BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sektor industri manufaktur merupakan sektor yang memberikan pengaruh cukup besar terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Namun,
meskipun sampai saat ini kontribusi sektor industri manufaktur terhadap PDB masih merupakan yang terbesar dibandingkan dengan sektor lainnya, krisis
ekonomi tahun 1997 masih menyisakan segelintir permasalahan yang membuat pertumbuhan sektor ini bergerak lambat, bahkan mengalami penurunan dari 5,9
di tahun 2005 menjadi 5,3 pada tahun 2006 Arifin, 2008:85. Krisis ekonomi juga mengakibatkan fluktuasi nilai tukar rupiah semakin sulit diprediksi sehingga
membuat pemerintah sering mengambil kebijakan peningkatan suku bunga yang mengakibatkan peningkatan biaya modal bagi perusahaan. Kenaikan biaya inilah
yang kemudian menyebabkan terganggunya manajemen investasi baik jangka pendek maupun jangka panjang di dalam perusahaan, yang berarti perusahaan
terancam mengalami penurunan nilai. Selain itu, era globalisasi yang identik dengan perdagangan bebas menjadikan persaingan bisnis antarperusahaan
menjadi sangat ketat. Industri bisnis saling berlomba-lomba untuk merebut pasar global demi memaksimalkan profit dan nilai perusahaan. Pada era globalisasi ini,
hanya perusahaan yang mampu memanfaatkan sumber-sumber ekonomi yang dimiliki secara efektif dan efisienlah yang dapat memenangkan persaingan
tersebut melalui berbagai strategi aktivitas bisnis yang berdaya saing.
Listyarini Widyaningrum : Hubungan Antara Leverage Keuangan Dengan Tingkat Aktivitas Investasi Perusahaan Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009
USU Repository © 2008
Menurut Wie 2006 dalam Arifin 2008:91, salah satu langah untuk menyelesaikan permasalahan tadi adalah dengan menjaga kebijakan yang
mendukung persaingan usaha yang sehat guna terciptanya alokasi sumber daya yang efektif dan efisien. Salah satu kebijakan yang dianggap paling penting
adalah kebijakan pendanaan. Kebijakan pendanaan merupakan salah satu kunci dalam menentukan
nilai perusahaan. Menurut teori struktur modal, kebijakan pendanaan dalam menentukan struktur modal bertujuan untuk mengoptimalkan nilai perusahaan,
karena nilai perusahaan merupakan cerminan dari kinerja aktivitas-aktivitas bisnis yaitu : kemampuan manajemen pendanaan dalam menentukan target
struktur modal akivitas pendanaan, kemampuan menejemen investasi dalam mengefektifkan penggunaan aktiva aktivitas investasi dan kemampuan
manajemen operasi dalam mengefisienkan proses produksi dan distribusi aktivitas operasi Sugihen, 2003 : 12. Kebijakan pendanaan yang baik akan
meningkatkan nilai perusahaan apabila manajemen perusahaan mampu menggunakan sumber-sumber ekonomi yang mereka miliki dengan efektif dan
efisien Jensen, 1986 ; 323-329 dalam Sugihen, 2003:12. Aktivitas bisnis lainnya yang cukup penting dalam menentukan nilai
perusahaan adalah aktivitas investasi. Aktivitas investasi merupakan kegiatan perencanaan dan pelaksanaan kebijakan investasi dengan tujuan mengupayakan
efektivitas dan efisiensi penggunaan aktiva perusahaan untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Aktivitas investasi juga memprediksi berapa modal yang
diperlukan oleh perusahaan dalam pemakaian dan penambahan aktiva perusahaan
Listyarini Widyaningrum : Hubungan Antara Leverage Keuangan Dengan Tingkat Aktivitas Investasi Perusahaan Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009
USU Repository © 2008
untuk kegiatan produksi. Semakin efisien penggunaan aktiva perusahaan, maka semakin baik kinerja perusahaan tersebut, sehingga nilai perusahaan menjadi
semakin baik. Dengan demikian, nilai perusahaan adalah cerminan dari kinerja keuangan yang berasal dari hasil aktivitas-aktivitas bisnis. Kemampuan
manajemen dalam menggunakan faktor produksi yang dimiliki aktivitas investasi dapat diukur melalui melalui rasio aktivitas, yang menggambarkan tingkat
