiensi dan
Candra P.Butar-Butar : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Kota Terhadap Pertumbuhan Ekonomi..., 2008 USU Repository © 2009
produktivitas, yang pada gilirannya akan menunjang tercapainya sasaran dan tujuan setiap tahap pembangunan. Penghematan dan efisiensi pengeluaran rutin perlu
dilakukan untuk menambah besarnya tabungan pemerintah yang diperlukan untuk pembiayaan pembangunan nasional. Penghematan dan efisiensi tersebut antara lain
diupayakan melalui penajaman alokasi pengeluaran rutin, pengendalian dan koordinasi pelaksanaan pembelian barang dan jasa kebutuhan departemenlembaga
negara non departemen, dan pengurangan berbagai macam subsidi secara bertahap.
2. Pengeluaran Pembangunan
Pengeluaran pembangunan yaitu pengeluaran yang bersifat menambah modal masyarakat dalam bentuk pembangunan baik prasarana fisik dan nonfisik. Dibedakan
atas pengeluaran pembangunan yang dibiayai dengan dana rupiah dan bantuan proyek. Pengeluaran pembangunan merupakan pengeluaran yang ditujukan untuk
membiayai program-program pembangunan sehingga anggarannya selalu disesuaikan dengan dana yang dimobilisasi. Dana ini kemudian dialokasikan pada berbagi bidang
sesuai dengan prioritas yang telah direncanakan. Dalam teori ekonomi makro, pengeluaran pemerintah terdiri dari tiga pos
utama yang dapat digolongkan sebagai berikut : 1.
Pengeluaran pemerintah untuk pembelian barang dan jasa. 2.
Pengeluaran pemerintah untuk gaji pegawai, perubahan gaji pegawai mempunyai pengaruh terhadap proses makro ekonomi, dimana perubahan gaji
pegawai akan mempengaruhi tingkat permintaan secara tidak langsung.
Candra P.Butar-Butar : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Kota Terhadap Pertumbuhan Ekonomi..., 2008 USU Repository © 2009
3. Pengeluran pemerintah untuk transfer payments. Transfer payments adalah
bukan pembelian barangjasa oleh pemerintah di pasar barang, pos ini mencatat pembayaran atau pemberian pemerintah langsung kepada warganya
yang meliputi misalnya, pembayaran subsidi atau bantuan langsung kepada berbagai golongan masyarakat, pembayaran pensiun, pembayaran bunga
untuk pinjaman pemerintah kepada masyarakat. Secara ekonomis transfer payments mempunyai status dan pengaruh yang sama dengan pos gaji
pegawai, meskipun secara administrasi keduanya berbeda Boediono, 2001 : 110-112 .
Pengeluaran pemerintah dalam arti riil dapat dipakai sebagai indikator besarnya kegiatan pemerintah yang dibiayai oleh pengeluaran pemerintah itu.
Semakin besar dan banyak kegiatan pemerintah semakin besar pula pengeluaran pemerintah yang bersangkutan.
2.5 Teori Pengeluaran Konsumsi 2.5.1 Peranan Konsumsi Dalam Pertumbuhan Ekonomi
Pembahasan tentang konsumsi sangat penting untuk analisa ekonomi jangka panjang maupun jangka pendek. Hal ini karena konsumsi agregat yang merupakan
penjumlahan dari pengeluaran rumah tangga yang ada dalam perekonomian merupakan komponen dari pengeluaran agregat yang terpenting.
Candra P.Butar-Butar : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Kota Terhadap Pertumbuhan Ekonomi..., 2008 USU Repository © 2009
Kontribusi konsumsi agregat pada GDP mencapai 50–60 melebihi kontibusi komponen – komponen lain yang menyusun GDP. Disamping itu dikenal
Marginal To Consume MPC yang merupkan komponen utama dari multiplier. Perkembangan masyarakat yang begitu cepat menyebabkan prilaku – prilaku
konsumsi yang begitu cepat. Hal ini merupakan alasan lain yang memberikan study tentang konsumsi rumah tangga tetap relevan.
Dalam analisa jangka panjang, konsumsi sangat penting peranannya dalam pertumbuhan ekonomi karena menentukan tingkat tabungan. Konsumsi juga sangat
penting dalam alasan jangka pendek yaitu karena peranannya dalam permintaan agregat.
