Pelaksanaan Tanggung Jawab Perlindungan Konsumen Pada PT.Winaya Travel

Wiwin Azmi Harahap : Pelaksanaan Perlindungan Hukum Bagi Pemakai Jasa Biro Perjalanan Pada PT. Winaya Travel Setelah Berlakunya UU Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, 2008. USU Repository © 2009 68 perjanjian yang mereka sepakati dengan klien merena atau akibat kelalaian penyedia jasa tersebut yang mengakibatkan terjadinya perbuatan melawan hukum. Adapun prinsip tanggung jawab yang dipakai dibidang Biro Jasa Perjalanan PT.Winaya Travel Medan lebih mengacu kepada tanggung jawab professional atau dikenal dengan professional liability atau legal liability. Tanggung jawab professional lebih mengarah kepada jasa profesi, misal para peyedia jasa profesi biro perjalanan tidak memenuhi perjanjian yang telah disepakati dengan klien atau akibat kelalaian penyedia jasa profesi mengakibatkan terjadinya perbuatan melawan hukum. Dapat disimpulkan oleh penulis bahwa prinsip tanggung jawab biro Jasa Perjalanan PT.Winaya Travel Medan terhadap konsumen mengacu kepada tanggung jawab proffesional liability, yakni bertanggung jawab sevatas profesinya atau perjanjian yang telah disepakati dengan konsumen pengguna jasa atau akibat kelalaian penyedia jasa profesi mengakibatkan terjadinya perbuatan melawan hukum.