efisiensi penggunaan sumber dayanya, diantaranya tingkat perputaran piutang, tingkat perputaran persediaan, tingkat perputaran aktiva tetap, dan tingkat
perputaran total aktiva. Salah satu alternatif kebijakan pendanaan adalah dengan leverage
keuangan pendanaan dengan utang. Penggunaan utang dalam sumber pendanaan mempunyai keuntungan, yaitu dapat mengurangi jumlah pembayaran
pajak karena beban bunga tetap yang ditimbulkan dari utang, berbeda dengan pembayaran deviden yang tidak dapat mengurangi pembayaran pajak. Di sisi
lain, penggunaan utang juga mempunyai kerugian karena timbulnya ancaman akan biaya keagenan dan kebangkrutan. Menurut teori pertukaran trade off
theory yang dikembangkan oleh Modigliani dan Miller MM tahun 1958, bila keuntungan pajak lebih besar dari biaya keagenan dan kebangkrutan, maka
sebaiknya perusahaan menggunakan utang untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Teori ini juga menyatakan bahwa nilai perusahaan akan meningkat
sejalan dengan penggunaan utang, selama posisi utang dalam struktur modal masih berada di bawah target struktur modal optimal. Karena menurut teori
Listyarini Widyaningrum : Hubungan Antara Leverage Keuangan Dengan Tingkat Aktivitas Investasi Perusahaan Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009
USU Repository © 2008
struktur modal, jika posisi struktur modal telah berada di atas target struktur modal, maka setiap pertambahan utang akan menurunkan nilai perusahaan.
Teori keagenan Agency Theory yang dikemukakan oleh Jensen pada tahun 1986 menekankan bahwa masalah keagenan yang timbul antara manajer
dan pemegang saham dalam memanfaatkan arus kas bebas dapat diatasi dengan peningkatan utang, dengan harapan persyaratan pelunasan utang yang ketat akan
membuat manajemen perusahaan lebih efisien dalam menggunakan faktor-faktor produksi milik perusahaan untuk memproduksi aktiva perusahaan. Jensen :1986
dalam Sugihen, 2003: 13. Pernyataan ini kemudian dikenal sebagai hipotesis arus kas bebas free cash flow hypothesis yang merupakan pengembangan dari
teori keagenan. Penggunaan utang sebagai sumber pendanaan tentunya dapat meningkatkan peluang manajemen perusahaan untuk melakukan berbagai
aktivitas perusahaan karena adanya tambahan kas bagi perusahaan yang dapat menimbulkan arus kas bebas. Berarti diduga peningkatan utang dapat membuat
perusahaan menjadi lebih efisien dalam menggunakan aktiva perusahaan.. Penelitian terdahulu mengenai hubungan antara struktur modal dengan
aktivitas investasi, produktivitas, kinerja keuangan dan nilai perusahaan menunjukan hasil yang beragam. Fillbeck Gorman 2001 menemukan
hubungan yang positif antara leverage dengan tingkat aktivitas investasi dan produktivitas aktiva. Hal ini berarti sejalan dengan hipotesis arus kas bebas yang
telah dijelaskan di atas. Namun hasil penelitian tersebut berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan di Indonesia oleh Manurung 2004 dan Sugihen
2003 yang menyatakan bahwa kebijakan utang leverage keuangan mempunyai
Listyarini Widyaningrum : Hubungan Antara Leverage Keuangan Dengan Tingkat Aktivitas Investasi Perusahaan Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009
USU Repository © 2008
pengaruh negatif terhadap aktivitas investasi perusahaan. Hal ini diperkirakan karena melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar saat krisis ekonomi tahun
1997. Uraian di atas melatarbelakangi penelitian ini, yaitu ingin melanjutkan
penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Manurung, dengan metode pengujian hipotesis yang berbeda untuk mengetahui apakah leverage keuangan mempunyai
hubungan yang signifikan terhadap tingkat aktivitas investasi perusahaan sejalan dengan hipotesis arus kas bebas dan teori pertukaran setelah satu dekade krisis
ekonomi berlalu di Indonesia. .
B. Perumusan Masalah