2.5.2 Konsumsi Rumah Tangga
Konsumsi rumah tangga meliputi semua pengeluaran barang dan jasa baik barang yang tahan lama maupun barang yang tidak tahan lama dikurangi hasil
penjualan netto penjualan dikurangi pembelian barang-barang bekas atau tidak terpakai yang dilakukan oleh suatu rumah tangga. Selain untuk pengeluaran untuk
bahan makanan, minuman, pakaian , bahan bakar dan jasa-jasa, termasuk juga barang yang tidak ada duanya tidak diproduksi kembali seperti karya seni, barang antik dan
lain-lain . Pengeluaran untuk pemeliharaan kesehatan, pendidikan, rekreasi,
pengangkutan dan jasa-jasa lainnya termasuk di dalam konsumsi rumah tangga. Pembelian rumah tidak termasuk dalam konsumsi, tetapi pengeluaran atas rumah
Candra P.Butar-Butar : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Kota Terhadap Pertumbuhan Ekonomi..., 2008 USU Repository © 2009
tangga yang ditempati seperti sewa rumah, perbaikan, rekening listrik, air, telepon dan lain-lain merupakan konsumsi rumah tangga.
Dalam hal barang yang mempunyai kegunaan ganda, maka pembelian dan biaya operasional barang tersebut harus dialokir secara proporsional terhadap masing-
masing kegiatan yang dilakukan. Misalnya mobil selain digunakan untuk keperluan rumah tangga juga dipakai sebagai penunjang dalam usaha kegiatan rumah tangga
tersebut. Pengeluaran sewa, bahan bakar, listrik, air dan jasa lainnya yang digunakan untuk bermacam-macam aktivitas oleh rumah tangga juga harus diperkirakan
pengeluaran untuk masing-masing kegiatan tersebut terhadap sumbangan yang diberikan.
Konsep yang dipakai dalam perhitungan pengeluaran konsumsi rumah tangga adalah :
¬ Pengeluaran konsumsi rumah tangga yang terbatas pada wilayah domestik
suatu region. ¬
Pengeluaran konsumsi rumah tangga yang terbatas pada rumah-rumah penduduk suatu region.
Pengertian konsep pertama adalah pengeluaran oleh anggota rumah tangga disuatu region, tidak terkecuali oleh penduduk atau bukan penduduk region tersebut.
Jadi, dalam hal ini semua pengeluaran oleh rumah tangga staff kedutaan asing, staff perwakilan daerah, anggota militer dan lain-lain berada disuatu wilayah, serta
pengeluaran turis asing adalah pengeluaran konsumsi rumah tangga dalam wilayah domestik regional tersebut.
Candra P.Butar-Butar : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Kota Terhadap Pertumbuhan Ekonomi..., 2008 USU Repository © 2009
Pengertian yang kedua adalah pengeluaran konsumsi pemerintah dalam wilayah domestik dengan pembelian langsung oleh rumah tangga penduduk diluar
region, dikurangi dengan pengeluaran rumah tangga bukan penduduk yang dilakukan oleh wilayah tersebut. Konsep pengeluaran rumah tangga dalam komponen PDRB
adalah pengeluaran konsumsi rumah tangga penduduk.
2.5.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Konsumsi a. Faktor-Faktor Ekonomi
¬
Pendapatan Rumah Tangga household Income
Pendapatan rumah tangga sangat besar pengaruhnya terhadap tingkat konsumsi. Biasanya makin tinggi pendapatan , tingkat konsumsi makin tinggi. Karena
ketika tingkat pendapatan meningkat, kemampuan rumah tangga untuk membeli aneka kebutuhan konsumsi menjadi semakin tinggi.
¬
Kekayaan Rumah Tangga household wealth
Yang tercakup dalam kekayaan rumah tangga adalah kekayaan riil misalnya rumah, tanah, dan mobil dan finansial deposito berjangka, saham dan
surat - surat berharga . Kekayaan-kekayaan tersebut dapat meningkatkan konsumsi, karena menambah pendapatan disposibel. Misalnya bunga deposito yang diterima
tiap bulannya dan deviden yang diterima tiap tahunnya menambah pendapatan rumah tangga.
