Mekanisme Koping Klien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Terapi Hemodialisis

dalam kehidupannya. Hal ini sesuai dengan Mok dan Tam 2001 yang menyatakan bahwa salah satu pengggunaan mekanisme koping tergantung dari pengalaman masa lalu yang pernah dialami klien. Menurut Schafer 1992 dalam Huda 2001 menyatakan bahwa koping adaptif membantu individu untuk mengatasi stres secara efektif dan mengurangi distress yang ada. Menurut Stuart Laraia 2005 dikatakan konstruktif ketika kecemasan ditangani sebagai sinyal peringatan dan individu menerima sebagai tantangan untuk memecahkan masalah. Kemampuan pasien untuk beradaptasi terhadap kehidupan yang baru dapat dipercepat dan dimaksimalkan dengan adanya dukungan dan nasehat dari perawat hemodialisis. Koping berfungsi untuk mengatur masalah dan atau mengatur distres emosional Folkman et.al., 1986. Penggunaan koping yang sukses tidak hanya mengurangi ancaman tapi juga mengatasi ancaman yang ada. Welch Austin, 2001. Bagaimanapun, penggunaan mekanisme koping tergantung pada penilaian individu, pemanfaatan sumber – sumber yang tersedia, pengalaman masa lalu dan berat atau ringannya stres yang dihadapi. Mok Tam, 2001

C. Hubungan Jenis Kelamin dengan Mekanisme Koping

Jenis kelamin merupakan identitas gender yang dimilki oleh seseorang. Jenis kelamin terbanyak pada klien GGK yang menjalani terapi hemodialisis adalah laki – laki. Hasil uji statistik didapatkan ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin klien GGK yang menjalani terapi hemodialisis dengan mekanisme koping. Dari hasil penelitian klien yang paling banyak menggunakan mekanisme koping maladaptif adalah perempuan sebanyak 63.3 dibandingkan dengan klien laki – laki. Hal ini mungkin disebabkan oleh perbedaan penggunaan strategi koping. Beberapa penelitian telah menemukan bahwa perempuan cenderung menggunakan strategi koping yang bertujuan mengubah respon emosi mereka terhadap keadaan yang stresfull, sedangkan laki – laki lebih banyak menggunakan koping yang berfokus pada masalah dalam mengatasi keadaan yang stresssfull Endler and Parker, 1990; Matud, 2004; Ptacek et.al., 1994 dalam Kelly et.al., 2008 Perbedaan gender antara perempuan dan laki – laki secara khas dalam mengatasi stres merupakan salah satu alasan mengapa perempuan cenderung menunjukkan distres psikologis, tanda – tanda depresi, dan cemas dibandingkan dengan laki – laki. Matud, 2004; Mazure and Maciejweski, 2003. Oleh karena itu, perempuan cenderung menggunakan koping yang berfokus pada emosi untuk mengatur stresor yang lebih banyak dihubungkan dengan depresi dan cemas dibanding laki – laki Mezulis et.al., 2002 dalam Kelly et.al., 2008 Menurut Yin et.al. dalam Affandi 2009 ada perbedaan antara anak laki-laki dan perempuan dalam kontrol diri. Anak laki-laki lebih sering menunjukkan perilaku- perilaku yang kita anggap sulit yaitu gembira berlebihan dan kadang-kadang melakukan kegiatan fisik yang agresif, menentang, menolak otoritas. Perempuan diberi penghargaan atas sensitivitas, kelembutan, dan perasaan kasih, sedangkan laki- laki didorong untuk menonjolkan emosinya, juga menyembunyikan sisi lembut mereka dan kebutuhan mereka akan kasih sayang serta kehangatan.