Wiwin Azmi Harahap : Pelaksanaan Perlindungan Hukum Bagi Pemakai Jasa Biro Perjalanan Pada PT. Winaya Travel Setelah Berlakunya UU Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, 2008.
USU Repository © 2009
60
dengan piket perjalanan wisata yang bersifat seasonal atau musiman karena konsumen hanya membutuhkannya pada waktu musim liburan.
21
Memperhatikan terminologi dimana biro perjalanan tidak mengenal kata konsumen, kata konsumen di biro perjalanan adalah client, custumer, penumpang,
passenger, hotel guest dan peserta tour, dengan terminologi tersebut maka biro perjalanan wisatatravel agent berkewajiban untuk membela dan melindungi
client yang telah melakukan transaksi di biro perjalanan. Dengan kejadian Adam Air maka pihak biro perjalanan perlu turut memperhatikan dan melindungi
kepentingan clientnya yang dirugikan dari akibat suatu kegiatan yang berhubungan dengan produk yang didistribusikan dari suatu biro perjalanan yang
mengakibatkan clientnya yang mengalami kerugian dari pihak maskapai dan atau dari supply tourism product. Karena biro perjalanan berlaku sebagai in direct
provider terhadap traveler. Adapun kerugian yang ditimbulkan tidak saja disebabkan masalah tidak dapat berangkat melainkan masa liburan yang
direncanakan tidak terlaksana, kerugian tersebut.
22
Terlihat ketidakseimbangan produsenpenjual dengan konsumen. Salah satu penyebabnya, konsumen sangat digandrungi berbagai tawaran produk barang
yang menggiurkan di pasaran yang menjanjikan keuntungan besar bagi konsumen yang memilih atau mempergunakan produk tersebut, sehingga tak sempat lagi
C. Upaya Perlindungan Hukum Bagi Konsumen pemakai jasa biro perjalanan
21
M. Kesrul, Penyelengaraan Operasi Perjalanan Wisata, Penerbit PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, 2003, hal 88
22
Oka A. Yoeti, Psikology Pelayanan Wisata, penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1999, hal 71
Wiwin Azmi Harahap : Pelaksanaan Perlindungan Hukum Bagi Pemakai Jasa Biro Perjalanan Pada PT. Winaya Travel Setelah Berlakunya UU Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, 2008.
USU Repository © 2009
61
memperhatikan mutu, masa daluarsa serta efek dari pemakaian barangproduk tersebut.
Selain dari berbagai hal atau efek negative yang tidak diperhatikan oleh konsumen dari pemakaian produk ada hal lain yang sebenarnya menjadi dasar
agar terhindar dari efek negative yang merugikan konsumen tersebut yaitu pengetahuan dasar yang rendaheducation dari produk yang dipakaidigunakan
tersebut. Upaya – upaya memperkuat pemberdayaan konsumen mengatur berbagai
hal tentang tanggungjawab pelaku usaha adalah ; Letak product liability dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen UUPK. Kedudukan tanggungjawab
perlu diperhatikan karena mempersoalkan kepentingan konsumen harus disertai pula analisis mengenai siapa yang semestinya dibebani tanggungjawab dan
sampai batas mana pertanggungjawaban itu dibebankan padanya. Seperti diketahui berlaku prinsip hukum bahwa setiap orang yang
melakukan suatu akibat kerugian bagi orang lain, harus memikul tanggungjawab yang diperbuatnya. Setiap orang mengalami kerugian, berhak mengajukan
tuntutan kompensasiganti rugi pada pihak yang melakukan perbuatan itu. Selanjutnya dalam upaya mempergunakan haknya dalam mengajukan
tuntutan atas kerugian yang dideritanya, konsumen dapat menempuh jalur hukum. Proses penyelesaian sengketa konsumen ini dalam UUPK di atur dalam Bab X
yang terdiri dari empat4 Pasal, yang dimulai dari Pasal 45 sampai dengan Pasal 48. berdasarkan Pasal 45 ayat 2 UUPK penyelesaian sengketa konsumen dapat
Wiwin Azmi Harahap : Pelaksanaan Perlindungan Hukum Bagi Pemakai Jasa Biro Perjalanan Pada PT. Winaya Travel Setelah Berlakunya UU Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, 2008.
USU Repository © 2009
62
dilakukan degan dua cara yaitu diselesaikan di luar Pengadilannon litigasi atau diselesaikan melalui jalur Pengadilanlitigasi.
D. Para Pihak Yang Terkait Dalam Bisnis Biro Jasa Perjalanan a. Biro jasa perjalanan atau travel agent
Yaitu pihak badan usaha atau badan hukum yang mana dikatakan sebagai distributor atau penjual produk dimana saat biro jasa
perjalanan bertindak menjual produk dari produsen. Seperti halnya dalam menjual tiket pesawat udara dari maskapai penerbangan atau
begitu juga saat menjual produk dari pihak hotel. Biro jasa dapat juga dikatakan sebagai produsen dimana saat biro jasa perjalanan
membuat suatu paket wisata yang telah tersusun dengan berbagai rincian tempat wisata beserta akomodasinya dan pemilihan transportasi yang
digunakan. b. Penumpang, tamu, client, custumer atau peserta tour
Yaitu pihak yang mana disebut sebagai konsumen karena telah memakai atau mengunakan jasa atau produk yang telah diberikan
atau disediakan oleh biro jasa perjalanan. c. Maskapai penerbanganairlines, PELNI, Hotel, Restoran, dan Pemilik
tempat wisatasupply tourism product yaitu pihak yang dapat dikatakan sebagai produsen sebenarnya karena
disini merekalah yang membuat produk untuk dipasarkan kepada konsumen, pihak produsen ini memerlukan bantuan biro jasa perjalanan
Wiwin Azmi Harahap : Pelaksanaan Perlindungan Hukum Bagi Pemakai Jasa Biro Perjalanan Pada PT. Winaya Travel Setelah Berlakunya UU Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, 2008.
USU Repository © 2009
63
dengan menjalin kerja sama untuk dapat memasarkan produk mereka kepada konsumen. Dilihat dari hal ini maka pihak konsumen mau tidak
harus mengikuti peraturan perjanjian yang antara pihak biro jasa perjalanan dan pihak produsen awal seperti maskapai penerbangan.
Wiwin Azmi Harahap : Pelaksanaan Perlindungan Hukum Bagi Pemakai Jasa Biro Perjalanan Pada PT. Winaya Travel Setelah Berlakunya UU Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, 2008.
USU Repository © 2009
64
BAB IV PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMAKAI JASA