Candra P.Butar-Butar : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Kota Terhadap Pertumbuhan Ekonomi..., 2008 USU Repository © 2009
¬
Tingkat Bunga interest rate
Tingkat bunga yang tinggi dapat mengurangi konsumsi. Dengan tingkat bunga yang tinggi, maka biaya ekonomi dari kegiatan konsumsi akan semakin mahal.
Sedangkan bagi mereka yang meminjam kenaikan tingkat bunga akan mengurangi konsumsi. Tingkat bunga yang tinggi akan menyebabkan menyimpan uang di bank
terasa lebih menguntungkan ketimbang dikonsumsi. Jika tingkat bunga rendah yang terjadi adalah sebaliknya.
¬
Perkiraan Tentang Masa Depan household expectation about the future
Jika rumah tangga merasa masa depannya makin baik, mereka akan lebih leluasa untuk melakukan konsumsi. Karenanya pengeluaran konsumsi cenderung
meningkat. Jika rumah tangga memperkirakan masa depannya jelek, mereka pun akan menekan konsumsi.
b. Faktor-Faktor Non Ekonomi
Faktor-faktor non ekonomi yang paling berpengaruh terhadap besarnya konsumsi daerah adalah faktor sosial budaya masyarakat. Misalnya berubahnya pola
kebiasaan makan, perubahan etika dan tata nilai karena ingin meniru kelompok masyarakat lain yang dianggap lebih hebat.
2.5.4 Teori-Teori Konsumsi a. John Maynard Keynes
Faktor terpenting yang menentukan besarnya pengeluaran rumah tangga, baik perorangan maupun keseluruhan adalah pendapatan income = Y . Income Y
Candra P.Butar-Butar : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Kota Terhadap Pertumbuhan Ekonomi..., 2008 USU Repository © 2009
pada suatu waktu tertentu secara sederhana dapat digunakan untuk keperluan konsumsi consumption = C dan di tabung saving = S .
Secara matematis dituliskan :
Y = C + S
Pada saat tingkat income masyarakat sangat rendah pada umumnya pengeluaran rumah tangga lebih besar dari pendapatan, sehingga pengeluaran
konsumsi saat itu tidak hanya dibiayai oleh pendapatan saja tetapi juga menggunakan sumber-sumber lain seperti tabungan dari waktu sebelumnya, menjual harta rumah
tangga atau meminjam. Selanjutnya pada suatu tingkat income yang cukup tinggi, konsumsi rumah tangga akan sama besar dengan incomenya. Bila income meningkat
lagi, maka rumah tangga akan mengalami kondisi kelebihan income karena pada saat itu pengeluaran pemerintah lebih rendah dari incomenya. Pada saat itulah rumah
tangga dapat menabung kelebihan income yang tidak digunakan untuk konsumsi. Secara umum adanya pertambahan income
∆Y diimbangi masyarakat dengan menambah konsumsinya
∆C . Rasio perubahan terhadap perubahan income dikenal dengan kecenderungan mengkonsumsi marginal marginal propercity to
consume = MPC . Secara matematis ditulis :
MPC = ∆C∆Y
Kenaikan income pada umumnya diiringi dengan kenaikan konsumsi rumah
tangga, namun kecenderungan menunjukkan bahwa perubahan konsumsi tersebut
Candra P.Butar-Butar : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Kota Terhadap Pertumbuhan Ekonomi..., 2008 USU Repository © 2009
lebih kecil dibanding dengan perubahan incomenya sehingga 0 ≤ MPC ≤ 1 dan
terdapat selisih yang positif akan menjadi tabungan ∆S .
Secara matematis ditulis :
∆Y = ∆C + ∆S b. Teori Irving Fisher
Irving Fisher menganalisa bagaimana seorang konsumen yang rasional dan berpandangan kedepan membuat pilihan antara waktu yang berbeda intemporal
choice . Fisher menunjukkan kendala yang dihadapi konsumen dan bagaimana mereka memilih antara konsumsi dan tanbungan. Ketika seseorang memutuskan
berapa banyak pendapatan yang dikonsumsi dan berapa banyak yang akan ditabung, dia akan mempertimbangkan kondisi sekarang dan kondisi yang akan datang.
Semakin banyak dia konsumsi hari ini, maka semakin sedikit yang dia konsumsi dimasa yang akan datang.
Menurut Irving Fisher dan beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi :
1 The Intertemporal Budget Constraint
Salah satu alasan mengapa masyarakat mengkonsumsi lebih sedikit dari yang sebenarnya diinginkan adalah karena keterbatasan anggaran budget constraint .
