BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tumbuhan Temulawak
Temulawak merupakan tanaman obat berupa tumbuhan rumpun berbatang semu. Di daerah Jawa Barat temulawak disebut sebagai koneng gede sedangkan di
Madura disebut sebagai temu lobak. Kawasan Indo-Malaysia merupakan tempat dari mana temulawak ini menyebar ke seluruh dunia. Saat ini tanaman ini selain di Asia
Tenggara dapat ditemui pula di Cina, IndoCina, Bardabos, India, Jepang, Korea, di Amerika Serikat dan beberapa Negara Eropa.
Klasifikasi ilmiah tanaman temulawak adalah sebagai berikut: Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales Keluarga : Zingiberaceae
Genus : Curcuma Spesies : Curcuma xanthorrhiza ROXB.Rahmat,1995
2.1.1. Deskripsi Temulawak
Tanaman temulawak berbatang semu dengan tinggi hingga lebih dari 1m tetapi kurang dari 2m, berwarna hijau atau coklat gelap. Akar rimpang terbentuk
dengan sempurna dan bercabang kuat, berwarna hijau gelap. Tiap batang mempunyai daun 2 – 9 helai dengan bentuk bundar memanjang sampai bangun lanset, warna daun
hijau atau coklat keunguan terang sampai gelap, panjang daun 31 – 84 cm dan lebar 10 – 18 cm, panjang tangkai daun termasuk helaian 43 – 80 cm. Perbungaan lateral,
tangkai ramping dan sisik berbentuk garis, panjang tangkai 9 – 23 cm dan lebar 4 – 6 cm, berdaun pelindung banyak yang panjangnya melebihi atau sebanding dengan
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
mahkota bunga. Kelopak bunga berwarna putih berbulu, panjang 8 – 13 mm, mahkota bunga berbentuk tabung dengan panjang keseluruhan 4.5 cm, helaian bunga
berbentuk bundar memanjang berwarna putih dengan ujung yang berwarna merah dadu atau merah, panjang 1.25 – 2 cm dan lebar 1cm.
Gambar 2.1. Tanaman Temulawak Rahmat, 1995
2.1.2. Manfaat Tanaman
Di Indonesia satu – satunya bagian yang dimanfaatkan adalah rimpang temulawak untuk dibuat jamu godog. Rimpang ini mengandung 48-59, 64 zat
tepung, 1,6-2,2 kurkumin dan 1,48-1,63 minyak asiri dan dipercaya dapat meningkatkan kerja ginjal serta anti inflamasi. Manfaat lain dari rimpang tanaman ini
adalah sebagai obat jerawat, meningkatkan nafsu makan, anti kolesterol, anti inflamasi, anemia, anti oksidan, pencegah kanker, dan anti mikroba Rahmat, 1995.
2.1.3. Kandungan Kimia Temulawak
Komponen – komponen yang terkandung dalam temulawak dapat digolongkan menjadi 2 golongan, yaitu minyak atsiri dan golongan kurkuminoid.
Minyak atsiri atau minyak menguap merupakan komponen dalam temulawak yang memberikan bau karateristik, sedangkan kurkuminuid terdiri dari beberapa zat warna
kuning Oei dkk, 1985. Beberapa penelitian mengidentifikasi kandungan kimia minyak atsiri yang
terkandung dalam rimpang temulawak. Itokawa 1985 melaporkan adanya empat senyawa seskuiterpenoid bisabolan yaitu:
α-kurkumen, ar-turmeron, β-atlanto dan
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
xantorizol. Selanjutnya dibuktikan bahwa ketiga senyawa tersebut yaitu : α-
kurkumen, ar-turmeron dan xantorizol, mempunyai khasiat anti-tumor. Ueraha 1989, 1990 berhasil mengidentifikasi tujuh senyawa seskuiterpenoid
bisabolon dari fraksi larutan klorofom rimpang temulawak, setelah dideterminasi berdasarkan data spektral, konversi kimia, dan kristalografi sinar-X. Ketujuh senyawa
tersebut adalah bisacuron, bisacumol, bisacurol, bisacuron epoksida, bisacuron A, bisacuron B, dan bisacuron.
Kandungan kimia minyak atsiri temulawak
Alto-Aromadendre, β–Atlanton, α–Bergamoten, β-Bisabolol, Bisacumol, Bisacuron,
Bisacuron A, Bisacuron B, Bisacuron C, Bisacuron epoksida, Borneol, Isoborneol, Kamfen, Kamfor, 1,8 Sineol, Ar-kurkumen,
α- kurkumen, β- kurkumen, Kurkufenol , Kurzeren, Kurzerenon, P- Sinem, 2-1,5-Dimetilheks-4-enil 4 metilfenol,
β– Elemen, δ – Elemen, γ – Elemen, β- Famesen, Furanodienon, Germakonm,
Isofuranogermakren, Limonen, Linalol, Mirsen, α- Pinen, β- Pinen, Sabinen,
β-Seskuifelandren, α- Terpineol, Trisiklen, Turmerol, Ar-turmeron, α-Turmeron, β- turmeron, Xantorizol dan Zingiberen.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Gambar 2.2. Berbagai rumus kimia minyak atsiri temulawak
Purnomowati,Yoganingrum,1997
2.2. Senyawa Terpen