Hubungan Antara Harapan Akan Self-Efficacy Klien Gagal Ginjal Kronik

Jika seseorang percaya bahwa mereka mampu melakukan sesuatu secara efektif dengan stresor yang ada, mereka tidak akan terganggu. Tapi jika mereka percaya mereka tidak mampu mengendalikan keadaan, mereka akan terkena distres, individu tidak mampu menggunakan koping secara maksimal dan melihat dunia sebagai sesuatu yang mengancam. Beberapa literatur menegaskan bahwa self-efficacy memiliki pengaruh pada sikap Bandura, 1997. Dalam teori Bandura, self-efficacy didefinisikan sebagai kepercayaan diri seseorang yang mampu menunjukkkan perawatan diri yang baik untuk menghasilkan sesuatu yang diinginkan. Lev Owen, 1996, Bandura, 1997 dalam Tsay, 2003 Adanya hubungan antara self-efficacy dengan mekanisme koping sesuai dengan pernyataan Nevid 2005 yang menyatakan individu dapat mengelola stres dengan lebih baik, termasuk stres karena penyakit, apabila individu percaya diri dan yakin bahwa ia mampu mengatasi stres memiliki harapan yang tinggi. Apabila kepercayaan diri atau self-efficacy untuk masalah ini meningkat, maka tingkat hormon stres menurun. Oleh karena self-efficacy berkaitan dengan rendahnya sekresi catecholamines, maka orang yang merasa yakin bahwa mereka bisa mengatasi masalah akan lebih rendah tingkat kegelisahannya. Dengan hasil penelitian yang menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara harapan akan self-efficacy klien GGK yang menjalani terapi hemodialisis dengan mekanisme koping kemungkinan disebabkan karena harapan akan self- efficacy klien merupakan faktor predisposisi seseorang menggunakan mekanisme koping yang adaptif, maka klien GGK yang menjalani terapi hemodialisis yang percaya bahwa dirinya mampu mengatasi stres cenderung akan menggunakan mekanisme koping yang adaptif. G. Hubungan Antara Optimisme Klien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Terapi Hemodialisis dengan Mekanisme Koping Pada penelitian ini diketahui sebagian besar klien GGK yang menjalani terapi hemodialisis memiliki pikiran yang optimis. Berdasarkan hasil uji statistik di dapatkan P value 0.05 yaitu sebesar 0.813 dapat disimpulkan secara statistik belum cukup bukti untuk menyatakan adanya hubungan antara optimisme klien GGK yang menjalani terapi hemodialisis dengan mekanisme koping. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gill dkk 1990 yang dikutip oleh Nevid 2005, bahwa ada hubungan antara optimisme dengan kesehatan yang lebih baik, misalnya pasien yang mempunyai pikiran lebih pesimis selama masa sakitnya akan lebih menderita dan mengalami distres. Namun pada hasil penelitian klien yang paling banyak menggunakan mekanisme koping maladaptif adalah klien yang memiliki pikiran yang pesimis sebanyak 47.2. Klien yang mempunyai pikiran pesimis selama masa sakitnya akan lebih menderita dan mengalami distres Gil dkk, 1990 dalam Nevid, 2005 Pikiran yang optimis dapat menghadapi suatu masalah lebih efektif dibanding pikiran yang pesimis berdasarkan cara individu melihat suatu ancaman. Pikiran yang optimis dapat membuat keadaan yang stresful sebagai sesuatu hal yang harus dihadapi dan diselesaikan, oleh karena itu, individu lebih akan memilih menyelesaikan dan menghadapi masalah yang ada dibandingkan dengan individu yang mempunyai pikiran yang pesimis. Matthews, Ellyn E Cook, Paul F, 2008 Optimisme mempengaruhi bagaimana individu melihat dunia dan sikap mereka dalam menghadapinya, ini merupakan faktor yang mempengarui perilaku koping, dengan demikian mempengaruhi penyesuaian individu terhadap keadaan yang sedang dialaminya. Individu sering mengartikan bahwa penyakit kronis merupakan penyakit seumur hidup dan itu mempengaruhi pemikiran individu tentang kesehatan yang baik. Rendahnya tingkat optimisme individu dapat dipengaruhi oleh keadaan penyakit yang tidak dapat dikontrol dan diprediksi, adanya ketidak sesuaian harapan mengenai hasil, dan keyakinan serta kemampuan individu dalam menghadapi masalah yang ada. Fournier et.al., 1999 Dengan hasil penelitian yang menunjukkan belum ada cukup bukti untuk menyatakan hubungan antara optimisme dengan mekanisme koping yang digunakan oleh klien GGK yang menjalani terapi hemodialisis. Menurut peneliti kemungkinan disebabkan adanya masalah lain yang menganggu pikiran klien sehingga klien bersikap pesimis. H. Hubungan Antara Dukungan Sosial Klien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Terapi Hemodialisis dengan Mekanisme Koping Pada penelitian ini diketahui sebagian besar klien GGK yang menjalani terapi hemodialisis memiliki dukungan sosial yang banyak. Berdasarkan hasil uji statistik di dapatkan P value 0.05 yaitu sebesar 1.000 dapat disimpulkan secara statistik belum cukup bukti untuk menyatakan adanya hubungan antara dukungan sosial klien GGK yang menjalani terapi hemodialisis dengan mekanisme koping. Hal ini tidak sejalan dengan teori Taylor 1999 yang menyatakan bahwa individu dengan dukungan sosial tinggi akan mengalami stres yang rendah ketika mereka mengalami stres, dan mereka akan mengatasi stres atau melakukan koping lebih baik. Selain itu dukungan sosial juga menunjukkan kemungkinan untuk sakit lebih rendah, mempercepat proses penyembuhan ketika sakit e.g., Kulik Mahler, 1989, dan untuk mengurangi resiko kematian terhadap penyakit yang serius J. S. House, Umberson, Landis, 1988. Selain itu dukungan sosial juga memiliki hubungan dengan penyesuaian yang baik untuk dan atau proses penyembuhan yang lebih cepat dari penyakit ginjal Dimond, 1979 dalam Taylor, 1999 Begitu pula menurut hasil penelitian Foote 1990 dalam Tamanampo 2000 membuktikan bahwa dukungan sosial juga mempunyai hubungan positif yang dapat mempengaruhi kesehatan individu dan kesejahteraannya atau dapat meningkatkan kreativitas individu dalam kemampuan penyesuaian yang adaptif terhadap stres dan rasa sakit yang dialami. Dari hasil penelitian didapatkan data bahwa klien yang paling banyak menggunakan mekanisme koping maladaptif adalah klien dengan dukungan sosial yang banyak yaitu 44.0. Banyaknya dukungan sosial yang dimiliki belum tentu membantu karena kemungkinan hal ini disebabkan oleh ketidakefektifan individu dalam memanfaatkan dukungan yang mereka butuhkan dari orang lain, selain itu ketidaktepatan bantuan yang diberikan kepada individu juga mempunyai peranan dalam menghadapi masalah yang ada. Keadaan yang stresful juga dapat mengganggu kemampuan individu untuk menggunakan potensi dukungan sosial secara efektif. Beberapa keadaan yang stresful yang membangkitkan atau menciptakan konflik bagi orang yang memberikan dukungan dapat mengancam dukungan sosial. Taylor, 1999. Dengan hasil penelitian yang menunjukkan belum ada cukup bukti untuk menyatakan hubungan antara dukungan keluarga dengan mekanisme koping, menurut peneliti kemungkinan disebabkan karena ketidakmampuan individu untuk menggunakan potensi dukungan sosial secara efektif atau dukungan sosial yang dimiliki gagal atau tidak mampu untuk menyediakan apa yang dibutuhkan oleh klien. 63