Ketika mereka memutuskan berapa yang akan dikonsumsi saat ini dan berapa dimasa depan, mereka menghadapi apa yang disebut Intertemporal Budget Constraint.
Candra P.Butar-Butar : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Kota Terhadap Pertumbuhan Ekonomi..., 2008 USU Repository © 2009
Untuk penyederhanaan dianggap konsumen menghadapi dua 2 periode waktu. Pada periode pertama, tabungan sama dengan pendapatan dikurangi
konsumsi, sehingga :
S = Y
1
– C
1
Pada periode kedua, konsumsi sama dengan akumulasi tabungan, termasuk pendapatan bunganya ditambah dengan pendapatan pada periode kedua, sehingga :
C
2
= 1 + r S + Y
2
Dimana : S
= Tabungan Y
1
= Pendapatan pertama C
1
= Konsumsi pertama C
2
= Konsumsi kedua Y
2
= Pendapatan kedua r
= Suku bunga Jika konsumsi pertama lebih kecil dari pendapatan pertama , konsumen akan
menabung, sehingga nilai S lebih besar dari nol. Jika konsumsi pertama lebih besar dari pendapatan periode pertama, konsumen akan meminjam, sehingga nilai S lebih
kecil dari nol. Untuk mendapat kendala anggaran konsumen consumers budget cons Traint . Kedua persamaan diatas dapat dikombinasikan :
C
2
= 1 + r Y
1
- C
1
+ Y
2
Secara matematis dapat diperoleh :
1 + r C
1
+ C
2
= 1 + r Y
1
+ Y
2
C
1
+ C
2
1 + r = Y
1
+ Y
2
1 + r
Candra P.Butar-Butar : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Kota Terhadap Pertumbuhan Ekonomi..., 2008 USU Repository © 2009
Persamaan ini menghubungkan konsumsi pada dua periode. Jika suku bunga sama dengan nol, kendala anggaran menunjukkan bahwa total konsumsi pada dua
periode sama dengan total pendapatan pada dua periode. Pada umumnya suku bunga lebih besar dari nol, sehingga konsumsi dan pendapatan periode mendatang di diskon
dengan faktur 1 + r . Nilai diskonting ini berasal dari pendapatan bunga dan tabungan, karena konsumen mendapatkan bunga dari pendapatan saat ini yang
ditabung, maka pendapatan mendatang bernilai lebih kecil dari pada saat ini. Dan juga karena konsumsi mendatang dibayar dari tabungan, maka konsumsi mendatang
biayanya lebih kecil dari konsumsi saat ini. Faktur 11 + r adalah harga dari konsumsi kedua yang diukur dengan konsumsi periode pertama yang harus dikorbankan untuk
mendapat 1 unit tambahan konsumsi periode kedua.
C
2
Y
1
C
1
Y
2
K e n d a la A n g g a ra n
K o n s u m s i P e rio d e P e rta m a Kom
s u
ms i Periode
Kedu a
Gambar 2.2 Anggaran Konsumsi
Gambar diatas menunjukkan anggaran konsumen. Pada titik A, konsumen periode pertama sebesar Y
1
dan konsumsi pada periode kedua sebesar Y
2
, sehingga
Candra P.Butar-Butar : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Kota Terhadap Pertumbuhan Ekonomi..., 2008 USU Repository © 2009
tidak ada tabungan ataupun pinjaman pada kedua periode. Pada titik B, konsumen tidak mengkonsumsi pada periode pertama dan menabung seluruh pendapatannya,
sehingga konsumen pada periode kedua menjadi 1 + r Y
1
+ Y
2
. Pada titik C, konsumen sama sekali tidak melakukan konsumsi pada periode kedua, sehingga
konsumen pertama sebesar Y
1
+ Y
2
1 + r . Konsumen memilih kombinasi di bawah kendala anggaran karena dia tidak
menghabiskan seluruh pendapatan. Sepanjang konsumen rasional, dimana mereka lebih banyak menyukai konsumsi yang banyak dibanding konsumsi yang lebih sedikit
maka konsumen akan selalu memilih titik-titik pada garis kendala anggaran daripada dibawah garis anggaran.