2. Pelaksanaan Tanggung Jawab Perlindungan Konsumen Pada PT.Winaya Travel

Berbicara mengenai tanggung jawab, tidak akan terlepas siapa yang tanggung jawab atas sesuatu perbuatan-perbuatan kepada siapa perbuatan dapat dipertanggung jawabkan serta apakah setiap orang yang melakukan suatu perbuatan dimana akibat dari perbuatannya tersebut dapat menimbulkan kerugian bagi orang, dapat dipertanggung jawabkan oleh si pembuat. Wiwin Azmi Harahap : Pelaksanaan Perlindungan Hukum Bagi Pemakai Jasa Biro Perjalanan Pada PT. Winaya Travel Setelah Berlakunya UU Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, 2008. USU Repository © 2009 69 Tidak semua orang yang telah melakukan suatu perbuatan dimana akibat dari perbuatannya tersebut dapat dipertanggungjawabkan kepadanya. Misalnya seorang gila melakukan suatu perbuatan yang dapat mengakibatkan kerugian bagi orang lain, bahkan akibat dari perbuatan itu dapat menghilangkan nyawa orang lain. Terhadap orang gila tersebut, akibat dari perbuatan yang ia telah lakukan tidak dapat dipertanggungjawabkan kepadanya. Sebagaimana disebutkan dalam Pasal 44 ayat 1 KUH. Pidana yang menyebutkan bahwa barang siapa mengerjakan sesuatu perbuatan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kepadanya karena kurang sempurna akalnya atau karena sakit berubah akal tidak boleh dihukum. Hal tersebut adalah dapat diterima karena seorang yang gila dalam melakukan perbuatan, dia tidak menyadari akan akibat dari perbuatannya tersebut dan tidak akan pernah mau memikirkan resiko akibat dari perbuatan yang telah dilakukannya. Dan karena kurang sempurna akalnya itulah yang menyebabkan seseorang dianggap tidak cakap dalam melakukan suatu perbuatan hukum seperti untuk melakukan suatu perjanjian dengan pihak lain atau dalam perbuatan- perbuatan hukum lainnya. Bahkan tanggungjawab itu akan hapus meskipun seseorang telah melakukan perbuatan melanggar hukum sekalipun. Kalau dirinci secara lebih sederhana, maka tanggungjawab itu meliputi: 1. Tanggung jawab kontraktual atau tanggung jawab berdasarkan adanya suatu perjanjian yang dibuat oleh dua pihak atau lebih. Wiwin Azmi Harahap : Pelaksanaan Perlindungan Hukum Bagi Pemakai Jasa Biro Perjalanan Pada PT. Winaya Travel Setelah Berlakunya UU Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, 2008. USU Repository © 2009 70 2. Tanggung jawab perundang-undangan atau tanggung jawab berdasarkan adanya suatu perbuatan melanggar hukum. 24 Dalam hal tanggung jawab kontraktual atau tanggung jawab berdasarkan adanya suatu perjanjian, berarti bahwa dalam melakukan suatu kontrak atau perjanjian, sudah barang tentu ada yang bertanggung jawab atas sesuatu yang telah dibuat dalam perjanjian. Dalam perbuatan melanggar hukum atau tanggung jawab perundang- undangan, berarti tanggung jawab itu dipikul oleh orang yang melakukan suatu perbuatan yang melanggar hukum dimana akibat dari perbuatannya itu mengakibatkan kerugian bagi orang lain. Jadi akibat dari perbuatannya itulah yang menimbulkan adanya suatu tanggung jawab dimana tanggung jawab itu harus dipikul olehnya sendiri. Baik akibat dari perbuatan yang melanggar hukum tersebut dikehendakinya maupun tidak dikehendaki oleh si pembuat atau dalam arti karena kurang hati-hati atau kelalaiannya menyebabkan timbulnya perbuatan yang dapat menimbulkan kerugian bagi orang lain. Demikian pula halnya dengan tanggung jawab seorang produsen terhadap barang-barang produksinya. Produsen bertanggung jawab atas barang yang diproduksinya yang beredar di pasaran dan sampai ke tangan konsumen selaku pihak yang menggunakan atau memakai barang-barang produk dari produsen. Perlindungan Konsumen di Indonesia boleh dikatakan sudah menjadi sebuah sistem kemasyarakatan yang tidak dapat lepas dari berbagai hal, terutama sekali terlihat dari sudut hukum ekonomi. Sebagai salah satu objek ekonomi, 24 Siahaan, N.H.T, Hukum Konsumen Perlindungan Konsumen dan Tanggung Jawab Produk, Penerbit Pantai Rei, Jakarta, 2005. hal 52 Wiwin Azmi Harahap : Pelaksanaan Perlindungan Hukum Bagi Pemakai Jasa Biro Perjalanan Pada PT. Winaya Travel Setelah Berlakunya UU Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, 2008. USU Repository © 2009 71 masalah konsumen tidak luput dari masalah hak-hak dan kepentingannya yang bagaimana perlu mendapat perhatian terutama kaitannya dengan aspek-aspek pengelolaan produksi barang dan jasa. Kesejahraan perlindungan konsumen, baik nasional maupun dalam pola yang lebih globalis, perlu diketahui untuk mengacu pada tahap-tahap masa lalu guna lebih melangkah lebih bijak kearah depan, menciptakan budaya konsumen yang lebih baik. Kesadaran akan hak-hak dan kepentingan konsumen selalu digugah dengan menggalakkan prinsip hukum yang dikenal dengan caveat emptor atau let the buyer beware. Dengan asas ini maka para pembeli harus menyadari tentang hak-haknya bilamana seorang gagal dalam menegakkan hak-haknya, berarti karena kebodohan dan kesalahannya sendiri. 