Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

Wiwin Azmi Harahap : Pelaksanaan Perlindungan Hukum Bagi Pemakai Jasa Biro Perjalanan Pada PT. Winaya Travel Setelah Berlakunya UU Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, 2008. USU Repository © 2009 10

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam sejarah perkembangan pola pemenuhan kebutuhan manusia yang saling interdependen, terdapat dua posisi yang saling berhadapan antara produsen dan konsumen. Pihak pembuat atau penghasil suatu barang disebut dengan produsen. Pihak yang membutuhkan sesuatu barang yang dihasilkan oleh produsen disebut konsumen. Baik produsen maupun konsumen berada dalam hubungan yang mutlak bersifat interdependen. Pembangunan dan perkembangan perekonomian umumnya dan khususnya di bidang kepariwisataan nasional telah menghasilkan berbagai variasi pemakai jasa biro perjalanan yang dapat berperan dan menikmati hasilnya secara adil sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan dan darma baktinya yang diberikan kepada bangsa dan negara melalui kegiatan usaha pariwisata. Kegiatan usaha kepariwisataan yang dilakukan oleh biro jasa tersebut jelas memberi dampak positif bagi perekonomian bangsa dimana dari kegiatan promosi yang dilakukan serta penyediaan jasa perencanaan perjalanan dapat menambah pendapatan negara dari pajak yang dikenakan dari produk yang dijual serta dapat membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat. Kegiatan – kegiatan usaha seperti ini sangat diharapkan dapat berkembang demi kemajuan negara. Di samping itu, Agar kondisi yang mendukung penyelenggaraan kepariwisataan itu dapat tercipta, Pemerintah, melaksanakan pembinaan dengan 1 Wiwin Azmi Harahap : Pelaksanaan Perlindungan Hukum Bagi Pemakai Jasa Biro Perjalanan Pada PT. Winaya Travel Setelah Berlakunya UU Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, 2008. USU Repository © 2009 11 cara pengaturan, pemberian bimbingan, pengawasan, dan pengendalian terhadap masyarakat maupun usaha pariwisata. Dalam hal pengaturan, disamping menetapkan aturan dan mengendalikan perizinan, juga melaksanakan dan menerapkan hukum yang berlaku di bidang kepariwisataan secara konsisten. Pelaksanaan bimbingan diarahkan agar peran serta masyarakat dan usaha pariwisata yang menjadi pelaku utama dalam penyelenggaraan kepariwisataan dapat digerakkan dan digalang menjadi kekuatan nasional. Kondisi yang sedemikian salah satu pihak mempunyai manfaat bagi konsumen karena kebutuhan konsumen akan pemakai jasa yang diinginkan dapat terpenuhi serta semakin terbuka lebar kebebasan untuk memilih aneka jenis dan kualitas jasa sesuai dengan keinginan dan kemampuan konsumen. Di sisi lain, kondisi dan fenomena tersebut di atas dapat mengakibatkan kedudukan pelaku usaha dan konsumen menjadi tidak seimbang dan konsumen berada pada posisi yang lemah. Konsumen menjadi objek aktivitas bisnis untuk meraup keuntungan yang sebesar-besarnya oleh pelaku usaha melalui kiat promosi, cara penjualan, serta penerapan perjanjian standart yang merugikan konsumen. Faktor utama yang menjadi kelemahan konsumen adalah tingkat kesadaran konsumen akan haknya masih rendah. Hal ini terutama disebabkan oleh rendahnya pendidikan konsumen. Konsumen tidak mengetahui seberapa jauh dan besar hak yang dimilikinya akan tetapi konsumen diharuskan untuk memenuhi kewajiban yang diberikan oleh pelaku usaha walaupun mungkin hal itu bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. Oleh karena itu, Undang- Wiwin Azmi Harahap : Pelaksanaan Perlindungan Hukum Bagi Pemakai Jasa Biro Perjalanan Pada PT. Winaya Travel Setelah Berlakunya UU Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, 2008. USU Repository © 2009 12 Undang Perlindungan Konsumen UUPK dimaksudkan menjadi landasan hukum yang kuat bagi pemerintah dan lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat untuk melakukan upaya pemberdayaan konsumen melalui pembinaan dan pendidikan konsumen. Masyarakat menyambut baik kehadiran Undang – Undang Perlindungan Konsumen selanjutnya ditulis UUPK sebagai upaya melindungi konsumen dan memberdayakan pelaku usaha. Apalagi salah satu prinsip dasar lahirnya undang- undang ini adalah adanya pemahaman bahwa untuk meningkatkan harkat dan martabat konsumen perlu meningkatkan kesadaran, pengetahuan, kepedulian, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk melindungi dirinya serta menumbuhkembangkan sikap pelaku usaha yang bertanggung jawab. Untuk mewujudkan harapan ini diperlukan perangkat perundang-undangan yang mampu mewujudkan keseimbangan perlindungan kepentingan konsumen dan pelaku usaha sehingga tercipta perekonomian yang sehat . materi muatan Undang – Undang Perlindungan Konsumen UUPK yang menyentuh dan berhubungan dengan masalah periklanan , yaitu : Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11, Pasal 12, Pasal 13, Pasal 17, Pasal 20. Upaya permberdayaan ini penting karena tidak mudah mengharapkan kesadaran pelaku usaha yang pada dasarnya prinsip ekonomi pelaku usaha adalah mendapat keuntungan yang semaksimal mungkin dengan modal seminimal mungkin. Prinsip ini sangat potensial merugikan kepentingan konsumen, baik secara langsung maupun tidak langsung. Wiwin Azmi Harahap : Pelaksanaan Perlindungan Hukum Bagi Pemakai Jasa Biro Perjalanan Pada PT. Winaya Travel Setelah Berlakunya UU Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, 2008. USU Repository © 2009 13 Atas dasar kondisi tersebut maka perlu upaya pemberdayaan konsumen melalui pembentukan undang-undang yang dapat melindungi kepentingan konsumen secara komprehensif serta dapat diterapkan secara efektif masyarakat. Piranti hukum yang melindungi konsumen tidak dimaksudkan untuk mematikan usaha para pelaku usaha, tetapi justru sebaliknya perlindungan konsumen dapat mendorong iklim berusaha yang sehat yang mendorong lahirnya perusahaan yang tangguh dalam menghadapi persaingan melalui penyediaan barang danatau jasa yang berkualitas. Jadi dengan sendirinya perubahan ke arah yang lebih baik akan terjadi bagi pelaku usaha dan jelas mempersempit ruang gerak bagi para pelaku usaha yang tidak memiliki itikad baik dalam menjalankan kegiatan usahanya. Undang-undang tentang perlindungan konsumen ini dirumuskan dengan mengacu pada filosofi pembangunan nasional bahwa pembangunan nasional termasuk pembangunan hukum yang memberikan perlindungan terhadap konsumen adalah dalam rangka membangunan manusia Indonesia seutuhnya yang berlandaskan pada falsafah kenegaraan republik Indonesia yaitu dasar negara Pancasila dan konstitusi negara Undang-undangan Dasar 1945. Konsep hukum perlindungan konsumen tidak hanya bersisi rumus-rumus tentang hak-hak dan kepentingan konsumen, tetapi juga hak-hak dan kepentingan- kepentingan barang dan jasa yang berimbang, proporsional, adil dan tidak diskriminatif. Seperti kita lihat dalam Undang-undang UU No. 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen sangat berarti dalam merumuskan hak dari pelaku usaha. Wiwin Azmi Harahap : Pelaksanaan Perlindungan Hukum Bagi Pemakai Jasa Biro Perjalanan Pada PT. Winaya Travel Setelah Berlakunya UU Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, 2008. USU Repository © 2009 14 Kelemahan konsumen semakin terasa di tengah semakin meningkatnya teknologi pemasaran. Pada situasi semacam itu, konsumen seringkali bingung menentukan pilihan karena tidak mengetahui bagaimana sebenarnya sistem kerja teknologi pemasaran dari pelaku usaha dan bagaimana sebab dan akibat yang ditimbulkan dari sistem tersebut. Kondisi demikian jelas merupakan faktor-faktor yang turut memperlemah para konsumen. Faktor-faktor ini dapat dimanfaatkan secara tidak wajar oleh pelaku jasa atau usaha. Jadi di sinilah diperlukan adanya rasa tanggung jawab terhadap perbuatan yang dilakukan yang ada kaitannya dengan hukum yang berlaku dimana agar tercapai keadilan bagi kedua belah pihak. Sehingga tidak hanya melihat dan mementingkan hak-haknya saja yang dipenuhi konsumen akan tetapi melaksanakan kewajibannya sepenuhnya terhadap konsumen pemakai jasa biro perjalanan. Dengan demikian dari keseluruhan dapatlah disimpulkan bahwa masih ada kekurangan perlindungan hukum bagi pemakai jasa biro perjalanan dan setelah berlakunya peraturan UU No. 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen yang telah cukup diadakan. Penyempurnaan bagi ketentuan perundang-undangan yang ada tentulah penting untuk terus dilakukan. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis memilih judul “Pelaksanaan Perlindungan Hukum Bagi Pemakai Jasa Biro Perjalanan pada PT. Winaya Travel Setelah Berlakunya UU No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. Study Kasus PT. Winaya Travel” Wiwin Azmi Harahap : Pelaksanaan Perlindungan Hukum Bagi Pemakai Jasa Biro Perjalanan Pada PT. Winaya Travel Setelah Berlakunya UU Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, 2008. USU Repository © 2009 15

B. Perumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Prosedur Mutasi Jabatan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Ditinjau Dari Persektif Hukum Administrasi Negara (Studi Kasus Dinas Pekerjaan Umum)

10 119 83

Tinjauan Yuridis Perlindungan Hukum Konsumen Terhadap Pelabelan Produk Pangan Berdasarkan Undang-Undang No. 8 Tahun 1999

5 129 137

Tanggung Jawab Apoteker Terhadap Konsumen Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

1 86 105

Perlindungan Konsumen Perumahan Terhadap Developer Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (Study Kasus : Zona Property Medan)

0 57 94

Perlindungan Nasabah Kartu Kredit Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

3 72 93

Perlindungan Konsumen Pemakai Jasa Internet Dalam Hal Kerahasiaan Informal

25 156 79

Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Mengkonsumsi Air Minum Depot Isi Ulang Di Kota Medan Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen dan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 Tentang Syarat-Sy

13 124 164

Perlindungan Konsumen Perumahan Terhadap Developer Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (Study Kasus : Zona Property Medan)

4 84 94

Pengoplosan Beras Dalam Perspektif Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

11 144 123

Tinjauan Yuridis Tentang Perlindungan Konsumen Oleh Pt Pos Indonesia Berkaitan Dengan Pengiriman Barang Menurut Undang-Undang No 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (Studi Kasus Di Pt Pos Indonesia Cabang Kabanjahe)

10 145 95