2 Selera Konsumen
Selera konsumen mengenai konsumsi pertama dan konsumsi kedua ditunjukkan oleh kurva indiferen. Kurva indiferen menunjukkan kombinasi konsumsi
pertama dan kedua yang memberikan tingkat kepuasan yang sama pada konsumen kemiringan di setiap titik pada kurva indiferen menunjukkan tambahan konsumsi
periode kedua yang diperlukan jika konsumsi periode pertama dikurangi sebesar satu satuan. Kemiringan ini disebut tingkat konsumsi marjinal atau marginal rate of
substitution MRS . Nilai MRS menunjukkan jumlah konsumsi periode kedua yang ingin disubstitusi dengan konsumsi periode pertama.
Konsumen mendapat kebahagian yang sama pada setiap titik di kurva indiferen yang sama, tetapi konsumen menyukai kurva indiferen yang berbeda.
Semakin tinggi kurva indiferen semakin disukai oleh konsumen, kerena itu berarti
Candra P.Butar-Butar : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Kota Terhadap Pertumbuhan Ekonomi..., 2008 USU Repository © 2009
Candra P.Butar-Butar : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Kota Terhadap Pertumbuhan Ekonomi..., 2008 USU Repository © 2009
kombinasi konsumsi yang besar diperoleh konsumen semakin besar. Jadi konsumen lebih menyukai I
2
daripada I
1
.
3 Optimisasi
Untuk mendapatkan kebahagian yang maksimal, konsumen akan berusaha mencapai kurva indiferen yang setinggi-tingginya. Tetapi mereka dibatasi oleh
anggaran yang dimilikinya.
C
1
C
2
Kons umsi Ked
u a
Konsumsi Pertama I
1
I
2
I
3
Gambar 2.3 Kendala Anggaran Konsumsi
Gambar diatas menunjukkan bahwa beberapa kurva indiferen memotong garis kendala anggaran, kondisi optimum yaitu kombinasi kedua konsumsi pada kedua
periode dicapai pada titik 0 dimana garis kendala anggaran menyinggung kurva indiferen I
2
. Pada titik optimum, kemiringan kurva indiferen sama dengan kemiringan
garis anggaran. Kemiringan dari kurva indiferen sebesar MRS sedangkan kemiringan dari garis anggaran adalah 1 ditambah suku bunga riil. Sehingga pada titik 0 dapat
disimpulkan konsumen akan memilih kombinasi konsumsi pada kedua periode
sampai tercapai MRS sama dengan 1 ditambah suku bunga riil Teddy H, dkk, 2001 : 222 .
4 Pengaruh Perubahan Pendapatan Konsumen
Jika kendala anggaran semakin tinggi, berarti konsumen dapat mencapai kurva indiferen yang semakin tinggi pula. Dengan demikian konsumen dapat
memperoleh kombinasi konsumsi yang lebih besar pula dengan kenaikan pendapat.
5 Pengaruh Perubahan Suku Bunga Riil Pada Konsumen
Pengaruh perubahan suku bunga riil pada konsumen dapat dikelompokkan menjadi dua ; Pertama dalam hal konsumen adalah penabung dan kedua konsumen
adalah peminjam. Para ahli ekonomi membagi pengaruh kenaikan suku bunga riil ini kedalam dua bagian, yaitu efek pendapatan dan efek substitusi. Efek pendapatan
menunjukkan perubahan konsumsi karena beralih ke kurva indiferen yang lebih tinggi. Karena konsumen sebagai penabung, kenaikan suku bunga membuat
konsumen semakin makmur. Jika konsumsi periode pertama dan kedua ada barang normal, maka kenaikan kemakmuran akan digunakan untuk menaikkan konsumsi
pada kedua periode. Jadi efek pendapatan cenderung akan menaikkan konsumsi konsumen pada kedua periode.
Efek substitusi adalah perubahan konsumsi yang disebabkan oleh perubahan harga relatif dari konsumen pertama terhadap periode kedua. Jika suku bunga riil
naik, maka konsumen kedua menjadi relatif lebih murah dibandingkan konsumen pertama. Dengan demikian konsumen mengurangi konsumsi pertama dan menambah
Candra P.Butar-Butar : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Kota Terhadap Pertumbuhan Ekonomi..., 2008 USU Repository © 2009
konsumsi kedua. Jadi efek substitusi cenderung untuk menambah konsumsi kedua dan mengurangi konsumsi pertama.