25 1. Menjalankan usaha jasa biro perjalanan wisata; Sesuai dengan akta pendirian berdasarkan Undang – Undang No.40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas Lembaran Negara Tahun 2007 No 106 tambahan Lembaran Negara No.4756 pada PT. Winaya Travel Medan yang memuat maksud dan tujuan pendirian Perseroan Terbatas Biro Perjalanan Wisata maka PT.Winaya Travel mempunyai ijin kegiatan usaha pelayanan konsumen meliputi dalam hal : 2. perencanaan dan pengemasan komponen – komponen perjalanan wisata, yang meliputi sarana wisata, objek wisata daya tarik wisata dan jasa 25 Sri Wahyuni Endang, Aspek Hukum Sertifikat dan Keterkaitannya dengan Perlindungan Konsumen, Penerbit Citra Adytia Bakti, Bandung, 2003, Hal 71 Wiwin Azmi Harahap : Pelaksanaan Perlindungan Hukum Bagi Pemakai Jasa Biro Perjalanan Pada PT. Winaya Travel Setelah Berlakunya UU Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, 2008. USU Repository © 2009 72 pariwisata lainnya terutama yang terdapat dalam wilayah Indonesia, dalam bentuk paket wisata; 3. Penyelenggaraan dan penjualan paket wisata dengan cara menyalurkan melalui agen perjalanan wisata dan atau menjualnya langsung kepada wisatawan ; 4. Pengurusan dokumen perjalanan, termasuk penjualan danatau penjualan tiket; 5. Penyediaan dan mengkordinasikan tenaga pramuwisata; 6. Penyediaan layanan pramuwisata yang berhubungan dengan paket wisata yang dijual, termasuk penyediaan layanan angkutan wisata; 7. Pemesanan akomodasi, restaurant, tempat konvensi dan tiket pertunjukan seni budaya; 8. penyelenggaraan perjalanan insentif. Dengan adanya dasar hukum pendirian perseroan di atas maka PT.Winaya Travel mempunyai hak melakukan kegiatan usahanya untuk melayani konsumen dan konsumen berhak mendapatkan pelayanan sesuai dengan apa yang diperjanjikan dan dapat juga menuntut haknya jika tidak terpenuhi melalui jalur hukum. Namun melihat dari pelaksanaan praktek yang ada kegiatan PT.Winaya Travel tidak hanya mencakup hal – hal di atas melainkan menjalankan kegiatan usaha lainnya seperti : ”Biro Jasa Penukaran Valuta asing money changer” Pada kegiatan usaha ini PT.Winaya Travel tidak tunduk kepada peraturan perdagangan valuta asing. Karena ijin biro jasa perjalanan tidak memuat ijin Wiwin Azmi Harahap : Pelaksanaan Perlindungan Hukum Bagi Pemakai Jasa Biro Perjalanan Pada PT. Winaya Travel Setelah Berlakunya UU Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, 2008. USU Repository © 2009 73 penukaran valuta asing. Ijin kegiatan usaha valuta asing memiliki dasar hukum berbeda dan terpisah dari ijin biro jasa perjalanan. Jadi pada pelaksanaan sehari – hari kegiatan usaha ini tidak mutlak mengacu kepada peraturan perdagangan valuta asing tetapi didasarkan pada adanya kata sepakat antara konsumen dan PT. Winaya Travel. jika perjanjian kata sepakat telah disetujui maka konsumen tidak dapat menuntut akan adanya perbedaankesalahan harga yang diberikan PT.Winaya Travel yang tidak sesuai dengan harga jual dan beli valuta asing yang berlaku sesuai dengan yang diumumkan pemerintah perhari. hal ini terjadi karena memang minimnya perusahaan valuta asing sehingga banyak konsumen mau tidak mau sepakat menukarkan uangValuta asingnya kepada biro jasa perjalanan dan mengikuti peraturan yang ada pada Biro jasa perjalanan. Dasar hukum bagi kewajiban pelaku usaha dalam hal ini biro jasa perjalanan PT.Winaya Travel untuk bertanggung jawab adalah Pasal 19 ayat 1 UUPK. Pasal ini mewajibkan pelaku usaha untuk memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran, dan atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang danatau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan. Adapun masalah tanggung jawab yang muncul dalam pelaksanaan kegiatan biro jasa perjalanan PT.Winaya Travel terhadap kepentingan konsumen adalah mengenai : 2. Adanya kesalahan pegisian itenerary rincian lembaran tiket. Dalam hal ini kesalahan pengisian baik tiket pesawat udara, kapal laut, maupun ferry tidak sesuai dengan yang dimintakan dan disepakati penumpang sebelum pengisian issued tiket menyangkut nama Wiwin Azmi Harahap : Pelaksanaan Perlindungan Hukum Bagi Pemakai Jasa Biro Perjalanan Pada PT. Winaya Travel Setelah Berlakunya UU Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, 2008. USU Repository © 2009 74 penumpang, waktu keberangkatan, maupun maskapai atau armada yang digunakan. Dalam hal ini konsumen dirugikan bukan karena kesalahannya, maka sesuai dengan Pasal 19 ayat 1 UUPK pihak PT.Winaya Travel berkewajiban penuh mengganti kerugian tiket sesuai dengan yang disepakati dan jika nantinya tidak tersedia lagi tiket untuk tanggal keberangkatan sesuai dengan yang diminta konsumen pada tiket pertama maka PT.Winaya Travel harus memberikan kompensasi atau pengalihan ke maskapai penerbanganarmada lain yang harus disetujui konsumenpenumpang. Mengenai harga tiket pengalihan lebih mahal dari harga tiket awal yang telah disepakati maka penambahan harga itu menjadi tanggung jawab PT.Winaya Travel. 