Fenomena kinerja responden sesuai uraian di atas merupakan suatu masalah manajemen sumber daya manusia yang serius, dan cenderung tidak berdiri sendiri.
Artinya, fenomena kinerja tersebut dipengaruhi oleh berbagai aspek kondisi organisasi rumah sakit tempat mereka bekerja.
Penelitian ini akan membahas tentang fenomena determinan kinerja responden, khususnya pengaruh kompetensi dan iklim kerja terhadap kinerja
organisasi
5.2. Pengaruh Kompetensi Terhadap Kinerja Responden
Pengaruh kompetensi dalam pembahasan ini akan membahas beberapa sub komponen dari variabel kompetensi sesuai dengan hasil yang telah diperoleh antara
lain pendidikan formal, pengetahuan, penguasaan pada tugas, keterampilan teknis dan disiplin kerja.
5.2.1. Pengaruh Pendidikan Formal Terhadap Kinerja Responden
Hasil uji regresi ganda, menunjukkan bahwa secara parsial aspek pendidikan formal mempunyai pengaruh terhadap kinerja responden dengan taraf signifikansi
sebesar 0,05; dan kontribusi aspek pendidikan formal terhadap terjadinya tingakat kinerja responden sebesar nilai B 0,45.
Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan formal yang lebih tinggi biasanya memiliki tingkat pemahaman kerja yang lebih baik. Dan ini tentunya akan
berpengaruh kepada kinerjanya. Seorang staf yang tingkat pendidikannya lebih tinggi tingkat analisis kerjanya biasanya akan lebih baik bila dibandingkan dengan
56
Djamaluddin Sambas : Pengaruh kompetensi dan iklim kerja terhadap kinerja staf di unit penunjang Medik rumah sakit umum pusat H. Adam malik Medan, 2008.
USU Repository©2008
pendidikan yang lebih rendah. Dalam penelitian ini tingginya tingkat pendidikan formal memang sangat dibutuhkan untuk mendukung kinerja para staf.
Pendidikan formal yang memang diperoleh dari hasil usaha seseorang dalam memperoleh ilmu pengetahuan di bangku sekolah akan menunjang kemamapuan
berfikir kreatif dan analitik pada dirinya. Apalagi bila pendidikan formal dikombinasikan dengan pengalaman yang diperolehnya sesuai dengan bidang
tugasnya. Suprihanto 2000 menyatakan, pendidikan formal dapat memberi
kesempatan berprestasi yang lebih baik pada diri seorang pekerja. Pendapat lain yang dikemukakan Rakhmat 2004, salah satu faktor situasional yang mempengaruhi
perilaku adalah faktor-faktor sosial yang di dalamnya adalah kecerdasan yang diperoleh melalui pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang,maka
dasar individu itu akan semakin kuat dalam mengumpulkan pengetahuan- pengetahuan dan menjadi satu koloni untuk membentuk kecerdasan. Pendapat ini di
dukung oleh Darma 2005, bahwa faktor-faktor karakteristik individu yang mempengaruhi kinerja salah satunya meliputi pendidikan formal.
5.2.2. Pengaruh Pengetahuan Terhadap Kinerja Responden
Hasil uji regresi ganda, menunjukan bahwa secara parsial aspek pengetahuan mempunyai pengaruh terhadap kinerja responden dengan taraf signifikansi sebesar
0,01; dan kontribusi aspek Pengetahuan terhadap terjadinya tingakat kinerja responden sebesar nilai B 0,54.
Djamaluddin Sambas : Pengaruh kompetensi dan iklim kerja terhadap kinerja staf di unit penunjang Medik rumah sakit umum pusat H. Adam malik Medan, 2008.
USU Repository©2008
Pengetahuan tentang tugas merupakan domain yang sangat penting bagi setiap staf untuk memberikan pelayanan kepada pasien. Pengetahuan yang baik tentang
tugas di dalam diri seorang staf cenderung akan meningkatkan kualitas pekerjaannya. Bagi seorang staf peningkatan pengetahuan dapat diperoleh melalui
pendidikan dan pelatihan sesuai dengan profesinya, disamping itu dengan majunya ilmu pengetahuan dan teknologi dapat dijadikan media dalam menimba pengetahuan
tentang ilmu-ilmu yang berkembang di dunia luar sehingga staf dapat menyelesaikan tugas-tugasnya dan mampu berinovasi melalui ilmu yang dimilikinya serta mampu
menyelesaikan masalah melalui pemikiran dalam setiap pemecahan masalah. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa pengetahuan staf di unit
penunjang medik dalam melaksanakan pekerjaannya pada umumnya dikategorikan baik. Hasil pengisian kuesioner tentang pengetahuan menunjukkan bahwa para staf
mampu menyelesaikan permasalahan dalam pekerjaan sesuai dengan pengetahuan yang mereka miliki dan berusaha berinovasi dalam setiap pekerjaannya.
Hasil lain dari pengisian kuesioner juga menunjukkan bahwa para staf memiliki pengetahuan lebih baik dibanding staf yang belum pernah mendapat pelatihan tentang
bidang tugasnya. Kenyataan ini menjadi bagian penting dari hasil penelitian tentang beberapa hal penting yang harus menjadi perhatian pihak manajemen untuk
meningkatkan pengetahuan para stafnya. Pengaruh variabel pengetahuan terhadap kinerja, sesuai dengan pendapat
Gibson 1988 yang mengatakan bahwa pengetahuan merupakan pemahaman lisan seseorang pegawai tentang apa yang dia ketahui dari pengalaman dan proses belajar.
Djamaluddin Sambas : Pengaruh kompetensi dan iklim kerja terhadap kinerja staf di unit penunjang Medik rumah sakit umum pusat H. Adam malik Medan, 2008.
USU Repository©2008
Apabila pegawai tersebut memiliki pengetahuan yang baik tentang pekerjaannya, maka dia akan dapat menyelesaikan pekerjaan tersebut dengan baik, dan demikian
sebaliknya. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pitoyo
2000, yang membuktikan bahwa terdapat hubungan kemampuan pengetahuan dan keterampilan dengan kinerja staf, juga sinergis dengan penelitian Purba 2005 di
Pontianak yang membuktikan bahwa tingkat pengetahuan petugas Puskesmas berhubungan dengan kinerjanya. Kristiani 2006, juga membuktikan bahwa terdapat
hubungan faktor individu pengetahuan dengan kinerja petugas vaksinasi di Kabupaten Aceh Timur.
5.2.3. Pengaruh Penguasaan Tugas Terhadap Kinerja Responden