6 Kendala Meminjam
constrain on borrowing
Model Fisher mengkonsumsi bahwa konsumen dapat meminjam dan menabung. Kemampuan untuk meminjam memungkinkan kondisi saat ini lebih besar
pada pendapatan saat ini. Ketidakmampuan untuk meminjam membatasi konsumsi tidak mampu melebihi pendapatannya. Kendala untuk meminjam dapat ditulis
sebagai :
C
1
≤ Y
1
Ketidaksamaan ini menunjukkan bahwa konsumsi periode satu kurang dari atau sama dengan pendapatan periode satu. Tambahan kendala ini pada konsumen
disebut borrowing constrain atau kadang-kadang disebut dengan liquidity constrain. Analisis tentang kendala meminjam menghasilkan kesimpulan bahwa terdapat
dua fungsi konsumsi, pada sebagian konsumen kendala meminjam tidak membatasi dan konsumsi tergantung pada nilai sekarang dari pendapatan sepanjang hidupnya
yaitu
r +
1 Y
+ Y
2 1
. Pada sebagian konsumen yang lain kendala meminjam membatasi dua fungsi konsumsinya C
1
+Y
1
. Jadi pada konsumen yang ingin meminjam tetapi tidak bisa, konsumsinya semata-mata ditentukan oleh pendapatannya saat ini.
2.6 Penyusunan Arah dan Kebijakan Umum APBD
Berkembangnya fungsi-fungsi pemerintah di daerah membuktikan bahwa pemerintah daerah untuk mendorong pembangunan semakin nyata, maka untuk
Candra P.Butar-Butar : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Kota Terhadap Pertumbuhan Ekonomi..., 2008 USU Repository © 2009
mendukung kegiatannya PEMDA perlu memupuk pembentukan modal, terutama dari pajak, retribusi dan pendapatan lainnya dengan merencanakan penggunaannya secara
sistematis menurut kebutuhannya. Perencanaan dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kategori, yaitu perencanaan
jangka panjang lima tahunan , perencanaan jangka menengah tiga tahunan , dan perencanaan jangka pendek satu tahunan . Penganggaran daerah termasuk kategori
perencanaan jangka pendek yang merupakan bagian dari perencanaan jangka menengah dan perencanaan jangka panjang. Penganggaran daerah terdiri atas :
formulir kebijakan anggaran budget policy formulation dan perencanaan operasional anggaran budget operation planning . Penyusunan arah kebijakan
umum APBD termasuk kategori formulasi kebijakan angaran berkaitan dengan analisa fiskal, sedang perencanaan operasional anggaran lebih ditekankan pada
alokasi sumber daya.
2.6.1 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD
Anggaran merupakan suatu alat perencanaan mengenai pengeluaran dan penerimaan pendapatan di masa yang akan datang, umumnya disusun satu tahun.
Disamping itu anggaran merupakan alat kontrol atau pengawasan terhadap baik pengeluaran maupun pendapatan di masa yang akan datang. Oleh karena itu, APBD
sangat penting kedudukannya baik secara yuridis maupun sebagai alat pengukuran yang sah, berhasil tidaknya pemerintah daerah menggunakan keuangan daerah untuk
digunakan menutupi biaya pemerintahan dan pembangunan daerah.
Candra P.Butar-Butar : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Kota Terhadap Pertumbuhan Ekonomi..., 2008 USU Repository © 2009
APBD sepatutnya disusun secara seimbang antara penerimaan dan pengeluaran. Sejarah dan pengalaman nasional maupun internasional menunjukkan
informasi yang kuat bahwa perbedaan elastisitas penerimaan dan pengeluaran atas penyerahan fungsi-fungsi pelayanan pada berbagai jenjang pemerintahan pada setiap
kasus akan segera mengarah pada munculnya kembali permasalahan ketimpangan vertikal atas kemampuan daerah untuk menutupi pembiayaan pembangunan baik
pemerintah propinsi maupun kabupatenkota. Secara normatif PP No. 105 tahun 2000 mengatur langkah-langkah
penyusunan APBD, yang selanjutnya dijabarkan dalam Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 29 tahun 2002 tentang pedoman Pengurusan, Pertanggungjawaban, dan
Pengawasan Keuangan Daerah serta Tata Cara Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah, dan Penyusunan
Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kep Mendagri No. 29 tahun 2002 .