3. Adanya tidak kesuaian rincian itenerary paket tour yang telah disepakati dan dibayar sebelum keberangkatan tour. Dalam permasalahan ini tidak kesesuaian rincian tour yang disepakati menyangkut : a. Tidak tersedianya akomodasi penginapanhotel sesuai dengan jumlah peserta tour atau tidak tersedianya kelas kamar sesuai yang telah disepakati melalui MoU memorandum of understanding antara pihak konsumen dengan PT.Winaya Travel. Padahal kesalahan ini bukan merupakan kesalahan dari PT.Winaya Travel karena PT.Winaya Travel sebelumnya telah memesanbooking dan mendeposit harga kamar sesuai yang dimintakan oleh konsumen kepada pihak pemilik penginapanhotel. Kesalahan ini disebabkan pihak hotel tidak menepati janjinya Wiwin Azmi Harahap : Pelaksanaan Perlindungan Hukum Bagi Pemakai Jasa Biro Perjalanan Pada PT. Winaya Travel Setelah Berlakunya UU Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, 2008. USU Repository © 2009 75 wanprestasi sesuai dengan ”contract rate” yang disepakati kepada pihak PT.Winaya Travel karena suatu hal tertentu. Maka terlepas dari permsalahan antara pihak travel dengan pihak hotel konsumen tidak mau menanggung dan resiko tanggung jawab yang pertama adalah dilakukan PT.Winaya Travel untuk mengalihkan tamunya ke hotel lain yang sesuai kelas bintang atau kelas kamarnya dan disetujui oleh peserta tourkonsumen. b. Kurangnya kapasitas transportasi yang digunakan saat tour mengunjungi objek wisata. Dalam masalah ini pihak Winaya Travel bertanggung jawab sesegera mungkin untuk menambah armada transport yang sesuai permintaaan peserta tour melalui pengirimin transportasi dari kantor atau jika hal ini terjadi di luar kemampuan pihak kantor untuk mengatasi baik karena lokasi objek wisata yang sangat jauh ataupun sebab lainya maka Pemandu wisatatour guide yang dikirim PT.Winaya Travel mengambil alih kebijakan untuk mencari transport alternatif di daerah tujuan wisata untuk digunakan. Selain permasalahan yang ada di atas terdapat suatu masalah besar dan sangat menarik perhatian dari banyak orang yaitu mengenai permasalahan kebangkrutan dan penarikan ijin operasi dari Pemerintah terhadap maskapay penerbangan, seperti contohnya PT.ADAM SKYCONECTION AIRLINES atau lebih dikenal dengan ”ADAM AIR” pada tanggal 19 maret 2008. Dimana ADAM AIR memiliki agent resmi lebih dari 50 anggota ASITA Assosiation Indonesian Travel Wiwin Azmi Harahap : Pelaksanaan Perlindungan Hukum Bagi Pemakai Jasa Biro Perjalanan Pada PT. Winaya Travel Setelah Berlakunya UU Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, 2008. USU Repository © 2009 76 Agency termasuk di dalamnya PT.WINAYA TRAVEL MEDAN dimana telah mendepositkan uang untuk tiketnya lebih dari 36juta dan belum dikembalikan oleh pihak Adam Air. Harusnya di sini pemerintah tidak mencabut ijin dan menyatakan pailitnya ”adam air” sebelum pihak adam air melaksanakan kewajibannya membayar ganti rugi ticket penumpang dan mengembalikan dana deposit yang disimpan oleh para travel agent di Indonesia. Masalah yang dihadapi oleh PT.WINAYA TRAVEL MEDAN bukan saja bahwa pihak Adam Air tidak akan mengembalikan deposit yang telah tersimpan di management adam air melainkan harus juga memperhatikan konsumen yang telah memakai jasanya mendistribusikan tiket adam air yang tidak dapat berangkat. PT.Winaya Travel tidak saja memproses reservasi dan penjualan ticket, tetapi juga melakukan reservasi terhadap hotel dan kebutuhan perjalanan khususnya bagi konsumen group yang akan melakukan perjalanan wisatatour dimana menggunakan ”adam air”, PT.Winaya Travel telah membayar untuk hotel dan seluruh kepentingan biaya ground handling seperti kendaraan dan restaurant peserta tournya harus dirugikan karena tiba – tiba adam air di cabut ijinnya sehingga batal terbang padahal tiket telah dibeli tetapi harus bertanggung jawab mencari dan membeli lagi ticket maskapay penerbangan alternatif lainnya untuk peserta tournya. Undang – Undang Perlindungan Konsumen No. 8 Tahun 1999 di mana menunjuk pada pasal 1 ketentuan umum bahwa tujuan dari perlindungan konsumen adalah meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk melindungi diri dan mengangkat harkat dan mertabat konsumen Wiwin Azmi Harahap : Pelaksanaan Perlindungan Hukum Bagi Pemakai Jasa Biro Perjalanan Pada PT. Winaya Travel Setelah Berlakunya UU Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, 2008. USU Repository © 2009 77 dengan cara menghindarkan dari akses negatif pemakaian barang danatau jasa, meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan dan menuntut haknya sebagai konsumen. Memperhatikan pasal tersebut di atas, bahwa pihak adam air telah merugikan para konsumen dan para konsumen berhak untuk melakukan penuntutan selanjutnya PT.Winaya Travel perlu turut melakukan perlindungan dan kepentingan terhadap suatu pelayan dan jasa yang di berikan oleh pihak maskapay penerbangan. Dari Pasal 4 menunjukkan hak konsumen atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang danatau jasa serta hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif dan hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan atau penggantian apabila barang danatau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya. Memperhatikan Pasal – pasal yang terdapat didalam Undang – Undang Perlindungan Konsumen tahun 1999 dimana jelas – jelas pihak adam air telah merugikan dan menelantarkan pihak konsumen yang membeli dan atau mempergunakan produk jasa yang dihasilkan oleh management adam air. Dengan memperhatikan hal tersebut di atas. Bahwa PT.Winaya Travel Medan sebagai pelaku usaha yang tunduk terhadap hukum perlindungan konsumen berkewajiban melindungi clientkonsumennya yang telah membeli produk yang mereka salurkan dengan cara membantu konsumen yang hanya membeli tiket tidak termasuk produk tour dalam hal permintaan pengembalian uang tiketrefund Wiwin Azmi Harahap : Pelaksanaan Perlindungan Hukum Bagi Pemakai Jasa Biro Perjalanan Pada PT. Winaya Travel Setelah Berlakunya UU Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, 2008.

