Wiwin Azmi Harahap : Pelaksanaan Perlindungan Hukum Bagi Pemakai Jasa Biro Perjalanan Pada PT. Winaya Travel Setelah Berlakunya UU Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, 2008.
USU Repository © 2009
37
Dalam upaya melindungi kepentingan dan hak – hak konsumen serta pelaku usaha maka undang – undang perlindungan konsumen mengatur hak serta
kewajiban konsumen dan pelaku usaha secara terperinci. Salah satu perwujudtan dan tanggung jawab pelaku usaha terhadap konsumen adalah dengan pelaksanaan
kewajibannya dengan itikad baik.
E. Aspek Hukum Perlindungan Konsumen
Konsumen diartikan, adalah setiap orang pemakai barang danatau jasa yang tersedia dalam masyarakat baik kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain
maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Untuk pengertian perlindungan konsumen sendiri, dalam Undang-undang
Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen pada Pasal 1 angka 1 menyebutkan bahwa “perlindungan konsumen adalah segala upaya yang
menjamin adanya kepastian hukum untuk memberikan perlindungan kepada konsumen”.
Sebagaimana pengertian konsumen dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 yang menyebutkan konsumen adalah setiap orang pemakai barang
danatau jasa, maka yang menjadi objek dari konsumen adalah barang danatau jasa. Dalam Pasal 1 angka 4, Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 menegaskan
bahwa yang dimaksud dengan barang adalah “setiap benda baik berwujud maupun tidak berwujud, baik bergerak maupun tidak bergerak, dapat dihabiskan maupun
9
Syawal Husni, Hukum Perlindungan Konsumen, Mandor Maju, Bandung, 2002, hal. 103
Wiwin Azmi Harahap : Pelaksanaan Perlindungan Hukum Bagi Pemakai Jasa Biro Perjalanan Pada PT. Winaya Travel Setelah Berlakunya UU Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, 2008.
USU Repository © 2009
38
tidak dapat dihabiskan, yang dapat diperdagangkan, dipakai, dipergunakan, atau dimanfaatkan oleh konsumen”.
Barang merupakan hasil produksi dari produsen atau pengusaha, dalam Undang- undang Nomor 8 Tahun 1999 kepada pihak yang memproduksi barang ini disebut
dengan pelaku usaha. Rumusan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen terhadap pelaku usaha mempunyai pengertian yang luas menurut Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani bahwa tidak hanya para produsen pabrik yang
harus menghasilkan barang danatau jasa yang tunduk pada undang-undang ini, melainkan juga para rekanan, termasuk para agen, distributor serta jaringan-
jaringan yang melaksanakan fungsi pendistribusian dan penawaran barang danatau jasa kepada masyarakat luas selaku pemakai danatau pengguna barang
danatau jasa. Perlindungan konsumen merupakan masalah kepentingan manusia, oleh
karenanya menjadi harapan bagi semua bangsa di dunia untuk dapat mewujudkannya . Mewujudkan perlindungan konsumen adalah mewujudkan
hubungan berbagai dimensi yang satu sama lain mempunyai keterkaitan yang sangat erat dan saling ketergantungan antara konsumen, pengusaha dan
pemerintah. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
telah memberikan kekuatan hukum bahwa konsumen mempunyai kedudukan yang sama dengan pelaku usaha, karena sebelum ditetapkannya undang-undang
Wiwin Azmi Harahap : Pelaksanaan Perlindungan Hukum Bagi Pemakai Jasa Biro Perjalanan Pada PT. Winaya Travel Setelah Berlakunya UU Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, 2008.
USU Repository © 2009
39
ini kedudukan konsumen lebih lemah dibandingkan dengan kedudukan pelaku usaha.
Dalam Pasal 4 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen menyebutkan pada huruf a bahwa konsumen mempunyai
hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan atau jasa. Artinya bahwa setiap konsumen itu punya hak-hak yang sepatutnya
ia dapatkan dari suatu barangjasa yang dikonsumsinya. Salah satu hak yang diutamakan dalam konsumen adalah hak untuk
memilih barang serta mendapatkan barang-barang tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan, bahwa hak untuk itu adalah hak
pokok dari konsumen, dan hal yang demikian diatur dalam Bab III Hak dan Kewajiban Konsumen Pasal 4 huruf b.
Selanjutnya dalam Pasal 4 huruf c ditegaskan bahwa konsumen punya hak atas informasi barang yang benar dan jelas dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan atas barang danatau jasa yang dibelinya. Ketentuan ini dilanjutkan dengan ketentuan Pasal 7 huruf a bahwa pelaku usaha berkewajiban untuk
beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya, kemudian dilanjutkan dengan huruf b, bahwa kewajiban dari pelaku usaha untuk memberikan informasi yang
benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang danatau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan, dan pemeliharaan. Jadi antara
kepentingan konsumen berhadapan dengan kewajiban dari pelaku usaha.
Wiwin Azmi Harahap : Pelaksanaan Perlindungan Hukum Bagi Pemakai Jasa Biro Perjalanan Pada PT. Winaya Travel Setelah Berlakunya UU Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, 2008.
USU Repository © 2009
40
Definisi ini sesuai dengan pengertian bahhwa konsumen adalah end user pengguna terakhir, tanpa si konsumen merupakan pembeli dari baranng danatau
jasa tersebut. Hukum konsumen belum dikenal sebagaimana kita mengenal cabang
hukum pidana, hukum perdata, hukum adaministrasi, hukum internasional, hukum adat dan berbagai cabang hukum lainnya. Dalam hal ini juga belum ada
kesepakatan hukum konsumen terletak dalam cabang hukum yang mana.. Hal ini dikarenakan kajian masalah hukum konsumen tersebar dalam berbagai lingkungan
hukum antara lain perdata, pidana, administrasi, dan konvensi internasional.
10
Prof. Mochtar Kusumaatmadja, memberikan batasan hukum konsumen yaitu:
“Keseluruhan kaidah-kaidah dan asas-asas yang mengatur hubungan dan masalah anatara berbagai pihak berkaitan dengan dengan barang dan atau
jasa konsumen satu sama lain, di dalam pergaulan hidup”.
Hukum perlindungan konsumen merupakan bagian dari hukum konsumen dan menemukan kaidah hukum konsumen dalam berbagai peraturan perundangan
yang berlaku di Indonesia tidaklah mudah, hal ini dikarenakan tidak dipakainya istilah konsumen dalam peraturan perundan-undangangan tersebut walaupun
ditemukan sebagian dari subyek-subyek hukum yang memenuhi kriteria konsumen.
10
Sudaryatmo, Hukum dan Advokasi Konsumen, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1999, hal 73
Wiwin Azmi Harahap : Pelaksanaan Perlindungan Hukum Bagi Pemakai Jasa Biro Perjalanan Pada PT. Winaya Travel Setelah Berlakunya UU Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, 2008.
USU Repository © 2009
41
F. Tanggung Jawab Pelaku Usaha