Untuk melakukan penyusunan APBD perlu penetapan ide dasar yang senantiasa dituangkan dalam pembuatan strategi dan prioritas penyusunan APBD.
Dengan langkah dan upaya demikian diharapkan dapat tercipta suatu APBD yang memiliki watak demokrasi dengan landasan hukum yang baik. Prosedur penyusunan
APBD, perumusan strategi dan prioritas pembuatan APBD pada dasarnya menjadi wewenang dan tanggungjawab pihak pemerintah daerah eksekutif . Dalam
pelaksanaannya wewenang dan tanggung jawab ini dapat diserahkan kepada orang- orang kunci di instansi teknis yang ada di Pemerintah Daerah, di bawah koordinasi
Candra P.Butar-Butar : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Kota Terhadap Pertumbuhan Ekonomi..., 2008 USU Repository © 2009
SEKDA. Setelah arah dan kebijaksanaan umum APBD tersusun, Pemerintah Daerah menetapkan strategi dan prioritas pengelolaan dan menfokuskan pada identifikasi
kondisi yang ada, isu strategi, dan kecenderungan ke depan. Dalam tahapan penyusunan APBD, Pemerintah Daerah PEMDA berfungsi
sebagai penyusun rancangan APBD yang diusulkan kepada DPRD untuk mendapat persetujuan. Untuk itu, maka mulai dari penyusunan rancangan APBD, Pemerintah
Daerah harus benar-benar serius menumbuhkan rasa saling pengertian dan kepercayaan DPRD dalam menghadapi kendala-kendala yang juga sedang dan akan
dihadapi oleh Pemerintah Daerah. Penyusunan arah dan kebijakan umum APBD pada dasarnya merupakan
bagian dari upaya pencapaian visi, misi, tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam rencana strategi daerah. Tingkat pencapaian atau kinerja pelayanan yang di
rencanakan dalam satu tahun anggaran pada dasarnya merupakan tahapan dan perkembangan dari kinerja pelayanan yang diharapkan pada rencana jangka
menengah dan rencana jangka panjang.
2.6.2 Kriteria Penyusunan APBD
Arah dan kebijakan umum APBD dapat disusun berdasarkan kriteria sebagai berikut :
a Sesuai dengan visi, misi, tujuan, sasaran dan kebijakan yang ditetapkan
dalam Rencana Strategi Daerah dan dokumen perencanaan lainnya yang ditetapkan oleh daerah.
Candra P.Butar-Butar : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Kota Terhadap Pertumbuhan Ekonomi..., 2008 USU Repository © 2009
b Sesuai dengan aspirasi masyarakat yang berkembang dan mempertimbangkan
kondisi dan kemampuan daerah. c
Memuat arah yang diinginkan dan kebijakan umum yang disepakati sebagai pedoman penyusunan strategi dan prioritas APBD serta penyusunan
rancangan APBD dalam satu tahun anggaran. d
Disusun dan disepakati bersama antara DPRD dengan Pemerintah Daerah. e
Memberikan fleksibilitas untuk dijabarkan lebih lanjut dan memberi peluang untuk pengembangan kreativitas pelaksanaannya.
2.6.3 Mekanisme Penyusunan APBD
Dalam rangka menyiapkan Rancangan APBD, Pemerintah Daerah bersama- sama DPRD menyusun arah dan kebijakan umum APBD. Dasar penyusunan arah dan
kebijakan umum APBD adalah sebagai berikut : a
Arah dan kebijakan umum APBD pada dasarnya adalah rencana tahunan yang merupakan bagian dari rencana jangka menengah dan rencana jangka panjang
yang dimuat dalam Rencana Strategi Daerah atau dokumen perencanaan lainnya. Pemerintah Daerah dan DPRD menggunakan rencana strategi atau
dokumen perencanaan lainnya sebagai dasar penyusunan Arah dan Kebijakan Umum APBD.
b Untuk mengantisipasi adanya perubahan lingkungan, Pemerintah Daerah dan
DPRD perlu melakukan penjaringan aspirasi masyarakat untuk mengidentifikasi perkembangan kebutuhan dan keinginan masyarakat.