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

A. kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Gambaran mekanisme koping klien GGK yang menjalani terapi hemodialisis di RSUP Fatmawati yang memiliki mekanisme koping adaptif lebih banyak yaitu 55.6 dibandingkan dengan klien hemodialisis yang memiliki mekanisme koping maladaptif 44.4. 2. Gambaran distribusi karakterisrik responden klien GGK yang menjalani terapi hemodialisis yaitu klien yang berjenis kelamin laki – laki lebih banyak yaitu 58.3 dibandingkan dengan klien yang berjanis kelamin perempuan 41.7 dan yang berpendidikan menengah sebanyak 45.8 dibandingkan dengan klien yang berpendidikan dasar 27.8 dan pendidikan tinggi 26.4 3. Gambaran distribusi klien GGK yang menjalani terapi hemodialisis yaitu klien yang pengetahuannya baik lebih banyak yaitu 55.6 dibandingkan dengan klien yang pengetahuannya cukup 44.4 4. Gambaran distribusi klien GGK yang menjalani terapi hemodialisis yaitu klien yang memiliki harapan akan self-efficacy tinggi lebih banyak yaitu 65.3 dibandingkan dengan klien yang memiliki self-efficacy yang rendah 34.7 5. Gambaran distribusi klien GGK yang menjalani terapi hemodialisis yaitu klien yang memiliki pikiran optimis 50 dan klien yang memiliki pikiran pesimis 50 6. Gambaran distribusi klien GGK yang menjalani terapi hemodialisis yaitu klien yang mendapat dukungan lebih banyak yaitu 69.4 dibandingkan dengan klien yang kurang mendapat dukunga 30.6 7. Ada hubungan antara jenis kelamin dan harapan akan self – efficacy klien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis dengan mekanisme koping di RSUP Fatmawati tahun 2009. 8. Tidak ada hubungan antara pendidikan, pengetahuan, optimisme, dan dukungan sosial klien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis dengan mekanisme koping di RSUP Fatmawati tahun 2009.

B. Saran

1. Bagi tenaga keperawatan

Pemberian informasi mengenai hemodialisis secara keseluruhan penting dilakukan agar klien mampu melakukan penyesuaian diri terhadap perubahan yang terjadi, walaupun mekanisme koping klien GGK yang menjalani terapi hemodialisis adaptif namun masih ada klien yang memiliki mekanisme koping maladaptif. Diharapkan klien mampu beradaptasi dengan baik terhadap perubahan – perubahan yang terjadi dalam hidupnya.