Dokumen yang terkait

Prosedur Mutasi Jabatan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Ditinjau Dari Persektif Hukum Administrasi Negara (Studi Kasus Dinas Pekerjaan Umum)

10 119 83

Tinjauan Yuridis Perlindungan Hukum Konsumen Terhadap Pelabelan Produk Pangan Berdasarkan Undang-Undang No. 8 Tahun 1999

5 129 137

Tanggung Jawab Apoteker Terhadap Konsumen Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

1 86 105

Perlindungan Konsumen Perumahan Terhadap Developer Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (Study Kasus : Zona Property Medan)

0 57 94

Perlindungan Nasabah Kartu Kredit Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

3 72 93

Perlindungan Konsumen Pemakai Jasa Internet Dalam Hal Kerahasiaan Informal

25 156 79

Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Mengkonsumsi Air Minum Depot Isi Ulang Di Kota Medan Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen dan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 Tentang Syarat-Sy

13 124 164

Perlindungan Konsumen Perumahan Terhadap Developer Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (Study Kasus : Zona Property Medan)

4 84 94

Pengoplosan Beras Dalam Perspektif Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

11 144 123

Tinjauan Yuridis Tentang Perlindungan Konsumen Oleh Pt Pos Indonesia Berkaitan Dengan Pengiriman Barang Menurut Undang-Undang No 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (Studi Kasus Di Pt Pos Indonesia Cabang Kabanjahe)

10 145 95