Candra P.Butar-Butar : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Kota Terhadap Pertumbuhan Ekonomi..., 2008 USU Repository © 2009
Penjaringan aspirasi masyarakat dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan, antara lain : dengan pendapatan, turun lapangan, kuesioner, dialog interaktif,
kotak saran, kotak pos, telpon bebas pulsa, website, inspeksi mendadak, dan media massa.
c Penjaringan aspirasi masyarakat dimaksudkan untuk memberi kesempatan
kepada masyarakt untuk berpartisipasi dan terlibat dalam proses penganggaran daerah. Partisipasi dan keterlibatan masyarakat dapat berupa
ide, pendapat, dan saran sebagai masukan yang bermanfaat dalam penganggaran daerah dimasa yang akan datang.
d Konsep awal arah dan kebijakan umum APBD dapat juga disusun
berdasarkan pokok-pokok pikiran DPRD. e
Disamping itu, penyusunan arah dan kebijakan umum APBD disetiap daerah harus memperhatikan pokok-pokok kebijkan pengelolaan Keuangan Daerah
dan Pemerintah Atasan. f
Pemerintah Daerah dan DPRD dapat melibatkan masyarakat pemerhati atau tenaga ahli untuk penyusunan konsep arah dan kebijakan umum APBD.
2.6.4 Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002
Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 29 Tahun 2002, tentang Pedoman Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah serta
Tata Cara Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata
Candra P.Butar-Butar : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Kota Terhadap Pertumbuhan Ekonomi..., 2008 USU Repository © 2009
Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah pada :
Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 : 1.
Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang,
termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut dalam kerangka Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah. 2.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, selanjutnya disingkat APBD, adalah suatu rencana keuangan daerah yang ditetapkan berdasarkan peraturan
daerah tentang APBD. 3.
Penerimaan Daerah adalah semua penerimaan kas daerah dalam periode tahun anggaran tertentu.
4. Pengeluaran Daerah adalah semua pengeluaran kas daerah dalam periode
tahun anggaran tertentu yang menjadi hak daerah 5.
Belanja Daerah adalah semua pengeluaran kas daerah dalam periode tahun anggaran tertentu yang menjadi beban daerah.
6. Pembiayaan adalah transaksi keuangan daerah yang dimaksudkan untuk
menutup selisih antara pendapatan daerah dan belanja daerah. Bab II Anggaran Pendapatan dan belanja Daerah APBD Pasal 2
1. Struktur APBD merupakan satu kesatuan yang terdiri dari Pendapatan Daerah,
Belanja Daerah, dan Pembiayaan.
Candra P.Butar-Butar : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Kota Terhadap Pertumbuhan Ekonomi..., 2008 USU Repository © 2009
2. Pendapatan Daerah sebagai mana dimaksud pada ayat 1 meliputi semua
penerimaan yang merupakan hak daerah dalam satu tahun anggaran yang akan menjadi penerimaan kas daerah.
3. Belanja daerah sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi semua
pengeluaran yang merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran yang akan menjadi pengeluaran kas daerah.
4. Pembiayaan sebagaimana dimaksud sebagai ayat 1 meliputi transaksi
keuangan untuk menutupi defisit atau untuk memanfaatkan surplus. 5.
Belanja Daerah sebagaimana dimaksud dalam ayat 3 terdiri dari bagian belanja aparatur daerah dan bagian belanja pelayanan publik.
6. Masing – masing bagian belanja sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dirinci
menurut kelompok belanja yang meliputi belanja administrasi umum, belanja operasi, dan pemeliharaan serta belanja modal.
Dalam era otonomi daerah, pengelolaan keuangan daerah atau APBD kini sepenuhnya merupakan hak dan wewenang PEMDA, walaupun ada sumber
pendapatan daerah dalam APBD yang berasal dari pemerintah pusat, seperti dana perimbangan dana bagi hasil, DAU, dan DAK . Hak dan wewenang yang dimaksud
tentu sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku.
Candra P.Butar-Butar : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Kota Terhadap Pertumbuhan Ekonomi..., 2008 USU Repository © 2009
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di kota Pematang Siantar. Dimana ruang lingkup penelitian ini menitikberatkan pada pengaruh Pengeluaran Pemerintah Kota terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Pematang Siantar periode 1984-2006. Pengeluaran pemerintah terbagi atas Pengeluaran Rutin dan Pengeluaran Pembangunan.
3.2 Jenis dan Sumber Data